3. Finding Cinderolla [1]

1.6K 266 67
                                    

.

Chapter Three: Finding Cinderolla [1]

.

"Aku mau kau."

Belum sempat otak Sean memproses semua kejadian itu, lampu ruangan tiba-tiba menyala. Berkas-berkas cahaya mulai menyeruak masuk ke seluruh penjuru ruang. Mata Sean menyipit, berusaha menerima gelombang cahaya yang masuk ke lensanya.

Di depannya, seorang pria berkostum sailormoon masuk tanpa permisi, menginterupsi kegiatan tak wajar mereka berdua. Suara ketukan pantofel semakin mendekat, sementara kedua lengannya disilangkan di depan dada.

"Oi, Lu! Kucari ke mana-mana ternyata—" langkah pria itu tiba-tiba terhenti dengan mata mendelik lebar.

Bagaimana tidak?

Seorang remaja perempuan terduduk dengan wajah memerah, rambut berantakan, dan napas terengah-engah—sedang bersama bosnya yang gay. Tunggu. Ini ganjil.

"Kau mulai lurus lagi, Lu? Uh, oke. Bukan itu yang terpenting. Kau sudah dicari nyonya besar."

"Sudah dimulai?" Lucien segera berdiri, tak peduli tatapan Casey yang menuntut penjelasan darinya. Tangan Lucien sedikit merapikan jasnya yang kusut akibat kekacauan tadi sebelum tangannya terulur ke depan wajah Sean.

"Ayo, kau ikut aku juga."

"Heee?"

Sial. Bajingan.

"Kau tidak sadar sudah melakukan apa padaku? Tidak sadar?! Wow, benar-benar sialan."

Sean berusaha bangkit dengan menopang kedua tangannya. Manik kecil itu membulat marah. Tapi, dosakah Lucian jika dia berpikir bahwa ekspresinya malah sangat lucu?

Casey, seperti biasa, pria itu berlari heboh menuju Sean.

"Perempuan mengumpat. Sangat seksi. Tapi setelah kulihat, ternyata ada yang aneh," seperti scan komputer, manik tajam Casey menerawang sangat teliti di balik fabrik hitam Sean. Bola mata itu berhenti pada dada Sean sebelum berkata, "Kupikir kau itu 32B, ternyata kau tak punya sama sekali hahaha!"

"Casey, apa yang kau bicarakan." Lucien menepuk pundak sahabatnya yang bergetar karena tertawa.

"Dadanya, Lu. Aku yakin kau menyadarinya."

Sean gugup, menutupi dadanya dengan kedua tangan. "A-Apa? M-Memang apa salahnya punya ukuran tigadua. Daripada stensilan ya kan. Ha. Ha."

"Tidak, tidak. Kau tidak punya. Coba pelorotkan saja gaunmu, berani taruhan?"

Casey malah semakin bersemangat mengerjainya. Lucien tidak habis pikir bagaimana kekanakannya pria itu.

Sean merapikan ujung gaun dan mendesah lelah. Bibir kecil itu berkata, "Aku sungguh tidak mengerti kalian! Lalu—Sir, kalau tidak salah nyonya besar memanggilmu. Kau harus segera ke sana, yeah, sebelum dipecat."

Casey tertawa lepas lagi.

"Dipecat? Kau ini lucu, sweetie. Memang kau pikir lelaki brengsek di depanmu ini siapa?"

Sean mengangkat dagu tinggi-tinggi, bangga karena mengetahui fakta ini. "Ofis boi kan. Dia tadi membersihkan toilet pria."

Lucien, yang berdiri di antara mereka berdua sejak tadi, tak habis pikir. Kenapa anak-anak ini tidak minum susu di rumah saja sih? Kenapa malah hadir di sini?

"Berisik, bocah. Ikut aku saja kau."

"Tidak, tidak, Lu. Biarkan dia. Sebentar, aku ingin bicara padanya." Casey menarik kedua ujung bibirnya. "Hei, bocah manis. Aku tak tahu siapa kau, tapi kau berhasil membuatnya sedikit normal untuk tertarik padamu. Bakat langka. "

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 01, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cinderella Sean and LucienWhere stories live. Discover now