Ketika di depan umum Yein hanya berbicara singkat karena tak ingin terlihat akrab dengan Jungkook yang notabennya pria idaman satu sekolah itu.

Rasa bersalah semakin mengungkungnya. Kalau boleh ia menangis sekarang, ia akan menangis sejadi-jadinya. Ini lebih menyesakkan ketimbang melihat Yein dengan pria lain. Gadisnya di siksa seperti itu karena ulahnya.

Karena ulah pria bodoh yang membentak gadisnya hanya karena terbakar cemburu.

"Eum bolehkah aku bertemu Yein?" tanya Jungkook pelan menetralisir getaran suara agar tidak keluar dari mulutnya.

"Ah tentu saja, biar ku antar ke kamarnya. Tapi sepertinya ia tak mau bicara pada siapapun sejak ia pulang tadi. Wajahnya penuh lebam, dan ketika di tanya kenapa? ia hanya diam memelukku sambil bergetar. Tapi tidak menangis, rasanya lebih menyakitkan" tutur kembaran Yein.

JLEB

Rasanya Jungkook tau siapa yang menyebabkan hal itu,itu dirinya...

"ah ini kamarnya, kalau begitu aku turun dulu. Sepertinya eomma akan segera pulang" kata chanwoo sambil menunjukkan pintu putih bertuliskan 'Princess Yein' kalau keaadaannya tidak seperti ini. Mungkin Jungkook akan tertawa ngakak melihat placard di depan pintu itu. Tapi sekarang bukan waktunya.

Jungkook membuka perlahan pintu putih itu. Di dalam kamar serba putih itu, seorang gadis menatap ke arah jendela dengan tatapan kosong. Surai coklat caramelnya tertiup angin yang masuk melalui celah jendela.

"yein..." panggil Jungkook, suaranya bergetar hebat.

"Yein-na..." panggil jungkook pada gadis yang masih memunggunginya itu.

Tidak ada sautan apapun, tubuh gadis itu hanya terdiam bak patung. Tapi terlihat jelas getaran tangan gadis itu, yang ia sembunyikan di bawah lipatan rok sekolahnya.

Rahang Jungkook menegang.

Ia segera berlari dan memeluk tubuh yein dari belakang. Pelukan erat yang sangat pasif.

"Mianhae...mianhae..." hanya kata itu yang bisa ia lontarkan. Tubuhnya makin bergetar menahan rasa bersalah yang ada dalam dirinya.

Ia balikan perlahan tubuh Yein agar menghadap ke arahnya.

Wajah Yein pucat penuh memar, matanya merah dan bengkak. Rambut caramel milik yein yang selalu Jungkook sukai kini tak beraturan.

Dengan perasaan teriris, hatinya seperti diremas dan meninggalkan jejak kebiruan. Yang di hadapannya sekarang adalah gadisnya, gadis kesukaannya yang kini terlihat seperti mayat hidup. Gadis itu hanya mampu bergetar tanpa mengeluarkan air mata. Mungkin rasa sakit yang ia terima di sekujur tubuhnya pun sudah tak terasa lagi.

Jungkook bergetar, mulutnya terasa membeku. Bahkan meminta maaf pun rasanya susah sekali.

Jungkook bersimpuh meminta maaf di hadapan Jung Yein.

"Mian..."

Jika dia harus bersimpuh selama sehari semalam atas kesalahan yang ia perbuat, maka dia akan rela melakukan hal itu.

Air mata sempurna meleleh di pipi Jung Yein yang kini penuh lebam. Yein mencoba tidak terisak tapi tidak bisa.

"Jungkook..."

Suara Jung Yein bergetar, bagai gelas yang atasnya dipukul dengan sendok.

"Mianhaeyo...mianhaeyo..." hanya kata maaf yang terlontar dari bibir Jungkook yang kentara sekali sedang menahan bulir air matanya agar tidak jatuh.

Ia tatap gadisnya baik-baik. Mata cokelat milik Yein, kini berubah warna menjadi kemerahan. Bibir indah yein yang berwarna merah muda itu, kini di penuhi luka dan sedikit robek di sudut bibirnya. Belum lagi pipinya yang biasanya merona, kini penuh lebam dengan noda kebiruan.

Gadis itu sekarat, dan itu karena ulahnya. Hati Jungkook terus saja menjerit bersalah.

Ketika ia ingin mencoba mengenggam tangan Yein, tak sengaja ia lihat lutut beserta kaki yein dipenuhi bilur-bilur merah kebiruan disertai luka-luka dengan sedikit darah yang masih merembes.

"Gwenchana..." ucap yein menjawab tatapan Jungkook sambil mencoba menyembunyikan luka lebam di lututnya dengan telapak tangan miliknya.

Jungkook menarik tubuh Yein dan sekali lagi memeluk gadis itu dengan pasif, tubuh Jungkook bergetar sangat hebat disertai dengan jatuhnya bulir air mata yang sedari tadi ia tahan agar tidak jatuh, isakan pun lolos keluar dari bibirnya. Yein pun ikut terisak dalam pelukan Jungkook. Berbagi pesakitan.

Jungkook bisa merasakan tubuh Yein gemetar, gentar dan takut menjadi satu.

Angin sore yang berhembus di antara ranting-ranting dekat jendela kamar, menciptakan suara yang menakutkan. Diiringi dengan suara isakan Jungkook dan Yein, sungguh terdengar memilukan.

"Saranghae...mianhae..." ucap si pria di tengah isakannya.

"Nado...Saranghae..."

"Kita sudahi saja hubungan ini" kata si gadis yang terdengar menahan suaranya agar tidak bergetar, tapi usahanya sia-sia.

Si pria ingin sekali menolak hal itu, tapi yang ia lakukan hanya mengangguk mengiyakan permintaan gadisnya.

Ia paham betul bagaimana jadinya jika ia masih menjalin hubungan dengan gadis yang masih terisak dipelukannya ini. Pasti hal itu akan terasa berat, dan akan sangat sulit untuk Yein nantinya.

Jungkook makin mempererat pelukannya pada Yein, Yein yang sejak tadi hanya mematung, kini menggerakan tangannya yang terasa kebas untuk membalas pelukan Jungkook. Pahit sekali rasanya.

"Suatu hari aku juga akan memelukmu erat seperti ini...tapi bukan dengan isakan melainkan tawa bahagia. Itu pasti..."

FIN

Don't forget to comment ya~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EMPTY Part.1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang