Siap Percayakan Hidupmu Pada Tiang Bangunan?

48.3K 5.6K 437
                                    

Sepanjang acara resepsi, Gigi terus-terusan menempel pada Mila dan tidak sudi berada dalam radius di bawah lima Meter dari Varco. Laki-laki itu juga melakukan hal yang sama seperti Gigi---menjauh, agar kedekatan mereka tidak disalah artikan keluarga besar mamanya. Bukan apa-apa, ia tidak ingin diInterogasi macam-macam apalagi sama eyangnya yang entah kenapa satu visi dengan mamanya yang hobi mendikte.

Melihat Gigi celingukan sendiri di tengah-tengah manusia yang berlalu lalang karena ditinggal Mila yang mulai sibuk dengan keluarga besarnya, Rizaka menghampiri gadis itu.

"Eh... Thanks Ka." kata Gigi ketika Rizaka memberinya segelas Manggo Juice. Laki-laki itu tersenyum dan mensejajarkan dirinya di samping Gigi.

"Kerja dimana skarang, Gi?" Rizaka membuka obrolan.

"Masih jadi kacung di kantor papa sih, cuman tiga tahun belakangan ini lagi coba Independent dan buka-buka CV. Baru Grid II sih, dapet proyek kecil-kecilan, Under 300 juta. Jalan setapak, talut, bridge gitu-gitu."

Rizaka mengangguk. "Keren," pujinya.

Gigi menyeringai. "Tapi masih di dalam apitan ketek papa sih. You know lah, Ka. Proyeknya hasil sim salabim." Aku gadis itu jujur. dan lelaki di sampingnya tertawa kecil.

"Gak masalah. Aku ngerti dunia kalian." komentar Rizaka setengah terkekeh.

"Kalo kamu, Ka?"

Juice di dalam gelas Rizaka berpindah setengah ke mulutnya, bibir bawah pria itu menyelimuti bibir atasnya untuk menghapus sisa Juice. "Biasa, anak-anak kuningan."

Kening Gigi tertaut tidak mengerti. "Maksud kamu?"

Rizaka tertawa pendek. "Di salah satu Embesy gitu."

"Gila Kaa, itu kan seleksinya susah banget," mata Gigi berbinar-binar. "Kamu emang di Embassy mana, Ka?"

"Australian Embassy."

Jeysia Rianggita berdecak penuh kekaguman. "Ih Ka, Keren banget," pekiknya. "Itu kan cita-cita aku, makanya dari dulu pengen masuk HI, cuman sama papa diarahkan ke teknik." gerutu gadis itu dengan bibir mengerucut. Rizaka hanya menanggapi dengan senyum kecil. "Pegawai reguler apa temporary, Ka?" tanyanya lagi.

"Reguler, kakak Ipar." jawab Rizaka setengah menggoda. Spontan Gigi memukul lengan pria itu pelan.

"Apaan sih, Ka."

"Lah, emang kamu akan jadi kakak ipar aku kan?"

Ketika hendak membalas ledekan Rizaka, mata Gigi menangkap seseorang di belakang punggung Rizaka yang tengah berjalan menghampiri mereka, gadis itu tertegun. Rizaka yang melihat Gigi terdiam, ikut-ikutan menoleh ke belakang melihat apa yang dilihat Gigi, dia mendapati seorang Pria dengan kemeja yang Rizaka kenali sebagai Bestman Wedding dari pihak keluarga pengantin laki-laki. Pria itu tersenyum dan melambai ke arah keduanya.

"Rizaka?" mata pria itu menyipit melihat Rizaka. "Damn you Rizaka!" teriaknya lagi, ia berjalan cepat dan merangkul Rizaka, tangannya kurang ajar menumbuk punggung Rizaka keras.

Rizaka menarik dirinya. "Brengsek lo Zibran." umpatnya kesal, ia memperbaiki kemejanya yang setengah acak. Zibran terkekeh pelan dan meninju bahu Rizaka sambil curi-curi pandang ke Gigi.

"Setiap hari juga ketemu di kantor, pura-pura excited lagi, bilang ajah kalo lo nyari perhatian si Gigi." Seru Rizaka blak-blakan. "Kenapa? gugup yah?"

Wajah Zibran memerah. Mengabaikan ledekan Rizaka, dia mendekati Gigi yang masih diam menatap kedua sahabat semasa kuliah ini. "Hai... Gi, apa kabar? lama nggak ketemu." sapanya sedikit tidak enak. "Uhmm, tiga atau empat tahun yang lalu yah, Gi kita terakhir ketemu?"

Gigi KokoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang