"Pangeran"

164 9 0
                                    

Kring..kring..kring

Bunyi alarm membangun kan ku dari alam mimpi. Pelan ku buka mata ku, senyum langsung merekah di wajah chubby ku. Aku bangkit dari tempat tidur dan mulai membereskan selimut yang aku gunakan.

Aku turun ke dapur yang berada di lantai satu masih menggunakan piyama. Memasak adalah rutinitas ku setiap pagi, menyiapkan sarapan. Meski mama selalu meminta ku untuk tidak memasak dan mengambil pembantu tetapi aku selalu menolak karena aku mau tumbuh menjadi wanita yang mandiri dan ini adalah salah satu cara aku berterima kasih karena mereka mau menerima dan merawat ku.

Setelah menyiapkan sarapan aku langsung menuju kamar kembali untuk bersiap untuk sekolah. Aku berada di depan cermin memandangi pantulan diriku, mama Tania bilang bahwa wajah aku sangat mirip dengan alm. Mama, aku menyisir rambut panjang ku lalu mengikat dan mengepangnya, terakhir adalah memakai kacamata yang sebenarnya bukan kacamata minus hanya saja aku tak PD dengan wajah ku jadi aku menutupinya dengan kacamata besar.

Ke sekolah aku tak diantar meski pun mama selalu memarahi ku karena aku lebih memilih menggunakan angkot daripada diantar dengan mobil bersama Okta dan Reno. Hal tersebut adalah sebagian dari misi ku, menemukan apakah ada orang yang tulus ingin berteman dengan ku tanpa melihat keadaan ku.

Tak berapa lama aku sampai di depan gerbang sekolah, hanya aku siswa yang menggunakan angkot sedangkan yang lainnya diantar dengan mobil mewah dan bahkan sebagian membawa kendaraan sendiri. Bukan hanya mobil namun ada juga yang membawa motor namun bukan motor yang digunakan oleh tukang ojek tetapi motor dengan harga yang fantastis.

3 bulan bersekolah disini namun belum menemukan teman, sangat aneh bukan. Ku langkah kan kaki ku memasuki gerbang sekolah yang sangat besar menampakkan bangunan besar nan mewah dibelakangnya. Tatapan-tatapan aneh selalu aku dapat hingga aku sudah sangat terbiasa dengan tatapan tersebut.

Tuut..tuut..tuuut..

Ku balikkan badan ku dan mendapati sebuah mobil sport berwarna merah, aku langsung menghindar tak mau menghalangi jalan ketua genk CaCaKa. Kalau tak menghindar aku bisa diserempet.

Tak berapa lama aku langsung sampai di depan kelas, tak asing lagi melihat pemandangan di depan ku ini –berkumpulnya cewek-cewek genit- yang katanya sedang menunggu sang "Pangeran"

"Permisi, aku mau lewat" ucap ku sopan

"Ehh ada si cupu, bukain jalan tuh daripada kalian dempet-dempet nanti kalian terkena bakte... aaaaa" belum selesai dia mengeluarkan kata terakhir makiannya kepada ku dia langsung teriak histeris hingga membuat jantung ku hamper loncat. Bukan main berada di tengah cewek-cewek yang berteriak kencang seperti itu.

Tak lain mereka berteriak karena sang "Pangeran" telah datang dengan 2 cowok tak kalah popular yang berada disampingnya. Aku akui memang dia bagai "Pangeran" namun aku sadar akan siapa diri ku. Aku langsung memasuki kelas yang damai hanya ada beberapa siswa karena yang lainnya sedang menyambut "Pangeran". Ku edarkan senyum ku meskipun tak ada satu pun yang membalas senyum.

Aku mendaratkan bokong ku di bangku ku yang berada di urutan kedua dari depan. Tak berlama-lama aku langsung mengeluarkan buku untuk pelajaran pertama, ku lirik jam masih ada waktu 15 menit hingga waktu belajar akan dimulai aku memtuskan untuk membaca novel yang baru aku beli.

Bel penanda untuk siswa masuk kelas pun berbunyi, aku langsung memasukkan novel kedalam laci mejaku dan merapikan mejaku. Harum parfum langsung mengisi paru-paru ku dikala sang "Pangeran" duduk di bangkunya tak lain adalah di depan ku. Setiap hari aku selalu menghirup harum khas kecuali libur sekolah.

Sangat beruntung kah aku bisa duduk dekat dengan "Pangeran" atau kah bencana bully yang menghampiri ku, dua-duanya telah kurasakan.

Selama bersekolah disini aku tak pernah berbicara dengannya, bahkan mendengar suaranya hanya pada saat guru bertanya. Aku hanya dapat menatapnya dari belakang, tak berani menatapnya dari depan karena mukanya yang datar. Meski pun begitu tak dapat dipungkiri wajahnya sangat tampan dan bisa membuat ku kagum. Ya, aku bisa dikatakan fans dari Digo Aliansyah Franses sang "Pangeran" itu namun aku tak alay seperti yang lainnya berteriak-teriak, cukup memandanginya dari belakang dan menghirup harum parfumnya saja sudah membuat nyaman. Sangat beruntung wanita yang menjadi kekasihnya itu

Jam istirahat kelas menjadi kosong karena semuanya berada di kantin. Hanya tersisa aku seorang diri, aku mengambil bekal yang selalu aku bawa dari rumah. Aku membawa bekal bukan karena tak diberi uang jajan, bahkan uang jajan ku sangat lebih namun aku lebih memilih menabungnya dan menggunakannya untuk membeli buku atau novel yang aku inginkan tanpa meminta lagi ke mama atau papa.

Saat aku asyik dengan makanan ku, langkah kaki seseorang terdengar dan sepertinya akan masuk ke kelas namun aku tak menghiraukannya karena semua memiliki hak untuk masuk ke kelas.

Uhukk..uhukk

Aku tersedak melihat siapa yang memasuki kelas, bukankah aku sudah sangat sering melihatnya masuk ke kelas namun mengapa aku tersedak seperti ini atau mungkin karena hanya ada kami berdua, entahlah.

Dia langsung berjalan kearah ku, salah kearah bangkunya. Aku jadi deg-degan melihatnya, tak kuat aku langsung menundukkan kepala ku karena tak kuat menatap wajahnya yang sangat.. tak usah dikatakan kalian pasti sudah mengetahinya.

"Makanya kalau makan tuh hati-hati" kata pertama yang dikeluarkan seorang Digo kepada ku, aku langsung menghilangkan kegeeran ku itu namun tak dipungkiri pipiku merona.

Aku mulai mengangkat kepala ku dan kulihat dia sedang membaringkan kepalanya diatas meja.

"Dari belakang aja udah kelihatan gantengnya, apalagi dari depan coba" batin ku

Terjadi keheningan, hingga tampak satu per satu siswa mulai memasuki kelas. Aku hanya menghabiskan sisa waktu dengan melanjutkan membaca novel dan sesekali melirik Digo. Posisinya tak berubah sama sekali.

"Woy Digo, lo kurang asem banget ya kita tuh udah karatan nungguin lo di kantin eh malah gk datang-datang" ucap salah satu sahabat Digo yang bernama Putra

"Gk tau apa kita tersiksa banget nungguin dia, apalagi tuh para fans cewek yang para centil nanya-nanya Digonya mana. Gak nanya kita aja" timpal Arland salah satu sahabat Digo juga.

Digo tak menggubris sedikit pun celoteh Puta dan Arland.

"Digo Kutu Kupreeett" teriak Putra dan Arland bersmaan. Hanya mereka yang berani bertindak seperti itu kepada Digo tak ada yang berani selain mereka.

Digo terlonjak kaget dan mendapati kedua sahabatnya itu sedang senyum cengengesan tanpa raut wajah dosa.

Digo tak mengeluarkan kata sedikit pun. Putra dan Arland kesal akan sifat Digo yang tidak peka akan suasana. Arland mulai mengangkat tangannya untuk menoyor kepala Digo namun terhenti akan suara seseorang yang memasuki kelas.

"Ehh apa-apaan nih"

Pilihlah AKUWhere stories live. Discover now