2. Suka, Ya?

36K 2.3K 69
                                    

"Dari mana aja lo kampret, jam segini baru masuk kelas." Alana meletakkan tasnya di meja dan langsung menenggelamkan wajahnya di sana. Dalam hati bersyukur juga, bahwa jam pertama sampai ketiga nanti kelasnya tidak ada pelajaran.

"Ditanyain juga nih bocah," ujar temannya yang lain seraya menepuk kepala belakang Alana. Alana mendengus seraya mengangkat kepalanya dan langsung memukul lengan Ralin yang tadi menggeplak kepalanya.

"Sakit, bego," ringis Alana seraya mengusap kepala belakangnya.

"Ya lagian, ditanyain juga."

"Ya, gue telat lah. Benernya sih ga ketauan, tapi gara-gara anak orang kaya itu gue jadi ketauan terus dihukum."

"Anak orang kaya? Siapa? Di sini banyak kali," sahut Reva. Orang yang pertama menegurnya tadi.

"Siapa lagi kalau bukan David Raiza Amru," sahut Alana kesal.

Reva dan Ralin hanya ber-oh ria, tidak heran jika David selalu datang terlambat dengan jam yang disesuaikan.

"Oh iya, para Abang udah dateng?" tanya Ralin tiba-tiba, melenceng jauh dari topik mereka sebelumnya.

"Lah? Kenapa nyambung ke Abang gue?"

"Kangen gila, Lan. Abang lo hobi banget sih travelling-nya," sahut Reva. Sejak enam tahun lalu, Reva dan Ralin memang sudah kenal dengan Kevin dan Dean, pada saat itu mereka masih kelas satu SMP, sementara Dean kelas sembilan dan Kevin kelas satu SMA. Di sekolah mereka, gedung SMP dan SMA berada satu kawasan hanya saja berbeda gedung. Itu sebabnya, teman-teman Alana bisa kenal dengan Kevin dan Dean.

"Hari ini sih katanya pulang, cuman ga tau kapan," sahut Alana seraya membuka Line dan kolom chat group-nya. Alana menghela napas kecewa karena pesannya belum dibaca oleh kedua Abangnya.

"Lo punya Abang ganteng-ganteng, tapi jarang di rumah, kasian banget," ledek Ralin dengan terkekeh kecil.

"Dari pada ga punya Abang," sahut Alana ketus. Tepat setelah ia menjawab kata-kata Ralin, kedua temannya itu malah fokus pada pintu kelas yang baru saja dilewati oleh orang yang menjadi topik pertama pembicaraan mereka.

David terlihat berdiri kaku di depan kelas sebelum akhirnya  berdeham kecil sebagai permulaan. "Gue disuruh ngasih tugas ini ke kalian, Bu Rini ga bisa masuk kelas kalian."

Reva dan Ralin menghela napasnya ketika David memberi tau apa tujuannya memasuki kelas dua belas IPS tiga ini. Dion selaku Ketua Kelas langsung bangkit dan mengambil kertas yang dipegang David. Sekilas pandangan David melayang ke arah Alana, namun gadis itu terlihat biasa-biasa saja.

"Makasih," ujar Dion yang langsung menyadarkan David. David hanya mengangguk dan langsung keluar dari kelas IPS tiga, menuju kelasnya, IPS satu.

-

Setelah berkutat dengan sepuluh soal ekonomi tentang Perdagangan Internasional, akhirnya dering bel SMA Santer terdengar nyaring ke seluruh penjuru sekolah. Alana yang dari tadi sudah kelaparan karena tidak sempat sarapan langsung terlonjak dari kursinya. Tugasnya sudah dari tadi ia kumpul ke Dion, tapi karena belum istirahat ia dilarang melangkahkan kakinya ke luar pintu oleh Dion.

"Eh, ayo buruan, keburu rame," ujar Alana sedikit berdecak menatap teman-temannya yang sedang memindahkan tumpukan buku dari atas meja ke bawah meja.

"Sabar dikit anjir," dengus Reva dengan menatap Alana sekilas.

"Udah, yuk, yuk." Ralin langsung mengamit lengan Alana, membawa gadis itu ke kantin dengan diikuti Reva di belakang.

Koridor SMA Santer padat merayap jika sudah istirahat seperti ini. Nyaris semua murid tumpah ruah menuju kantin untuk mengisi perut mereka, ada juga beberapa anak yang memilih makan di rumah makan yang ada di sekitar sekolah.

AwkwardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang