0.1

884 112 9
                                    

"Partner up, class." Dosen kita menutup kelasnya dengan Kalimat tersebut sebelum beranjak keluar kelas.

Fak.

Males banget.

Projek partner-an kali ini, seperti biasa, Berdua, dan tugasnya pasti ribet ribet. Entah disuruh wawancara kemana lah, bikin tugas apalah. Malah kemaren, pas gue partner-an sama Dika, kita wawancara sebuah toko yang letaknya di bandung, udah gue dan Dika itu sama sama keras kepala, kita sepanjang jalan bertengkar dengan topik yang gak jauh dari ;

' Eh, Lo yang bayar Parkir dong! '
' Kan gue bayar makan tadi! '
' Kan gue bayar bensin! '
' Ah anjing, Bayar Parkir! '
' Elo anjing! '
' Lah anjing teriak anjing! '

"Aah," Gue menyenderkan tubuhnya dikursi dengan malas, "Mau partneran sama siapa coba."

"Ekhem,"  Seorang Pria bertubuh ... pendek, berdeham, membuat gue menoleh kearahnya, "Juna?"

"Arjuna." Dia mengoreksi. "Bodo. Juna."
Jawab gue lagi, teguh dengan perkataan.

"Ada apa?" Tanya gue lagi, yang membuat Juna hanya menghela nafasnya, "Partneran sama gue ya? Kyungsoo cuti."

"Oalah, Ayo deh, Ayo." Gue cuman ngangguk aja, yaudah deh, kalo masalah ginian gue mah ngangguk aja.

"Kalo kelas udah selesai, gue tungguin depan kampus ya." Ucapnya singkat sebelum kembali ketempatnya.

"Lah?" Gue mengernyitkan dahi. "Aneh."

Oke, Juna emang cakep. Dan jaman sekarang, apasih yang gak liat muka dulu? Gini ya, gini. Mau lo semua bilang bahwa yang dilihat hati duluan—jelas jelas tampang itu nomor satu. Jaman sekarang masih ada yang bilang kalau hati itu yang utama, dan tampang itu keberapa?

Bah. Basi.

"Nad." Panggil Reagan ke gue. "Yok?" Gue ngebales sapaan Reagan dengan alis yang sedikit diangkat.

"Selesai kelas, futsal, yuk?" Gue baru aja mau mengangguk namun baru mengingat ada janji sama Juna, "Maaf Rey, gue ada Janji."

"Elah, yaudah. Telfon kalo udahan." Reagan akhirnya memutuskan untuk keluar dari kelas gue.

Depan Kampus, Jam 3 Sore, Setelah Kelas.

" Juna mana, sih." Gerutu gue, kesel. "Mending gue cabut main di warnet tau gini mah. "

"Nad?" Gue memutar badan dan menemukan Juna disana, "Lama bener?"

"Gue udah kelaperan nih. Makan dulu yok." Gue menepuk perut gue sendiri.

"Makan bebek goreng yok." Seru gue semangat, Juna mengangguk, "Mau dimana? Alamat Restorannya ada?" Katanya.

"hah?" Gue mengernyitkan dahi, "Bebek goreng mang Rizky, warung depan kampus."

Sekarang giliran Juna yang mengernyitkan dahinya, "Be.. Bebek  goreng mang Rizky?"

"Yoi, enak banget!" Gue mengeluarkan ibu jari sambil tertawa. "Beuh, mantap!"

"Ayo." Juna jalan duluan kemobilnya, gue cuman ngikutin dari belakang.

Edan.

Itu yang ada dipikiran gue sekarang, Untuk ukuran cowok, Juna termasuk yang ukuran pendek. Tapi yang tragisnya; gue lebih pendek dari cowok ini. 

Keduanya menaiki mobil Juna dan siap siap untuk pergi ke warung dekat kampus mereka.

"Ortu lo dimana? Lo tinggal sama Wendy?" Tanya Juna, sekedar memberikan obrolan kecil penyegar suasana.

"Wendy yang tinggal sama gue," gue mengoreksi, "Mama lagi ada kerja di Singapura, Ayah gue sih, meninggal pas gue umur lima tahun." Jelas gue.

"Ah, maaf." Juna keliatannya agak ga enak sama gue karena mengangkat topik itu.

"Ngapain?" Gue senyum sedikit, "Santai kok. Gue jugaan gapernah ketemu dia, bahkan liat aja gak pernah."

Juna mengernyitkan dahinya, "Kok? Gak ada foto?"

"Nope," Gue menggelengkan kepala, "Mama sama kakak udah gak ngebolehin gue liat foto Ayah. Dirumah cuman ada foto keluarga, isinya gue, kakak, mama, sama papa."

"Papa?" Juna makin penasaran—Ayah dan Papa?

"Iya, Mama nikah lagi tahun lalu." Gue tersenyum, "Awalnya gue gak setuju. Gimana mau setuju? Bapak gue tuh yang lo gantiin. " Gue ketawa kecil, "Tapi ngeliat Mama seneng banget, bikin gue seneng juga. "

Juna, entah kenapa merasa terenyuh. Dia gak nyangka aja. "Lo .. kenapa cerita masalah gini ke gue? Bukan kenapa kenapa sih, tapi kita, baru kenal kan?"

"Hehe, iya ya, maaf yah kalo ganggu. " Gue nyengir, "Entah, nyaman aja rasanya ngobrol sama lo– STOOP! "

Juna ngerem mendadak, dan gue langsung siap siap turun dari mobil.

Gue gak denger jelas tapi kalau nggak salah, Juna sempat bergumam kecil, "Lo lucu ya."

Kita | kjm. Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin