"Jeoseonghamnida."

"Gwenchana yo," Wonwoo kemudian bangkit dari duduknya. Rasa pusing dan mualnya sepertinya sudah mereda.

"Aku bisa meminum obatku sendiri," ia mengambil obat miliknya dari tangan Juyeon. Lalu melangkah ke dapur dengan langkah yang sedikit terhuyung.

Membuat Juyeon dengan cepat berdiri dan merangkul Wonwoo. Berusaha menjaga keseimbangan lelaki itu. "Kau harus hati-hati sunbae. Sepertinya kondisimu masih belum membaik."

Wonwoo terkekeh. Lalu menepuk-nepuk bahu Juyeon. "Gomawo."

Nafas Juyeon tertahan.

"Karena sudah perhatian padaku seperti ini."

Dan detik berikutnya muncul sebuah rasa hangat yang menyelimuti tubunya seiring hembusan nafasnya yang sempat tertahan.

Walau tanpa senyum diwajahnya, ucapan Wonwoo barusan berhasil membuat jantung Juyeon lagi-lagi berdegup kencang dan memunculkan rona kemerahan yang kali ini tak bisa disembunyikan.

***

Mingyu sudah berada di toilet sekitar sepuluh menit yang lalu. Wajah tampannya sudah berkali-kali ia basuh. Berusaha menghilangkan rasa cemas yang sejak tadi sudah menghampirinya ternyata tak semudah yang ia bayangkan.

Sempat menghubungi Juyeon beberapa menit lalu, rasa gelisah Mingyu semakin bertambah ketika gadis itu tak mengangkat telepon juga mengabaikan pesannya.

Harusnya ia memang tak meninggalkan Juyeon berduaan dengan Wonwoo. Harusnya ia bisa mengontrol emosinya saat itu. Harusnya--

"Tenang Kim Mingyu. Wonwoo hyung tidak mungkin melakukan hal yang aneh-aneh padanya..."

Ia menarik nafas dan menghembuskannya pelan. Sekarang yang bisa ia lakukan adalah berusaha memasukkan sebanyak mungkin pikiran positif ke dalam kepalanya.

Pulang dan kemudian membolos sekarang jelas bukanlah pilihan yang bagus. Mingyu tak mau reputasinya sebagai 'murid kesayangan para guru' rusak hanya karena sekali membolos.

Karena lelaki ini percaya bahwa semua orang begitu mudah mengingat satu kesalahan daripada mengingat seribu kebaikan.

Dan Mingyu tak mau seperti itu, tentu saja.

Satu-satunya cara adalah bersabar menunggu bel pulang sekolah yang masih sekitar enam jam lagi berbunyi.

Ya, Mingyu hanya harus bersabar menunggu bel pulang berbunyi, dan semua kegelisahannya akan usai.

***

"Sunbae sudah mau pergi?"

Pertanyaan dari Juyeon membuat Wonwoo meliriknya. Mata tajamnya memandangi Juyeon cukup lama hingga ia mengangguk.

"Mau kemana?" Juyeon kembali bertanya. Ada sedikit nada tak rela yang sayangnya lolos dari pendengaran Wonwoo.

"Aku harus ke rumah sakit."

Alis Juyeon berkerut sempurna. "Rumah sakit? Memangnya siapa yang sakit?"

Wonwoo memutar bola matanya. Lalu ia menaruh tangannya di kepala Juyeon sambil dielusnya puncak kepala itu. "Kau seharusnya tidak jadi gadis dengan rasa penasaran tinggi seperti ini," lalu menurunkan tangannya.

Juyeon diam. Memandangi Wonwoo yang kini mulai melangkahkan kakinya menuju pintu.

Langkahnya sudah tak sempoyongan lagi. Setelah meminum obat, Wonwoo memakan masakan yang Juyeon buatkan untuknya. Lalu saling bercerita banyak hal.

My Masternim ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang