V. Dream and Nightmare

Magsimula sa umpisa
                                    

"Ms. Brooks!" panggil Mr. Johnson ketika pria itu turun dari mobilnya dan melihat Brittany.

"Selamat siang, Mr. Johnson," sapa Brittany dengan senyum sopannya.

Pria tua yang sudah kehilangan sebagian rambutnya itu menganggukkan kepala kepada Brittany dan mulai berjalan menjajari langkah wanita itu.

"Bagaimana dengan penelitianmu?" tanya Mr. Johnson.

"Aku belum memulainya, Sir," jawab Brittany.

Mr. Johnson mengerutkan keningnya tanda tidak setuju. "Kenapa? Apakah kau menemukan kendala?"

Brittany menggeleng, "Well, aku belum menemukan kandidat lain yang cocok setelah Winnie Fran dengan berat hati menolak panggilanku."

Brittany sudah mengirimkan e-mail kepada salah seorang murid paska sarjananya, Winnie Fran yang sudah lulus tahun lalu, memberikan penggilan kepada wanita itu untuk menyelesaikan program S3-nya dan melakukan penelitian untuk Brittany. Sayangnya Winnie berkata bahwa ia menikah baru-baru ini dan hamil dengan kondisi janinnya yang kurang baik sehingga tidak memungkinkan baginya untuk bekerja.

Mr. Johnson mengetukkan telunjuknya di dagu dan berpikir. "Hmm, aku memiliki kandidat lain yang kurasa cocok untuk membantumu," ucapnya.

"Siapa?"

"Namanya Marcus Leroy, dia adalah salah seorang muridku 4 tahun yang lalu," jawab Mr. Johnson. "Dia lulus dengan nilai fantastis dan dia juga memiliki tingkat ketekunan dan ketelitian yang tinggi. Aku bisa menjamin bahwa Marcus akan menjadi asisten yang pantas untukmu, Ms. Brooks. Jika kau tidak keberatan dengan rekomendasiku, aku bisa mengiriminya e-mail dan memintanya untuk datang segera mungkin."

Brittany menganggukkan kepala. "Tentu, Mr. Johnson. Jika kau sangat merekomendasikan Marcus Leroy, aku tentu akan menerimanya dengan tangan terbuka."

Keduanya menghentikan langkah mereka ketika sampai di depan ruangan Brittany.

"Good!" ujar Mr. Johnson sambil menepuk pungungnya ramah. "Aku akan menghubunginya kalau begitu."

"Oke."

Mr. Johnson melambaikan tangannya sambil berkata, "Omong-omong, kau terlihat lebih mudah didekati dengan rambut tergerai. Kau harus sering-sering melakukannya."

Tangan Brittany secara refleks naik menyentuh rambutnya. Sebuah senyum heran menghiasi bibirnya dan ia tidak tahu kenapa. Tidak ada perasaan risih dan janggal karena ia harus berpenampilan berbeda dari biasanya. Yang ada hanyalah perasaan nyaman dan... bebas? Brittany tidak yakin.

Menggelengkan kepalanya, ia membuka kunci ruangannya dan masuk. Ia masih memiliki banyak waktu hingga kelasnya di mulai, cukup untuk mengecek semua materi pelajarannya. Dan itulah yang Brittany lakukan sepanjang siang.

***

Ethan berjalan melewati ruangan Brittany setelah kelasnya selesai beberapa menit yang lalu. Ia berdiri di sana untuk beberapa saat dan menimbang apakah ia akan masuk atau tidak?

Sebenarnya sekarang ia sedikit ragu dengan dirinya sendiri dan apa yang sedang dilakukannya selama hampir seminggu ini. Professornya yang dingin jelas merupakan salah satu faktor penting di dalamnya.

Ethan tidak pernah berpikir bahwa ia adalah seorang pria yang brengsek namun ia juga tidak pernah menganggap dirinya adalah pria gentleman yang tidak pernah mengambil keuntungan dari tubuh seorang wanita. Namun, bersama dengan Brittany, ia merasa bahwa ia menjadi seorang pria yang melampaui brengsek.

Biasanya, jika ia sedang menginginkan tubuh seorang wanita, ia akan mencari pasangan cinta satu malam dan berpisah keesokan paginya. Wanita yang pernah bersamanya tidak penah menuntut lebih karena tahu bahwa Ethan tidak memiliki perasaan apapun terhadap mereka. Namun dengan Brittany, sesuatu yang berbeda jelas telah terjadi.

My Naughty Boy [SUDAH TERBIT]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon