Dia

53.5K 1.4K 8
                                    

Attention:Mature content (18+)

*****

"Papa, Adam pulang." sapa Adam tak lama setelah ia memasuki pintu rumah.

"Hai, anak papa udah pulang." ku lihat sesosok laki-laki tegap dengan tinggi 182 cm  berdiri di hadapanku saat ini. Oh Tuhan, dia sungguh tampan, tapi tatapannya begitu menakutkan. Pantas saja Mikaela memiliki laki-laki itu sebagai suaminya. Mereka benar-benar berjodoh.

"Kamu ngapain berdiri di situ? Siapin aku kopi." ucapnya membuyarkanku.

Aduh di mana dapurnya? Seketika itu juga aku dilanda kepanikan. Keringat dingin mulai membasahi pelipisku.

"Biar saya aja tuan, saya sudah tidak ada pekerjaan yang mendesak." ucap salah satu asisten rumah tangga di rumah ini yang belakangan kuketahui bernama Bik Sumi.

"Oke, buatkan saya kopi." ku lihat arah Bik Sumi yang menuju dapur. Oh.. Itu dapurnya..

Ku coba mengingat setiap detail isi rumah ini dengan cepat. Ada dua tangga dan empat pintu di lantai bawah, sisanya ku perhatikan berkonsep terbuka.

Aku terkesima. Secara keseluruhan rumah yang ditempati Mikaela sebagai istananya sangatlah luas. Rumah ini berukuran dua kali lipat taman kanak-kanak tempat aku mengajar yang terhitung luas. Dari awal aku memasuki gerbang depan saja aku sudah dibuat takjub dengan interior rumahnya yang elegan seperti rumah-rumah di Yunani dan Inggris.

"Ehemm" dehaman itu membuyarkan lamunanku.

"Kamu masih berdiri di situ? Ngapain? Kamu mau jadi patung?"

Aku terpecah dari fikiranku sendiri. Ucapan Bagas, suami Mikaela sangat to the poin tanpa tedeng aling-aling. Patung? Gak mungkinlah aku jadi patung.

"Duduk." perintahnya padaku, eh, pada Mikaela.

Aku duduk sesuai perintahnya. Suasa ini begitu canggung. Aku menelan ludah dan membasahi bibirku yang tiba-tiba saja terasa kering.

Aku duduk di hadapan laki-laki dingin itu. Ku lihat Adam sedang bergelung manja di kaki papanya.

"Papa, papa, kata mama Adam akan punya adik lagi. Mama mau buat adik untuk Adam. Adam sayang sama Mama." ucapan Adam berhasil membuat petir menyambar di siang yang cerah ini.

"Oh..gitu? Ya udah, Adam mandi terus belajar di kamar ya. Papa sama mama mau buat adik dulu untuk Adam."

Glleekk..

Aku menatap suami tukarku dengan pandangan tak percaya, sedangkan ia hanya tersenyum sinis padaku.

"Asssikkk, ya udah, Adam mandi dulu. Bikin Adik untuk Adamnya jangan lama-lama ya Pa, ya Ma, Adam udah gak sabar." lalu Adam pun meninggalkan aku dengan hiu putih bertaring tajam.

*****

"Kamu kenapa bilang ke Adam kalau dia akan punya Adik lagi?" kamu kan tau kalau itu gak mungkin !" ucap Bagas dengan nada emosi kepadaku.

Apa? Gak mungkin? Aneh.

Tapi aku harus jawab apa?


"Emm..aku hanya..aku.." jawabku berusaha, namun yang keluar hanyan kalimat yang patah.

"Kamu jawab aku jangan terbata-bata begitu. Aku kan gak nikah sama robot yang gak bisa bicara." ucapnya masih dengan nada emosi.

"Kenapa gak mungkin?" ucapku berusaha menirukan gaya Mikaela ketika mengintimidasiku.

"Ya gak mungkin lah. Kamu kan tau aku gak akan pernah sentuh kamu lagi kamu buat aku muak!"

Bertukar Suami - TamatWhere stories live. Discover now