Chapter Twelve

1.9K 188 22
                                    

o) Makasih banget buat kalian yang udah mau nerima dan menyukai isi dan jalan cerita FF ini *hugs* karena bukan sengaja aku mau mereka menderita, bukan karena aku kejam atau sadis, aku cuma mau bikin cerita yang isinya bukan sekedar 'hayalan' seorang shipper. Aku harap ceritaku cukup bagus untuk dibaca. ^^
o) Buat yang ga baca bagian awal-awal nyesel loh ya, ada banyak lokasi wisata yang aku ceritakan. Wisata gay town Korea ...XD

Cerita ini sudah mendekati ending, seperti yang kubilang kan ga akan panjang spt FF Friends, mungkin cuma setengah dari chapter FF Friends aja.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Chapter Twelve : Darkest Terror

Aku tak punya muka untuk menghadapi Kyuhyun lagi, aku selalu menghindarinya, aku bangun tidur setelah dia berangkat walaupun aku pura-pura terpejam, aku tak memasak untuknya lagi barangkali dia merasa jijik dengan makanan yang kubuat dengan tanganku, jika dia pulang dari sekolahnya aku hanya berbaring disofa membelakanginya, menyembunyikan wajahku dipunggung sofa. Tak perduli seberapa lamanya dia sampai tertidur aku tidak bangun dan tidak beranjak. Hal ini sudah terjadi beberapa hari ini.

"Sungmin aku bawakan pizza untukmu" dia baru pulang setelah kencan mungkin, aku tidak perduli lagi apa yang dia lakukan, "kenapa kau jadi begini? hm?" dia duduk disampingku walaupun aku sedang berbaring, aku menyingkir menjauh agar tak menyentuhnya, "pizza ini aku beli sendiri, kau tahu aku tidak suka buang-buang uang berbeda denganmu kan? Jadi jangan sampai pizza ini terbuang"

Aku tetap tidak merespon. Dia menyentuh lenganku untuk membalikkan badanku.

"jangan sentuh aku".

"kenapa tidak boleh menyentuhmu? kau kan bukan perempuan"

"apa kau tidak jijik padaku?" aku menoleh tapi tidak sepenuhnya menghadap padanya.

"kenapa kau selalu bicara seperti itu uh? kenapa aku harus merasa jijik?"

"kau mau jadi sosok kakak yang baik uh?"

"apa kau pernah menganggapku sebagai kakak?"

Dari kata-katanya menyiratkan dia sudah tahu aku suka padanya. Sial. Aku semakin membenamkan wajahku ke bantal dan memunggunginya.

"aku tidak keberatan, percayalah.. aku hanya ingin kita bisa bicara lagi seperti sebelumnya, ada yang ingin kutanyakan padamu"

Tanya? "tanya apa?" suaraku tertelan bantal yang membekap mulutku.

"bangun dan makan dulu" dia memukul pantatku yang menyembul, aku menoleh memandangnya tajam, apa dia tidak tahu kalau 'pantat' itu sesuatu yang sakral bagi seorang gay? "maaf.. aku tidak sengaja" dia menjauhkan tangannya dan aku menurutinya, aku bangun dan makan pizza yang dia belikan, walau tidak lahap seperti sebelumnya.

Kyuhyun meninggalkanku dan melakukan aktifitasnya sebelum tidur, cuci muka dan gosok gigi.

Aku hanya bisa menelan dua slice pizza, sisanya aku biarkan saja.

"sudah selesai? hanya itu saja?" Kyuhyun mendekatiku dan mengemas kotak pizza lalu diletakkan didapur.

"kau mau bertanya tentang apa?"

"apa kau tidak mengantuk? ini sudah malam" dia mematikan lampu. Dia menipuku. Dia hanya mau membuatku makan pizza itu dan tidak benar-benar ingin bertanya sesuatu padaku?

"kau bohong?" dia duduk diranjangnya, "kau tidak ada pertanyaan tapi kau bilang kau mau bertanya" dia diam dan terlihat berpikir.

"aku ingin bertanya sesuatu" dia bangun lalu duduk disampingku lagi, "kau... aku harap kau tidak keberatan menjawabnya" kenapa dia masih sangat perhatian padaku walaupun dia tahu aku suka padanya uh? Apa dia tidak takut kalau aku jadi tergila-gila padanya?? Apa dia tidak takut digilai seorang laki-laki??

DarknessWhere stories live. Discover now