Bab 1

97K 2.4K 69
                                    

“ Kamu telah membuat keluarga kita malu, Ayah tidak sudi memiliki anak sepertimu !!”

“Ibu juga kecewa Nak sama kamu, bagaimana bisa kamu mengkhianati suamimu kalau sebelumnya kamulah yang memaksa nikah sama dia? .”

“Kamu tahu nggak? Kakak malu punya adik yang tidak bisa jaga kehormatan nama keluarga? Di mana otak kamu saat selingkuh sama cowok gembel itu, hah?”,

            Tubuh yang berbalut selimut tebal itu bergetar menahan rasa sesak yang kembali datang saat kilasan-kilasan itu kembali hadir. Dia terus mencoba mengendalikan pertahanan yang selama ini ia jaga dengan seluruh jiwa raganya. Sebuah pertahanan yang ia bangun hasil dari masa lalunya yang kelam sekelam malam.

            Tubuh itu pun tersadar, ia menyeka peluh yang membasahi dahi dan wajahnya. Ia tahu bahwa semua kilasan – kilasan itu tidak akan pernah hilang dari pikirannya. Karena hanya dengan itu, ia kembali dipaparkan pada kenyataan kalau dirinya telah mengotorinya sebuah nama. Nama yang seharusnya ia jaga baik-baik namun kini tercemar atas kelakuannya.

            Dia memilih bangkit dari ranjang single yang ia tempati sejak setahun terakhir. Sebuah ranjang yang telah menjadi saksi dimana ia menumpahkan rasa kecewa dan penyesalannya.

            Tubuhnya bergerak secara otomatis menuju kamar mandi untuk memulai aktivitas paginya. Dia segera membersihkan diri dan tak lupa mengambil air wudhu. Tak berapa lama, tubuhnya sudah berada di atas sajadah berwarna keemasan yang ia gelar di depan ranjangnya. Ia bersimpuh dan memanjatkan doa sampai matahari pagi terbit dan menyinari  apartemen kecil yang ia tempati.

            Setelah berdizkir dan membaca Al’Quran, ia pun segera memulai aktifitas pagi yang sesungguhnya. Mengganti pakaiannya dengan maxi long dress berwarna hitam dipadu padankan dengan blazer bercorak bunga berwarna pink pucat ia pun tak lupa menyusun Jilbab yang membingkai wajahnya dengan apik.

            Setelah shalat Isya tadi malam ia pun berniat untuk berpuasa di hari Senin. Sebelum berangkat menuju tempat dimana ia mencari rezeki. Ia tak lupa memakai kaos kaki sebelum menutupnya dengan sepatu berhak kecil berwarna cream.

            Setelah apartemen tertutup dan terkunci ia pun segera berangkat menuju tempat aktifitasnya.

****

            Wajah berserinya disambut oleh seorang wanita berjilbab putih yang memiliki wajah timur tengah. Ia pun mengucapkan salam lalu tak lupa bersalaman.

            “ Apa kabar?”, tanya perempuan berjilbab putih dengan ramah.

            “ Baik, kamu sudah siap dengan desain’nya? Aku akan coba memastikan semuanya sesuai dengan permintaanmu”, jelasnya tanpa diminta. Perempuan berjilbab putih tersebut mengeluarkan gadgetnya. Setelah mengotak-atiknya sebentar ia menunjukkan  gadget tersebut padanya.

            “ Bagaimana? Bisa tidak?”, tanya wanita berjilbab putih lagi. Ia menampilkan wajah penuh harap padanya.

            “ Insya Allah bisa, nanti kamu kirim kealamat emailku ya..”, jawabnya diplomatis. Wanita tersebut nampak bersyukur. Ia sudah merencanakan semuanya cukup lama untuk hari bersejarahnya nanti.

            “ Siip, kamu mau pesen apa?”,

Dirinya menggeleng pelan dengan senyum ramah tersungging dari wajah cantiknya.

            “ Tidak terima kasih”,

Wanita tersebut sadar kalau ternyata ia telah melakukan kesalahan. Wajahnya nampa bersalah.

My Dream Is You ( Jibran Series )Where stories live. Discover now