Bagian 3

14.4K 1K 19
                                    

Ali memasukan beberapa buku kedalam tas milik Prilly dengan mata yang masih berat untuk terbuka. Setelah selesai, dia melirik Prilly yang masih tertidur pulas.

Demi apapun, ini adalah hari terpagi dia bangun. Tepat saat alarm berbunyi nyaring pukul 05.00 WIB, pria itu segera membuka matanya dan menyiapkan perlengkapan sekolahnya dan Prilly. Yap! Hari ini hari pertama mereka masuk sekolah setelah libur semester. Ali menduduki kelas sebelas, sedangkan Prilly kelas sepuluh.

Ali kini berjalan kearah lemari baju Prilly. Mengambil seragam sekolah baru milik Prilly dan membawanya keluar. Berniat untuk menggosok seragam itu sekaligus seragamnya.

"Mas Ali? Mau ngapain?"Tanya Bi Darsih saat berpapasan dengan Ali ditangga.

"Ini. Mau gosok seragam saya sama Prilly, Bi"Jawab Ali sambil mengangkat sedikit dua pasang seragam yang ada ditangannya.

"Yaudah, biar bibi aja"Tawar Bi Darsih.

"Eh, gak usah Bi"Tolak Ali walaupun dia tak yakin bisa menggosok baju itu dengan mulus.

"Biar Bibi aja. Mas Ali lebih baik siapin bekalnya Non Prilly"

Ali berpikir sejenak. Bi Darsih ada benarnya. Dia bisa terlambat jika harus menggosok baju itu terlebih dahulu, karena dia juga harus menyiapkan bekal Prilly.

"Yaudah, Bi. Maaf ya ngerepotin"Ucap Ali sedikit tak enak.

Ternyata, baru tiga hari menjadi Babby Sitter Prilly sedikit sudah merubah sikapnya. Ya.. Walaupun agak terpaksa karena takut dipecat.

Sebenarnya, Ali sudah tak betah kerja seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, dia tak diberi pilihan.

Sambil menyiapkan bekal untuk Prilly, pria itu melamun. Membayangkan kejadian dua hari lalu saat dia menelfon sang sahabat meminta bantuan. Namun lagi-lagi dia ditimpah kesialan. Saat dia mengeluarkan suara melas meminta tolong, Brandon malah menjawab dengan kalimat yang membuat Ali naik darah.

"Bukan gue gak mau bantu. Tapi.. Loe kalah cepet. Bokap loe udah ngancem gue duluan. Sorry ya"

Dan setelah mengeluarkan kalimat itu, sambungan telefon terputus begitu saja. Tak memberi kesempatan Ali untuk bicara. Dan saat itu juga, ponselnya rusak parah karena dengan emosi yang meluber, dia membanting ponsel tak bersalah itu hingga terbelah berkeping-keping. Lalu, sedetik setelah itu dia mencak-mencak sendiri. Merasa bodoh karena menghancurkan barang mewah satu-satunya yang masih Ali punya.

.....

Ali Pov

Dengan muka yang bener-bener suntuk, gue masuk kedalem kamar Prilly. Gue ngelirik pintu kamar mandi saat telinga unyu gue ngedenger percikan air.

Tuh bocah baru mandi. Gak nyadar banget ini udah jam setengah tujuh. Setengah jam lagi bel masuk, tapi dia baru mandi? OMG! Ali gak kuat, Tuhan!!

Gue ngambil tas Prilly yang ada diatas meja. Meriksa tas itu sebentar dan gue langsung keluar kamar. Bahaya kan kalo dia keluar dari kamar mandi tapi gue masih ada dikamarnya. Duh.. Ali! Gue gak mau ngiler kayak tiga hari lalu.

"Non Prilly dimana, Mas?"Tanya Bi Darsih saat gue udah sampai di lantai dasar.

"Masih mandi, Bi"Jawab gue langsung lanjutin langkah ke arah dapur.

Gue masukin kotak bekal Prilly yang isinya adalah maha karya gue yang pertama. Sanwich pertama seorang Rendall Aliando Malvin. Dan semoga.. Ini makanan enak. Kalo enggak, bisa ditendang gue dari sini.

"Mas Ali, ini minumnya Non Prilly"

Gue nengok. Dan sumpah demi apa, mulut gue sekarang ini lagi nganga lebar banget.

Baby Sitter In Love ✔Where stories live. Discover now