Part 8 : Kunjungan Masa Lalu

Mulai dari awal
                                    

Beberapa menit yang lalu setibanya Lily di 'rumah' kediaman Merlin ia hampir tidak bisa menahan mulutnya untuk tidak menganga. Bahkan ini tidak bisa disebut 'rumah'. Ini kastil besar yang hampir menyerupai istana!

Lily menggeleng-gelengkan kepalanya, hanya itu hal terakhir yang bisa ia lakukan. Tangan Lily digenggam dengan erat, saat ia mendongakkan kepala ia bisa melihat Merlin sedang tersenyum hangat padanya. "Tenang saja, aku bersamamu," bisik Merlin.

Lily tersenyum, meremas tangan Merlin. Sial, ia memang gugup sekali. "Jangan tinggalkan aku sendirian."

Merlin mengecup puncak kepala Lily sekilas. Matanya menatap Lily dengan seksama. "Tidak akan pernah."

Lily menarik napas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya dengan perlahan. Ia melakukannya secara berulang-ulang, berharap rasa gugup yang tengah menjalarinya menghilang.

Begitu sampai di depan pintu gerbang kastil tampak seorang pria berdiri tegak seolah menyambut kedatangan mereka. Pria itu ditemani seorang wanita cantik berambut pirang dengan mata biru yang tengah menggendong gadis kecil.

Gadis kecil itu bergerak-gerak gelisah dalam gendongan ibunya, akhirnya ia dapat melepaskan diri dan bergegas berlari menuju kerumunan pendatang.

"Kakak!" serunya riang. Ia melompat ke arah Merlin, dengan sigap Merlin menangkap gadis kecil itu dan mengangkatnya ke udara.

"Kau sudah besar Seira!" Merlin tersenyum, memperlihatkan sederetan gigi putihnya yang tersusun dengan rapi.

Gadis itu membalas senyum Merlin bak mentari yang bersinar terang benderang. Ia memberikan aba-aba agar Merlin menurunkannya. Lalu ia mendekati Keir dan memeluknya.

"Keir! Keir! Keir!" sahutnya gembira.

Keir menjauhkan gadis kecil itu dari kakinya, ia berjongkok menyesuaikan tinggi badannya dengan gadis kecil tersebut.

Keir menepuk ringan kepala Seira. "Halo gadis kecil, aku kesini lagi."

Seira melemparkan senyum nakalnya dan tanpa terduga ia mengecup pipi Keir.

"Seira!" nada suara Merlin terlihat panik.

"Kelihatannya kau populer di kalangan anak-anak. Wah, wah, wah, ternyata kau pedofil ya Keir." Sarah menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tung ... ini tidak seperti yang kau pikirkan."

Sarah menaikkan sebelah alisnya, kedua tangannya menyilang. "Hm?"

Seira memperhatikan Sarah dengan saksama. Ia tidak peduli dengan kakaknya yang terkejut. Perhatiannya terfokus pada wanita cantik yang membuat Keir pujaannya gelisah.

"Kakak, siapa wanita itu?" tanya Seira sambil menunjuk Sarah. Ketika Seira mendongakkan kepala pupil matanya melebar. Air mukanya berubah pucat. "Kak, ini khayalanku saja atau gadis itu benar-benar ada dua?"

Lily yang berada di samping Merlin tertawa kecil melihat ekspresi Seira. Merlin menggenggam tangan Lily.

"Adikku tersayang," ucap Merlin perlahan, "aanita yang berada di dekat Keir itu namanya Sarah, yang ada di sampingku itu namanya Lily."

Seira memiringkan kepalanya. Ia masih belum mengerti.

"Mereka kembar identik, makanya terlihat serupa," lanjut Merlin.

Mulut Seira membentuk huruf o, tiba-tiba gadis itu berlari ke arah lainnya. Ah, dua orang tadi yang berdiri di gerbang kini mendekati mereka, sekarang jarak di antara mereka hanya tinggal beberapa meter lagi.

"Selamat datang kembali," sapa pria itu, ia merentangkan tangannya dan kemudian memeluk Merlin.

"Aku pulang ayah ...." balas Merlin.

"Jadi, kau sudah menemukan apa yang kau cari?"

"Ya," Merlin menarik pelan Lily agar gadis itu berhadapan dengan ayahnya. "Dialah gadis yang kuceritakan. Lily Azalea, satu-satunya gadis yang akan kujadikan sebagai istriku."

Ayah Merlin meneliti Lily secara detail. Dari ujung rambut hingga ujung kaki, Lily tidak bisa menebak apa yang pria itu pikirkan. Ketika ayah Merlin tengah memperhatikan Lily ia pun melakukan hal yang serupa.

Warna rambut Merlin yang tidak biasa adalah warisan dari sang ayah, begitu pula dengan ketampanannya. Pria itu masih terlihat mempesona diusianya yang hampir mencapai setengah abad.

Sepertinya ayah Merlin sudah selesai menilai Lily. Ia tersenyum, meskipun tidak bisa dikategorikan sebagai senyum yang ramah. Setidaknya ayah Merlin tersenyum, kata Lily dalam hati.

"Selamat datang di kastilku miss," sapanya pada Lily.

---**---

To be Continued

Pieces of Heart [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang