Bab. 1

5.4K 63 0
                                    

"Sungguh mati, Tuan, majikanku tidak berada di rumah. Harap Tuan suka datang lagi nanti sore atau besok pagi saja!" kata pelayan yang bekerja di perguruan silat Lim Ek dengan gemas karena telah berkalo-kali ia menyatakan kepada tamu yang datang itu bahwa majikannya tidak berada di rumah, tapi masih juga tamu itu mendesak dan tidak percaya.

"Ke manakah perginya Lim-kauwsu (Guru Silat Lim)?"

"Saya tidak tahu, tuan. Majikan saya tak pernah memberi tahu kepada saya ke mana dia pergi."

Jawaban yang terdengar kaku ini membuat tamu itu merasa tidak senang. Ia menarik keluar sebuah toya kecil yang terselip di pinggang, lalu berkata dengan suara menghina sambil menuding ke arah papan nama yang tergantung di depan rumah silat itu.

"Hm, papan nama tidak ada harganya!" lalu ia ayun toyanya yang kecil memukul papan itu dan "krak!" maka papan itupun terbelah dua, bergoyang-goyang di bawah tali penggantungnya!

Pelayan itu terkeju dan hendak marah, tapi melihat sikap tamu yang mengancam itu, menjadi takut dan tak berani berbuat sesuatu atau mengeluarkan sepatah katapun.

"Beri tahu kepada majikanmu she Lim itu bahwa aku Thio Sui Kiat dari Lam-sai hendak bertemu dan nanti sore aku akan datang lagi!"

Tamu yang mengaku bernama Thio Sui Kiat ini lalu menyelipkan kembali toyanya di pinggang dan pergi dengan penuh lagak sambil mengangkat dada.

Tak lama kemudian guru silat she Lim yang memiliki perguruan silat itu datang. Si pelayan segera memberi laporan akan peristiwa yang terjadi tadi dan memperlihatkan papan nama yang sudah pecah.

Lim Ek adalah seorang guru silat yang telah bertahun-tahun membuka bu-koan (perguruan silat) di kota Bi-ciu dan namanya telah terkenal sebagai seorang guru yang baik dan pandai. Juga ia telah lama merantau di dunia kang-ouw hingga pengalamannya sangat luas. Wataknya baik dan sabar hingga banyak orang menyukainya dan memandang hormat kepadanya sebagai seorang yang berkepandaian tinggi serta beradat sopan dan baik. Karena para murid yang belajar di bawah pimpinannya merasa puas dan mendapat kemajuan pesat, maka untuk menyatakan terima kasih mereka, para murid ini membuat sebuah papan nama yang berbunyi:

"Bu-koan ini diasuh oleh Lim-kauwsu, jago toya nomor satu di Bi-ciu."

Papan nama ini digantung di depan bu-koan dan tak seorangpn berani mencela atau menyangkal pernyataan itu, karena memang Lim Ek adalah seorang ahli toya yang mahir sekali.

Kini melihat ada orang yang begitu kurang ajar berani merusak papan nama itu, Lim Ek merasa sangat terhina dan marah sekalo. Akan tetapi ia masih dapat menindas perasaannya dan bertanya kepada pelayannya dengan suara tenang,

"Siapakah orang itu? Bagaimana macamnya dan apakah ia meninggalkan nama?"

"Orangnya kurus tinggi, bermuka kuning, matanya lebar dan liar. Ia membawa sebatang toya kecil dan mengaku bernama Thio Sui Kiat." Pelayan itu memberi keterangan.

Terkejutlah, hati Lim Ek mendengar nama ini, karena ia tahu bahwa Thio Sui Kiat adalah seorang jagoan dari Lam-sai dan terkenal sebagai seorang yang berkepandaian tinggi karena orang she Thio itu pernah mempelajari ilmu toya dari Liauw In Hwesio, yakni saudara tertua dari Kang-lam Cit-hiap atau Tujuh Pendekar dari Kang Lam! Biarpun belum pernah saling bertemu maka, namun nama Thio Sui Kiat telah lama didengar oleh Lim Ek dan sungguh tak pernah disangkanya bahwa orang she Thio itu mau datang di Bi-ciu untuk mengganggunya!

Ketika mendengar dari pelayannya bahwa Thio Sui Kiat hendak datang lagi sore nanti, Lim Ek berlaku tenang saja dan tidak berkata apa-apa, lalu masuk ke dalam rumahnya.

Kedatangannya disambut oleh isterinya yang memondong seorang anak kecil berusia setahun. Anak laki-laki ini adalah anak tunggal dan bernama Lim Kong Lee.

Pendekar Tongkat dari Liong San (Liong San Tung Hiap) - ASKPHWhere stories live. Discover now