Bab. 8 (Tamat)

2.4K 38 4
                                    

"Benar! Kita harus basmi musuhmu itu. Siapa dia?" bertanya Raja Gila.

"Dia berada di kota Lam-sai dan untuk membalas sakit hati ini kita harus pergi ke sana. Ia sangat hebat sekalimaka kita beremmpat harus pergi semua mencarinya."

"Boleh, boleh! Serahkan saja kepadaku!" kata Ki Pok bernafsu sekali.

"Tidak bisa, tidak bisa! Kami tak dapat pergi!" tiba-tiba Raja Gila berkata sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Kim Nio terkejut sekali dan cepat memandang. "Mengapa tidak bisa!" tanyanya kuatir.

"Kami tak dapat meninggalkan kerajaan!"

Kim Nio memandang dengan mata tak mengerti. "Kerajaan? Kerajaan apa?"

Tiba-tiba kakek tua itu tertawa terkakak-kakak sehingga suara ketawanya itu bergema di seluruh huta. "Anak bodoh! Kerajaan mana lagi? Kerajaan di sini yang indah dan luas, kerajaanku! Kalau kita pergi, siapa yang akan menjaga kerajaanku?"

Kim Nio terkejut dan tak dapat menjawab. "Kalau begitu, kau tidak suka kepada anak menantumu."

"Anak menantu? Hi, hi, anak menantu? Benar, benar! Kau harus kawin sekarang juga dengan Ki Pok!" Tiba-tiba Ratu Gila berkata sambil tertawa-tawa.

Kim Nio makin bingung, akan tetapi ia pergunakan otaknya yang cerdik. Ia maklum bahwa biarpun mereka ini gila, namun mereka dapat diajak bercakap-cakap dengan baik dan di dalam kegilaan mereka, ternyata mereka ini mempunyai jalan pikiran dan pendapat sendiri-sendiri. Ia harus berlaku sadar dan menenangkan hati mereka lebih dulu, karena ketiga orang ini di dalam kedewasaan mereka ternyata sangat terpengaruh oleh pikiran kanak-kanak dan mereka ini masih harus akan kedudukan tinggi yang mungkin menjadi kenangan mereka yang akan datang dari keluarga bangsawan!

Oleh karena itu, biarpun dengan hati takut, jijik dan kuatir sekali, Kim Nio memperlihatkan muka girang dan menurut ketika kedua Raja dan Ratu Gila itu memaksa dia menjalankan upacara perkawinan dengan Leng Ki Pok, Si Pangeran Gila! Kim Nio dan Ki Pok disuruh menjalankan upacara dengan bersembayang di depan sebuh meja batu di mana setelah diatur korban-korban sembahyang berupa buah-buahan dan binatang-binatang hutan yang telah mereka bunuh. Kemudian kedua pengantin ini di dalam hutan, Kim Nio dan Ki Pok berjalan di depan sedangkan Raja dan Ratu Gila itu berjalan di belakang mereka bawa dengan kayu serta berteriak-teriak menyanyi sehingga keadaan di dalam hutan pada hari sungguh ramai dan aneh. Burung-burung hutan beterbangan dan binatang-binatang hutan berlari pergi karena terkejut dan ketakutan!

Setelah mengarak sepasang mempelai itu di seluruh hutan yang menurut Raja Gila hendak memperkenalkan sepasang pengantin kepada seluruh kerajaannya, maka upacara dianggap selesai!

Untung bagi Kim Nio bahwa ia telah dapat menenangkan hati Ki Pok dan telah dapat mempengaruhinya sehingga Pangeran Gila ini tunduk dan takut kepadanya, sehingga dari pihak "suami" ini ia tidak menguatirkan gangguan, asal saja tidak menguatirkan gangguan, asal saja ia dapat bersikap manis terhadapnya. Hanya terhadap kedua mertuanya Kim Nio masih belum dapat mempengaruhinya dan ia masih belum dapat membujuk mereka pergi meninggalkan "kerajaan" mereka untuk menyerbu ke Lam-sai guna membalas dendamnya kepada Kong Lee dan Thio Eng!

Akan tetapi, betapapun juga, lambat laun pikiran Kim Nio yang waras dan cerdik itu akhirnya dapat menguasai pikiran-pikiran gila itu. Dengan perlahan ia dapat membujuk bahwa kerajaan mereka takkan terganggu bila mereka pergi meninggalkannya. Ia membakar hati kedua orang tua dengan menceritakan betapa musuh besarnya itu sangat kurang ajar, sangat menghinanya dan bersikap tidak mengindahkan kedudukan Raja dan Ratu itu!

Beberapa kali Leng Tin Ong dan isterinya dapat dibakar hatinya dan mereka menyatakan siap untuk ikut pergi membalaskan sakit hati menantu mereka. Akan tetapi niat ini selalu tidak jadi karena mereka agaknya masih takut-takut untuk meninggalkan hutan yang mereka anggap sebagai kerajaan mereka itu.

Pendekar Tongkat dari Liong San (Liong San Tung Hiap) - ASKPHKde žijí příběhy. Začni objevovat