"Suprise..." Radisti tertawa kecil membuat hati Paundra bernyanyi riang saat melihatnya. Entah kenapa melihat Radisti tersenyum, tertawa seolah selalu membuat hatinya bahagia. Mungkin inilah cinta.

"I miss you..." bisik Paundra pelan namun cukup jelas terdengar oleh Radisti.

Ada semburat merah yang terlihat di wajah Radisti saat mendengar tiga kata itu. Radisti tersenyum tipis tanpa mengalihkan pandangan dari teflon yang ada di hadapannya. Tangan kanannya sibuk mengaduk-ngaduk telur dengan spatula. "I miss you more, Kak..." lirih terdengar jawaban Radisti malu-malu.

Paundra menggeram pelan. Dan disaat istrinya dekat seperti ini kenapa harus ada dua pengganggu di apartemennya, jika saja mereka tak ada...pasti ia sudah memeluk istrinya penuh rasa rindu.

"Banyak laporan yang harus kita semua kerjakan," kata Radisti seolah dapat membaca pikiran Paundra. Perempuan itu menaruh omelete di atas piring lalu memberikannya ke arah Paundra.

Dahi Paundra mengernyit bingung. Dengan piring di tangan ia lalu menghampiri Mario dan Abi yang terlihat serius dengan laptopnya masing-masing. "Ngerjain laporan apa?" tanya Paundra sambil meraih remote TV. Ia terbiasa menikmati sarapan sekaligus menikmati berita pagi. Ia lalu ikut duduk di lantai kayu bergabung dengan kedua agen bimbingannya itu.

"Laporan pandangan mata, Chief" jawab Mario melirik Paundra sekilas. Tatapannya lalu kembali serius ke layar laptop.

Abi mengenakan kaca mata minusnya dan masih serius di balik leptopnya. Kedua tangannya dengan lincah bermain pada keyboard. Jika sudah fokus, Abi akan sangat sulit dialihkan perhatiannya.

"Reshuffle lagi?" tanya Paundra sambil menikmati sarapan paginya. Tatapannya mulai terarah ke TV yang menayangkan perkembangan terkini dari kondisi politik di Gedung Putih, Amerika Serikat.

"Speaking in the first Cabinet meeting after the reshuffle, Jokowi said that he was fully in charge and that ministers should not take initiatives on issues not decided by him. Aku rasa disini ya udah jelas...Jokowi mau menunjukkan bahwa Menteri di Kabinetnya jangan gaduh...jangan sibuk sendiri..." ujar Mario seolah meminta pendapat Paundra sebagai handler.

"Tapi seperti kita udah duga, ya. Yuddy Chrisnandi yang geser..." Radisti ikut bergabung dengan perbincangan. Ia memberikan secangkir air putih kepada Paundra lalu duduk di bawah menyandarkan punggungnya ke sofa.

"Yap...Asman Abnur, a senior National Mandate Party politician, has replaced Yuddy Chrisnandi as the administrative and bureaucratic reform minister...ya, udah kita dugalah PAN masuk ke dalam kabinet, ya..." jawab Mario sambil tertawa kecil.

"Yuddy kemana dong?" tanya Radisti.

"Gue denger sih dia pengen jadi Dubes gitu," Mario menatap Radisti dan Paundra yang duduk tepat di samping kanannya. "Udah rekuest langsung dia ke Jokowi...negara kecil, damai dan bukan di daerah konflik.."

"Bisa milih gitu..." cibir Radisti tak percaya. Ia sungguh tak mengerti dengan pola pikir para pejabat di tanah air. Bukankah jabatan itu amanah kenapa mereka justru meminta-minta?.

"Anak baru di dunia politik, mbak?" goda Mario. Ia paham betul sebagai agen yang bertugas menganalisa perilaku dan perkembangan politik di Indonesia, Radisti sebenarnya tahu bahwa lobi-lobi politik di balik sebuah jabatan adalah hal yang sudah biasa terjadi.

Radisti dan Paundra kompak tertawa mendengar kalimat Mario. Ya, mereka kerap berdiskusi mengenai kondisi Indonesia jika bersama. Ada saja yang dibahas mulai dari ekonomi, politik hingga keamanan. Tentu saja apa yang mereka bicarakan hampir selalu ada kaitannya dengan laporan mingguan kepada handler.

The Mahesa'sWhere stories live. Discover now