Chapter 2

1.2K 160 50
                                    

Egypt

Sudah hampir setengah tahun Cleopatra telah menjadi seorang ratu, dan saat ini musim paceklik telah tiba. Selama ia memerintah, para rakyat dipaksa untuk bekerja selayaknya budak yang akan di jual di pasar gelap. Mulai dari bertani hingga membangun sebuah piramida untuk mendiang ayahnya dan juga sebagai bentuk keagungan atas kecantikan dirinya.

"Julius, bagaimana dengan semua hasil tani sejauh ini?" tanya Celopatra.

Gadis cantik bermata biru itu kini sedang berjalan menuruni anak tangga, "Tidak berjalan baik Ratuku. Beberapa diantaranya mati dan tak bisa bertumbuh kembali. Jika kau tengok keluar Kerajaan, matahari kini sedang berada di titik tertinggi memancarkan panasnya."

Cleopatra menggeram. Gaun panjang bewarna emas kini terseret cepat seiring langkahnya maju ke arah pintu utama.

Pintu terbuka membuat cahaya matahari langsung menyengat kearah bola matanya, "Ini tidak mungkin." gumam Celopatra.

"Julius!" Panggil Celopatra dengan suara membentak.

Namun sebelum Julius menjawab, salah satu tentara berlari terburu-buru menghampiri Cleopatra. Ia menunduk saat tubuhnya sudah berhadapan dengan Ratunya.

"Ratuku, Celopatra. Ada hal penting yang ingin ku sampaikan kepadamu," ujarnya masih dengan kepala yang tertunduk.

Cleopatra mengangguk, "Bicaralah."

"Gudang persediaan makanan telah hangus terbakar, Ratu."

Tubuh Cleopatra membeku. Satu-satunya gudang yang tersisa kini telah habis terbakar. Ia menggeram, tubuhnya sudah penuh dengan keringat. Tak lama Julius datang menghampirinya dengan wajah tertunduk tak berani melihat wajah Ratunya.

"Julius! Bunuh semua penjaga yang berada di gudang! Mereka semua tak berguna!" tukas Cleopatra dan langsung berlalu masuk.

Gentakkan langkahnya terdengar keras. Cleopatra berjalan menuju kamar Ramses yang berhadapan langsung dengan ladang pertanian. Ia tak kuasa menahan amarah, di musim penceklik seperti ini hanya akan membuatnya semakin kesusahan. Mata birunya nampak terlihat lebih gelap, terbesit di pikirannya untuk melakukan kerja sama dengan beberapa Kerajaan di Mesir. Namun tidak, Cleopatra bukanlah seorang Ratu yang dapat dengan mudah membuat perjanjian dengan Kerajaan lain. Walaupun keadaan sudah mendesaknya seperti ini sekalipun.

Ia memasuki kamar Ramses. Semakin hari keadaan Ramses semakin memburuk. Dengan langkah perlahan, ia mendekati Ramses yang kini sedang berbaring lemah di atas ranjangnya.

"Ayah.." Cleopatra menduduki bibir ranjang Ramses sembari menggegam tangan pucatnya.

"Aku akan melakukan apa saja untuk menjaga nama baik Kerajaan ini," kilah Cleopatra. Baru kali ini mata birunya nampak berkaca-kaca mengingat satu-satunya penguat dalam hidupnya kini sudah terbaring lemah di hadapannya.

Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar. Dengan perlahan ia menoleh dan melihat Julius berada di ambang pintu seraya menggegam sesuatu yang berbentuk seperti gulungan.

"Masuklah." seru Cleopatra yang kini kembali menolehkan wajahnya menatap Ramses.

"Ratuku, terdapat surat undangan untukmu." ujar Julius membuat Cleopatra mengernyitkan dahinya.

Surat undangan?

Lantas, ia langsung mengambil surat yang berbentuk seperti gulungan itu dari tangan Julius. Dengan kilat ia membukanya. Kali ini ia terkejut bukan main, pasalnya ia melihat beberapa kalimat yang menyertakan jika Kaisar Harry ingin mengundangnya untuk makan malam bersama di dalam Kekaisarannya.

CLEOPATRA [h.s]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt