Lelaki itu menatap layar pspnya dengan begitu serius sembari menekan tombol yang ada di pspnya itu untuk bermain game. Game yang kali ini ia mainkan adalah street fighter. Ia sangat menyukai game itu karena dia sangat suka dengan adegan perkelahian, walaupun ia tidak pernah berkelahi dengan orang. Saat bermain game ia tidak akan mengenal waktu, bahkan ia tidak sadar kalau sekarang ia ada di kelas pada saat jam istirahat.
"Lagi main apa sih jo serius banget?." Tanya seorang perempuan kepada lelaki tersebut. Namun, lelaki tersebut tidak menjawab sepatah katapun.
"Boleh ikutan ga?."
"Hm?." Balasnya cuek.
"Andrean Joan Winata, gue ngomong sama lo dan cuma dijawab hm?."
"Apa?." Akhirnya lelaki tersebut mengeluarkan suara serak dan berat miliknya itu.
"Cih sombong banget sih." Kata perempuan tersebut sembari meninggalkan lelaki bernama Andrean Joan Winata tersebut keluar kelas.
Siapa suruh lu ganggu gua pas lagi main game, males gua jawabnya. Gumam Joan dalam hati.
"Gue bisa jelasin ra, please jangan putusin gue kaya gini.."
"Udahlah, lo urus aja tuh cewe baru lo. Gue kan bukan apa apa bagi lo."
Bruk
Tiba-tiba saja seorang perempuan masuk ke kelasnya dengan menutup kencang pintu kelas tersebut, sontak membuat Joan melirik ke arah pintu tersebut. Tak berapa lama saat perempuan bernama Ayra Carolina Asfhy menutup pintu dengan sangat kencang, ia menatap Joan yang sedang memerhatikannya. Tetapi, Joan langsung kembali fokus ke pspnya tanpa menghiraukan Ayra.
"Ngapain lo tadi ngeliatin gue kaya gitu? Seneng liat gue nangis?."
"Geer mbak?." Ucap Joan tanpa sedikitpun menoleh dari pspnya.
"CK!!." Kesal perempuan bernama Ayra tersebut dan langsung duduk sembari menelungkupkan wajahnya dengan tas di mejanya.
Tring Tring Tring
Bel masuk pun berbunyi menandakan waktu istirahat telah habis. Namun, Joan tidak sedikit pun berkutik dari tempat ia singgah sedari waktu istirahat itu. Joan memang tidak pernah keluar kelas saat jam istirahat, karena ia tidak terlalu suka keramaian, jadi ia lebih memilih bermain game sepuasnya di kelas.
Seorang guru pun memasuki kelas, tetapi Joan tidak sadar akan kehadiran guru tersebut sampai ia harus kena tegur guru tersebut dahulu untuk melanjutkan pelajaran.
"Ehm ehm.. turunkan kakimu Joan, ini bukan di warteg." Semua anak di kelas menatap ke arah Joan yang duduk di pojok belakang dan Joan pun langsung menurunkan kakinya dengan santai.
"Dan berhentilah bermain psp saat jam pelajaran sudah dimulai." Joan langsung memasukan pspnya ke dalam tas dengan wajah malas.
Cerewet banget ini guru, kalo bukan guru udah gua gebok. Batinnya.
"Yang lain, lanjutkan pelajaran. Buka buku matematika halaman 134."
Tring Tring Tring
Tak terasa waktu bel pulang pun sudah berbunyi, tandanya semua murid harus pulang ke rumah masing-masing. Tapi tidak dengan Joan, dia kembali seperti semula saat jam istirahat. Menaikkan kaki ke atas meja, bersender ke belakang bangku, dan kembali memainkan game yang ada di pspnya tersebut.
Hari sudah semakin larut, saat ini jam sudah menunjukan pukul 17:45. Padahal saat bel pulang sekolah jam menunjukan pukul 15:40, artinya Joan baru akan pulang sekarang, setelah telat 2 jam lebih 5 menit. Joan merapikan tasnya dan memasukan pspnya ke dalam tas, bersiap untuk pulang.
YOU ARE READING
UNPREDICTABLE
Teen FictionAku tak pernah mengharapkanmu. Bertegur sapa pun hampir tak pernah. Namun, siapa yang dapat memprediksi bahwa saat ini kau dapat berada di sisiku. Melalui skenario terbaik Tuhan, akhirnya kau dan aku dapat menjadi KITA. Tak Dapat Di Prediksi.
