07

2.7K 104 5
                                    

"Sepatu.. Hmm.. Tidak tidak"
"Dimana ya?.."
"Ahh aku simpan disini saja"

Menata barang ditempat baru memang terlalu membingungkan untukku. Terlebih jika tidak enak dipandang, aku harus menata ulang barang itu.

Setelah satu jam aku membereskan barang-barangku, aku segera mandi dandan bersiap untuk membeli beberapa kebutuhan sehari hari yang tidak kubawa dari indonesia. Seperti sabun, shampo, pasta gigi, alat tulis, dan banyak lagi tentunya.

--Fiona POV--

Mana si tengik itu ? Katanya jam tiga sore sudah disini ? Dan sekarang sudah setengah empat sore, sudah satu jam aku disini.

Tadinya aku ingin datang lebih dulu dari Allen dan memperlihatkan riasan baru diwajahku. Memang sekarang aku sudah lebih dulu berada disini, tetapi ini diluar rencana. Aku sedikit kecewa sekarang.

Aku mengikat rambutku ponytail dan membiarkan rambut halus disekitar telingaku teurai dengan make up naturalis yang baru ku pelajari dari internet. Dan sweater pink membalut tubuhku layaknya selimut karena potongan yang longgar dilengkapi jeans denim dan sneaker wedges coklat yang ku kenakan saat ini.

Tidak lupa juga dengan tas selendang yang kubawa. Selain untuk menyempurnakan tampilanku, aku membawa sejumlah barang yang kubutuhkan didalamnya. Aku tampil lebih simpel tetapi stylish kali ini. Aku ingin terlihat beda didepannya. Untukku semua ini wajar setelah kami tidak bertemu selama seminggu terakhir.

Aku sibuk mengurusi sekolah, tempat aman, dan arsip untuk shellena putri dari kakak ku. Dan Allen sibuk mengurusi urusan pack, karena dia adalah alpha di salah satu pack yang mempunyai banyak musuh. Kurasa itu tidak membuatku heran, karena ia alpha yang hobi berbuat onar.

Sebuah tangan mendarat dipundak sebelah kanan ku. Aku mengenalinya. Aku mengenali sentuhan itu.

"Maaf sayang aku terlambat"

Suara yang tak asing lagi berbisik lembut ditelingan kiri ku.

Pandanganku terpaku pada sosok pria jangkung dengan dada bidang berkulit coklat. Allen. Yah dia Allen. Aku tersadar dari lamunanku.

"Ahaa.. Sudah hampir jam empat sekarang, mana dia..?"

Aku memutar pandanganku mengelilingi seluruh area cafe berusaha mencari seseorang.  Berpura-pura tidak melihat Allen yang kini duduk dikursi tepat dihadapanku.

--Allen POV--

"Yahh.. Aku tahu aku terlambat, jangan mulai lagi"

Apa dia tahu perilakunya sangat menyebalkan, aku baru saja datang dan dia.. Ahh apa-apaan ini bukannya disambut dengan senang hati malah begini kelakuannya.

Dia malah berpura-pura tidak melihatku, padahal jelas sekali tadi dia tidak bisa melepas pandangannya dariku. Aku tahu aku terlambat, sangat terlambat.

"Hey ayolah aku serius. Maafkan aku"

"Ah.. Sudahlah mungkin dia tidak akan datang. Aku akan menghubunginya nanti"

Menyebalkan dia beranjak dari tempat duduknya, membenahi tasnya dan berjalan keluar.

Oke kalau itu maunya. Aku segera menyusulnya, menarik tangannya. Aku membawanya ke parkiran tepatnya ke arah mobilku, tidak memperdulikan ocehan yang ia keluarkan aku tetap menyeretnya.

Saat hampir sampai ke mobilku. Ia menghempaskan tanganku.

"Sakit!! Apa kau tuli ? Aku sudah mengatakannya berkali-kali tapi kau tetap menyeretku dan menggenggam tanganku dengan kuat"

Matanya berkaca-kaca, aliran air kecil mulai terbantuk di pipinya. Sakit rasanya hatiku melihat mateku belahan jiwaku menangis seperti itu. Aku menyesal aku memang salah tetapi aku tidak bermaksud menyakitinya.

Aku menghampirinya menutup jarak diantara kami. Aku memeluknya erat tetapi berhati-hati jangan sampai ia kesakitan lagi karena aku. Aku mengelus kepalanya membisikan permintaan maaf dengan lembut ditelinganya.

Ia membalas pelukanku. Perlahan rasa sakit hatiku mulai luntur. Aku merangkulnya sampai mobil.
"Kita bicara nanti ya"

"Nanti ? Kapan ? Aku tidak akan pulang dulu sekarang, aku harus mengawasi keponakanku"

"Malam ini aku akan bersamamu"

"Benarkah?"

"Ya, mungkin selama seminggu aku akan tinggal ditempat mu"

"Kenapa ?"

"Apa ? Kau tidak ingin bersamaku ? Bersama matemu ?"

"Tidak, aku tidak bilang begitu aku..

----------------------------------------------------

Dia tidak akan berhenti bicara kalau aku terus bertanya. Aku hanya ingin bersamanya saat ini. Aku hanya berharap ia dapat mengerti dengan jawaban sekilasku. Aku merasa hal buruk akan terjadi disekitarnya. Dengan kondisi pack ku yang bisa kapan saja diserang oleh Redmoon pack.

Pack ku kali ini memiliki tambahan satu musuh pack yang cukup terkenal dengan pasukan dan rogue yang sangat kuat. Meskipun begitu wilayah kekuasaan mereka masih sempit, jadi aku tidak terlalu khawatir akan jumlah pasukanku. Mereka cukup kuat untuk menangani pasukan Redmoon pack.

"Kita kemana sekarang ?"

"Apa boleh kita kerumah mu sekarang ?"

"Shellena.. Shellena ada dirumah sekarang. Apa kau tidak keberatan ?"

"Ah begitu ya.. Telepon dia sekarang katakan kamu tidak pulang malam ini"

"Kita mau kemana ?"

"Ada hal penting yang perlu kau ketahui"

Dia hanya menganggukkan kepalanya. Mengeluarkan handphone dari tasnya dan melakukan apa yang aku suruh tadi.

"Sekitar satu setengah jam lagi kita sampai"

--Zara POV--

"Sepertinya buku tulisku masih kurang"

"Kau juga membutuhkan buku paket kimia analis ra"

"Ah iya aku hampir lupa"

"Ayo sekalian aku juga mau beli"

"Hhmm"

Kami berjalan menuju tempat buku paket di toko buku dekat rumah kami. Kali ini aku bersama Stephanie teman sekelasku dikampus. Karena ini awal semester aku harus membeli buku-buku paket yang akan kubutuhkan nanti. Aku memang sudah membeli sebagian besar buku paket yang akan ku pakai, tetapi kali ini aku mendapat jadwal ajar oleh dosen baru. Banyak orang mengatakan dia adalah salah satu dosen baru paling tegas yang kampus kami miliki.

Dua jam berlalu, kami telah mendapatkan apa yang kami butuhkan. Awalnya kami pulang bersama tetapi dipersimpangan jalan tepat 5 meter dari toko buku kami berpisah. Stephanie harus pergi kerumah pamannya untuk mengambil sepeda motor yang ia titipkan kemarin. Sementara itu aku akan mampir ke cafe dekat sini, kurasa akan menyanangkan bila sore hari ini ditemani satu cup espresso.

"HHmm haahh... wanginya.. emm.."

Aku menyeruput espresso yang baru saja aku ambil.

Byyuuurr Bbruukk

"Ahh panas panas"

"Maaf maaf bagaimana ini"

Tanpa berpikir panjang aku berlari menyeret gadis dengan tumpahan kopi di bahunya ke toilet cafe itu, aku mengambil ember dengan air yang setengah penuh dan

Bbyyuurrrr...

~~See you around guys~~

Yuhuuu...

Jangan lupa voment yaa..
Bye bye (*^o^*)

My Mate is Different(REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang