What Does She Want?

6K 558 6
                                    


"Now you're all fine Mr. Deviandra," ucap dr.John mengakhiri pertemuannya dengan Bastian.

Bastian tersenyum sembari menggerakkan lengan kanannya dengan hati-hati. "Thank you, dr.John."

Detik berikutnya langkah Bastian meninggalkan ruangan serba putih itu dan menghampiri Bintang yang terlihat duduk tenang.

Bintang berdiri ketika menangkap bayangan Bastian mendekatinya. "So, how was it?"

Suara Bintang terdengar datar saat bertanya. Namun ekspresi wajah Bintang terlihat khawatir. Dan hal itu membuat Bastian tersenyum kecil.

Bastian membuat gerakan perlahan pada lengan kanannya. "I am all fine."

Bintang meulas senyum. Namun...

"I guess," lanjut Bastian bertingkah lemah.

Bintang melihatnya, tidak peduli.

I won't fall for your stupid trick again, bastard. Ucapnya dalam hati. Gadis itu kemudian dengan singkat menjawab.

"Okay then, let's go home."

Bastian tidak bergerak setelah langkah Bintang menjauhinya.

"Ini lengan gue masih beneran sakit loh, Bintang."

Bintang tidak menghiraukan lelucon Bastian dan tetap berjalan.

"Aduh, sakit." Kali ini Bastian berteriak.

Cukup! Bintang membalikkan tubuhnya.

Emang gue sebodoh apa bakalan percaya sama trik murahannya? Bintang mempercepat langkahnya.

Setelah langkahnya mendekati posisi di mana Bastian berdiri, dalam gerakan cepat Bintang menarik lengan Bastian, bermaksud untuk menyeret lelaki yang berusaha menjahilinya.

"Bintang! Sakit! Beneran gue! Gak bohong. Aduh!" kali ini teriakan Bastian mengalihkan fokus Bintang.

Gadis itu mengumpat dalam hati. Ternyata lengan yang ia tarik barusan adalah lengan Bastian yang baru saja sembuh.

"Are you okay?" tanya Bintang terlihat panik.

Bastian mengelus lengannya yang terasa sedikit berdenyut. "Menurut lo?"

"I am sorry," ucap Bintang yang terdengar seperti bisikkan.

Gadis itu cemas, dan itu membuat Bastian mengalihkan pandangannya. Dan raut wajah khawatir gadis itu membuat Bastian tak bergeming.

Bintang menggigit bibir bawahnya begitu kuat. Hal itu merupakan kebiasaan Bintang setiap kali perempuan itu menahan rasa emosinya. Baik itu sedih, cemas, maupun terlalu senang.

"Lengan lo baik-baik aja kan? Perlu diperiksa lagi?"

Bastian mengulas senyum. Ia menyukai Bintang yang mengkhawatirkan dirinya. "Lo khawatir?"

"Ya iyalah gue..." Bintang berhenti dalam waktu singkat, mengalihkan pikiriannya yang mencemaskan lelaki itu dengan tidak peduli, "maksud gue...ya kalau lengan lo sakit lagi, gue gak bakal sanggup meladeni semua keinginan konyol lo."

Bastian tahu bahwa Bintang tidak bermaksud demikian, namun dalam hatinya ia merasa sedikit sedih.

"Lengan gue baik-baik aja kok." Bastian berlalu meninggalkan Bintang terlebih dahulu.

Bintang menangkap raut wajah lelaki itu yang berubah dalam waktu yang cepat. Gadis itu tidak mau memikirkan hal itu dan mengikuti langkah Bastian dari belakang.

Selama perjalanan menuju apartemen, tidak satupun dari Bintang maupun Bastian bersuara.

***

Bintang sebenarnya tidak ingin peduli dengan apa yang ada sedang pikiran lelaki itu. Gadis itu sangat membenci lelaki itu karena kejahilannya. Namun, saat Bastian diam saja, hal tersebut sangat mengganggunya.

Ditambah, barang berharganya masih di tangan lelaki itu. Dengan malas, Bintang menyapa lelaki itu sebelum kembali ke unir apartemen miliknya.

"Do you need a anything else?" Gadis itu mulai berbasa-basi.

Bastian masih dengan ekspresi datar menjawab, "nope."

"Really?"

"No, I am fine."

Bintang merasa terganggu dengan sikap normal Bastian yang ia anggap tidak biasa. "Seriously? What the hell?"

Senyum membelah wajah lelaki itu. "Kalau lo maksa, I need you then. Still."

Dengan susah payah Bintang menahan senyumnya.

He is back! Teriak Bintang dalam hati.

"Gue masak spageti buat makan malam," ucap Bintang sembari memasuki kode apartemen unit Bastian yang tidak pernah lelaki itu merubahnya.

Bastian tersenyum dan hampir tertawa.

Ia tidak bisa memastikan perasaannya terhadap gadis itu, hanya saja ia senang.

Karena ada seseorang yang memperhatikannya. Atau karena orang itu adalah Bintang? Entahlah.

***

Suasana kembali hening. Selama menyantap makanan, baik Bintang dan Bastian tidak bersuara. Hal itu mendorong keinginan Bintang untuk menanyakan keadaan lelaki itu.

"Lo yakin lo baik-baik aja?"

Bastian menyantap suapan terakhirnya sebelum menjawab pertanyaan Bintang.

"Baik-baik aja kok, emang kenapa?"

Jawaban itu tentunya tidak membuat Bintang puas.

"Baik-baik apanya? Lo biasanya berisik tau gak? Bukan diam seperti sekarang. Lo harusnya ngapain gitu, akting pura-pura sakit, atau lo bisa bilang spageti gue gak enak, gue.." Bintang menutup rapat bibirnya. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja ia ucapkan kepada Bastian dengan durasi yang begitu singkat.

Bastian merasa takjub dengan apa yang Bintang lontarkan barusan. "Gue kira lo gak suka sama lelucon gue.."

Bintang kembali ke alam sadarnya. "You know what? I don't care." Kemudian berdiri mengambil piring kosong miliknya dan milik Bastian.

Ia membersihkan piring dengan banyak pertanyaan yang melayang di otaknya. Namun, semua pertanyaan itu buyar ketika lengan kokoh seorang lelaki memeluk pinggangnya.

Bintang dapat merasakan napas Bastian di tengkuknya. Lelaki itu mengeratkan pelukannya. Dan itu sukses memberhentikan Bintang dari yang ia lakukan saat itu.

"I am fine," bisik Bastian kemudian memutar balik tubuh Bintang. "Really," napas Bastian menyentuh wajah Bintang. Jarak wajah mereka yang terlalu dekat membuat pikiran Bintang melayang entah kemana.

Is he going to kiss me? Again?

Namun, semua fantasi Bintang dengan prediksinya salah.

Pelukan lelaki itu mengendur bersamaan dengan badannya yang jatuh yang ditangkap dengan gerakan cepat oleh Bintang.

Bintang seketika benci alasan kenapa lelaki itu tertidur. Sebab oleh obat penghilang rasa sakit yang membuat Bastian tertidur.

Tetapi, kenapa dia harus benci dengan obat beserta efek yang ada?

What do you really expect to be happen, Bintang?

***


An.

Not short not too long update! Btw, bagian obat penghilang rasa sakit itu gak tau beneran bereaksi seperti itu, tapi aku pernah dislokasi dan dikasih obat itu, and it works, make me sleep lol. 


Brisbane: RunawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang