dua

46.2K 2.9K 40
                                    

Selepas agenda hari itu selesai, Freya dibawa oleh Nigel dan Ashlj ke klub jurnalistik mereka.

Sejauh ini, Freya menikmati harinya. Yang paling ia sukai adalah dosen-dosennya. Mereka mengingatkannya akan Yesus Kristus yang rendah hati. Salah satu dosennya, seorang yang paling tua, bahkan mengendarai sepeda untuk pergi ke kampus. Jabatan tangan pria itu terasa seperti semuanya: seorang teman, kakek, ayah, dan semua yang baik yang bisa dinikmati dari dunia yang sudah jatuh ini.

Semua yang baik itu terasa akan luntur di depan ruangan klub jurnalistik itu.

Ruangan klub itu tidak terlalu besar, dan, khusus hari itu, ruangan itu seolah baru saja mengecil karena begitu banyaknya orang di dalam sana.

Beberapa langkah sebelum mereka tiba, Nigel melongokkan kepalanya ke dalam. "Mereka sedang rapat."

"Rapat yang lalu-lalu tidak membuat ruangan sepenuh ini," sanggah Ashlj. Gadis jangkung itu sedikit berjinjit, melihat melampaui tubuh orang-orang di depannya. Kemudian, ia membuat pengumuman yang begitu singkat tetapi juga padat, "Nate."

"Ah. Itu menjelaskan semuanya." Nigel mengangguk-angguk paham. "Berarti ini rapat bersama klub filosofi yang sudah dijadwalkan sejak semester lalu itu."

Freya tidak begitu mengikuti percakapan dua temannya. Ia sedang sibuk memandangi seorang gadis di samping kirinya yang akan masuk ke dalam ruangan itu juga tetapi tertahan karena mahasiswa dari klub jurnalistik dan filosofi sedang memenuhi ruangan itu.

Tatapan Freya pada gadis itu semakin intens, sehingga gadis berkaca mata itu mengalihkan tatapannya. Sebelum Freya sempat mengajak gadis itu berbicara, putri bungsu Salbatier itu sudah diseret oleh teman-temannya ke dalam ruangan.

Anggota klub filosofi dan jurnalistik mulai pergi meninggalkan ruangan. Satu-persatu dari mereka menghilang di balik pintu, menyisakan para ketua di dalam sana.

"Halo, Paulette. Gue bawa anggota—"

"Sebentar." Paulette, ketua klub jurnalistik yang hari itu begitu manis dengan atasan leher kura-kura dan rambut dicepol berantakan itu menahan Nigel, anggotanya, dengan sebuah gerakan tangannya, dan kembali berbicara kepada Nataniel.

Nigel mendesah sedih, tetapi ia menikmati ini. Ia menikmati memandangi Nataniel yang begitu tampan hari itu dan hari apa saja. Ia menikmati perpaduan Nataniel Jordan dengan Paulette Aria. Keduanya cocok untuk sama lain. Ada supremitas yang banyak orang temukan serupa di dalam keduanya.

Sementara itu, Ashlj melipir ke tempat buku-buku berjajar. Kebanyakan buku itu merupakan buku yang laku keras. Cukup banyak juga di dalam rak itu yang adalah milik negara dan tidak diperdagangkan. Freya senang membaca buku, tetapi buku-buku yang terpajang itu gagal memikatnya.

"Terima kasih sudah menunggu, ya. Ada apa tadi?" tanya Paulette kepada Nigel ketika dirasanya obrolannya dengan teman prianya dapat dihentikan sebentar.

Nigel memandang Paulette dan Nataniel yang berdiri tegap di hadapannya. Matanya mengerjap-kerjap gugup tanpa ia sadari. Tatapan tipikal putra tunggal Jordan itu tertuju kepadanya juga, dan itu membuatnya ingin mengutuki diri sendiri karena telah menjadi begitu norak.

"Uh..." Nigel membuang napasnya. "Gue mau memperkenalkan anggota baru. Namanya..."

Freya tidak lagi di sana. Nigel mencari-cari dan tidak menemukan.

Paulette mengangguk, menangkap pesannya. Ia kemudian mengakhiri percakapan bahkan tanpa reflek celingukan demi membantu mencari, "Anggota baru, oke. Kita bisa melakukannya nanti. Terima kasih sudah menambah jumlah anggota klub kita, N. Kita bicara lagi nanti, ya."

Sejak dulu, Paulette memang tidak pernah memiliki banyak waktu.

Tapi Nigel juga tidak memiliki waktu sebanyak itu untuk mencari temannya yang hilang. Gadis itu menggeram dan menanyakan temannya, Ashlj, soal Freya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

She who Loves RegardlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang