TA 1 ; Pertemuan Pertama

105K 7K 385
                                    


"Kamu harus selalu cantik, ngerti?" Mama kembali berwajah gelap, melekatkan gaun itu ke tubuhku dan tersenyum lebar. "kamu harus dapet jodoh orang kaya. Tua juga gak pa-pa, yang penting harus kaya. Biar Mama gak perlu kerja, Mama udah capek ngurusin kamu sama dua adik kamu itu."

Aku mengangguk. Mengangkat wajah, melihat bandroll harga di gaun merah muda yang hendak Mama belikan. Aku bertanya, "Ma~ harganya empat ratus, gak pa-pa beli yang semahal ini?"

"Gak pa-pa. kamu harus keliatan berkelas biar dilirik orang kaya." Kedua tangan pucat itu terulur, mengelus pipi halus puterinya kemudian berbisik, "Kamu itu cantik, dan tugas Mama buat pancarin aura kamu biar lebih cantik. Ngerti?"

Aku berbisik, "Tapi Acacio belum bayar SPP, 'kan?"

"Itu gak penting." Mama memerhatikan gaun di tangannya. Dia tersenyum lebar, "asal kamu dapet jodoh orang kaya, suatu hari nanti dia bisa lanjutin sekolah. makanya kamu jangan sampe punya pacar orang susah. Kamu harus pinter-pinter pilih pacar, siapa tau dia jodoh kamu di masa depan?"

Mama melangkah menuju kasir. Aku membuntutinya, kemudian menyampingkan rambut cokelatku ke sisi telinga. Sejak Papa pergi~ Mama jadi seperti ini.

Mama mengambil tanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga dan menghidupi kami ketiga anaknya. Namun karena stress dan mengurus kami terlalu berat, Mama jadi seringkali marah tidak terkendali.

Aku adalah bonekanya. Asset-nya agar suatu hari nanti mendapatkan suami yang kaya raya sehingga kami bisa bangkit dari garis kemiskinan yang selama ini mencekik. Walau kami susah, Mama memberikanku banyak barang mahal, juga memasukanku SMU Swasta elite sekali pun demi mengurangi beban Mama, aku belajar mati-matian agar mendapat beasiswa.

Mama bilang aku tidak harus belajar. Aku hanya perlu menjaga kecantikanku agar para cowok kaya melirikku. Namun aku tidak ingin menjadi manusia hina yang hanya bisa mengandalkan orang lain. Mama seperti ini karena terlalu lelah, suatu hari nanti jika aku sudah bekerja dan membantu keuangan keluarga, mungkin Mama akan berubah.

Merasa ada seseorang yang memerhatikan, aku menggulirkan pandangan. Menatap cowok yang berdiri di kejauhan. Dia sedang memerhatikanku, salah satu cowok yang seringkali melihat sisi kelam keluargaku.

Entah kenapa dia selalu seperti itu?

Sejak tahun lalu, saat aku Mama pukul di depan rumah karena diantar teman cowok pulang naik motor, dia selalu mengarahkan tatapannya padaku. Mungkin dia kasihan~ atau justru merasa keburukanku adalah hiburan. Aku tidak terlalu peduli.

Langit namanya. Salah satu cowok paling mencolok di sekolah. dia dikenal sebagai berandalan tingkat Dewa. Guru-guru pun menyerah untuk menanganinya. Namun sekali pun dia sering bolos dan berbuat onar, dia menjadi idola untuk para cewek. sikapnya sangat ramah dan murah senyum. Dia berbaur dengan semua orang tanpa membedakan status selama mereka cocok dengan sosoknya.

Dia satu-satunya cowok yang selalu datang ke sekolah dengan sepeda.

Cowok itu nyengir saat aku menatapnya tajam, melemparkan kiss bye dan dadah-dadah seperti orang gila.

Aku membuang muka dan menggeram.

Aku sangat membencinya.

Sangat-sangat membenci Langitra Rafa Achiles.

***

Hari selasa, anak SMU, kelas XII IPA 1, seperti biasa tidak ada yang membedakan dengan hari-hari anak sekolahan lainnya. Berdiam diri di kelas sambil berbincang dengan beberapa teman menggosipkan apa saja hal yang penting bisa membunuh kebosanan.

Tidak peduli sekali pun kelas yang mereka tempati merupakan kelas unggulan, sepuluh menit menjelang bel jam pelajaran berbunyi, sorak-sorai para murid yang sudah bermunculan di dalam kelas membuat gaduh menambah bising. Teriakan, pekikan, makian, bahkan tawa ala setan mengumandang membuat beberapa orang merinding ngeri.

Tentang Aku (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang