Prolog

284 10 1
                                    

Sore ini tidak seperti biasanya, sekolah masih ramai oleh banyaknya siswa/i yang berlalu lalang dan suara bisikan yang bahkan terdengar sangat jelas pada indra pendengaran Dafira.

Gadis itu lagi-lagi merenggut kesal karena kedua sahabatnya yang sudah lama ia tunggu di depan perpustakaan ternyata masih asik bergosip ria di koridor sekolah.

"Ih kalian semua udah nonton vlog yang di upload sama sodaranya si Amira nggak? Ehh gila gue sampe meelting tahu nggak nontonnya. Si Refranda itu sweet banget sama Amira." ucap salah satu siswi dengan heboh menunjukan Hp-nya pada Andya dan Ilana yang tak lain adalah kedua sahabat Defira yang telah ditunggunya selama hampir satu jam.

"Iya udah bukan rahasia umum lagi sih, kalau si Refranda itu romantisin si Amira."

"Gue rasa cuman Amira deh satu-satunya wanita yang bisa mengedalikan hawa dingin yang seorang Refranda Aditama." sahut Ilana mengangkat kedua bahunya acuh.

"Tapi sayang yaa, wanita beruntung itu malah harus pergi meninggalkan Refranda yang semakin hari semakin membawa hawa dingin." Andya melepaskan kacamatanya lalu melambaikan tangannya pada Dafira yang sedari tadi hanya diam memperhatikan mereka.

"Ra, kok lo diem aja disana sih padahal kita lagi asik nge-gosip." keluh Andya ketika Dafira telah menghampirinya.

"Harus ya setiap acara peringatan kematian Amira semua siswi bergosip ria sampe sore kaya begini."

"Yaampun Ra, sensi banget sih lo. Lagian kan ini peringatan setahun kematian Amira."

"Ya tapi engga harus di gosipin terus, kasihan dia." Dafira menatap sebal pada orang-orang selalu saja menggosipkan Amira, padahal kasihan dia jika harus diungkit-ungkit terus.

"Harusnya kita itu banyak kirim doa aja buat dia bukannya nge-gosipin dia terus." tambah Dafira membuat kawanan gosip itu hanya menganggukan kepalanya malas.

"Gue tahu lo lagi pusing mikirin cerita yang bakalan lo ketik buat dikirim ke penerbit kan? Makanya dari tadi lo lesu terus." celetuk Ilana.

"Oh, jadi si Dafira mau bikin novel nih? " tanya Tiana salah seorang kawanan gosip tadi.

"Iya, gitu deh kebetulan ada temen kakak aku yang kerja di penerbitan gitu dan dia katanya mau bantuin aku." terang Dafira dengan senyum yang mengembang, membayangkan dirinya akan menerbitkan sebuah novel dengan namanya yang tercantum sebagai penulis di cover novelnya nanti.

"Ah, good luck deh ya Ra, lo pasti bisa gue dukung lo seribu persen." Tania memberikan senyuman terbaiknya, menepuk bahu Dafira.

"Yaa, thank you Na." balas Dafira dengan menunjukan senyuman terbaiknya juga.

"Eh tapi kalau gue boleh saran, gimana kalau first novel lo nanti ceritanya adaptasi dari kisah melegendaris di SMA Cahaya aja, gue yakin novel lo pasti laku keras." Usul Tania menatap Dafira dengan penuh harap.

"Maksud kamu kisah asmara Refranda sama Amira? Bukannya semua orang udah tahu ya sama kisah cinta mereka." Dafira menatap Tania bingung. Untuk apa ia harus menulis cerita yang bahkan sudah diketahui banyak orang.

"Ya tapikan selama ini semua orang engga pernah tahu kisah asmara mereka secara detail, lo juga murid pindahan apalagi kisah cinta yang mengharu biru pasti banyak dramanya juga secarakan nggak semua orang bisa naklukin hati si manusia es itu."

"not bad idea. Saran kamu, aku terima, jadi sekarang aku harus wawancara siapa dong buat dapet informasi secara rinci? "

Tuk.

Andya menjitak kepala Dafira gemas membuat Dafira menatap Andya tak terima.

"Sorry! Bego banget sih lo masa begituan aja nanya ya lo harus wawancara si Refranda nya lah orang dia yang jadi pemeran utamanya."

"Apa? Kamu nyuruh aku buat wawancara si manusia es itu? Kayanya ade nggak sanggup deh bang." Dafira meletakan kedua tangannya di dada sembari menggelengkan kepalanya lemah.

"Lebay deh Ra, lagian ini tuh harusnya jadi challenge buat lo. Orang akan menjadi sukses jika dia mau berjuang."

"Tap,_"

"Engga ada tapi-tapian emangnya lo ngga merasa tertantang gitu buat novel adaptasi dari kisah mereka? "

"Iya aku sih emang pernah punya niatan buat ngejadiin kisah mereka sebagai bahan first novel aku tapi setelah dipikir ulang aku jadi ngerasa engga yakin kalau Refranda mau berbagi kisah cintanya buat aku jadiin novel." ucap Defira menundukan kepalanya lesu.

"Lo kan belum mencoba, tapi kalau andaikan si Refranda nolak lo kan bisa bujuk dia, yaa usaha dikit lah bukannya selama ini lo paling jago buat membujuk seseorang." Andya tersenyum manis seakan membarikan semangat kepada sahabatnya itu.

"everything is fine Ra, lo pasti bisa." Dafira menatap Andya lalu sedetik kemudia senyuman Dafira sudah kembali mengembang dengan semangat Dafira menganggukan kepalanya membuat Andya, Ilana dan Tania ikut tersenyum senang.

"Ini baru sahabat gue." Dafira kembali merengut ketika Andya mengacak rambutnya dengan gemas.

Dalam hati Dafira merasa senang dan tak lupa mengucap syukur karena memiliki dua sahabat yang selalu ada untuknya, selalu memberikan semangat disaat Dafira merasa tak yakin pada dirinya sendiri, tapi disatu sisi Dafira juga merasa cemas apakah Refranda akan bisa menerima niatnya itu, lagipula Refranda adalah termasuk tipe lelaki misterius dan tak tertebak sifat dinginnya yang selalu membuat orang lain segan untuk mendekatinya bahkan kehadirannya saja bisa selalu mendingingkan suasana selama ini tidak ada satupun orang yang mampu menebak dirinya semua tentangnya terasa sangat gelap dan tak terlihat sama sekali bahkan tak ada yang mengetahui kehidupan pribadinya.

Semua orang tidak ada yang tahu tentang kehidupan pribadinya kecuali kisah asmaranya bersama Amira yang sangat melegendaris dan tentang Ayahnya nya yang menjadi kepala sekolah sekaligus ketua yayasan sekolah selebihnya gelap tak terlihat.

Sementara dari sudut matanya, Dafira bisa melihat Refranda yang sedang berjalan dengan tenang melewati koridor tanpa memperdulikan gosip anak sekolah yang sedang membicarakannya. Wajahnya nampak datar dan lagi-lagi aura dingin itu terpancar jelas dari sorot matanya.

Diam-diam Dafira terus memperhatikan sosok Refranda dengan ekor matanya, semakin menjauh hingga sosok itu sudah tak terlihat lagi.

"Semangat, kamu pasti bisa Dafira." bisiknya dalam hati seolah meyemangati diririnya sendiri, lagipula untuk mencapai suatu kebahagiaan maka kita harus rela berkorban, bukan?

Refranda [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang