Tou Mina (29)

Mulai dari awal
                                    

Aku balas menatapnya, menyampaikan pesan terakhirku walau bukan dengan kata-kata. Dan aku tahu, lelaki itu akan mengerti. Karena aku juga tahu, dia mencintai Chara setulus diriku.

Aku memberikannya padamu, Lucian. Jaga dia ... jangan pernah melakukan kesalahan seperti yang pernah kuperbuat dulu. Karena itu, kalian ... tetaplah bersama.

Aku titip Chara. Aku percayakan dia yang paling berharga kepadamu, tolong jaga dia, karena dia ... adalah Luna-ku.

Mataku melirik ke arah Chara sekali lagi. Kulihat perempuan itu menangis untukku. Dan itu sudah cukup, untuk membuatku merasa bahagia dan lega. Karena itu artinya, dia memiliki perasaan yang sama denganku. Sekalipun itu di masa lalu.

Chara ... ini adalah akhir dari pertemuan kita dalam kehidupan ini. Jika memang benar manusia itu akan dilahirkan kembali, maka aku akan memohon pada Tuhan, jika di kehidupanku yang selanjutnya, aku ingin diberi kesempatan untuk dapat mencintaimu lagi.

Dan aku berharap ... selayaknya namamu yang selalu kusebut dalam ingatanku, juga ada namaku yang selalu kau ucap kala kau merindu.

Ya, itu yang terakhir. Karena kini aku mulai tak merasakan apa-apa lagi. Aku tak mendengar apa-apa lagi. Semuanya mulai menggelap, dan aku tahu itu akhir waktu bagiku.

Dan ketika rasa lelah itu semakin berat, aku senang karena pada akhirnya aku menutup mata di dalam pelukanmu.

__________



Author's POV

Satu-persatu orang-orang itu mulai melangkah menjauh. Menyisakan beberapa orang yang tertinggal masih berdiri di sana. Menatap ke arah satu objek, yaitu sebuah nama yang tertulis sederhana di atas tumpukan gundukan tanah makam.

Aradi Paradima ...

Miranti duduk bersimpuh di antara makam suami dan anaknya. Wanita itu begitu terguncang dalam kesedihan, namun ia dapat menahannya. Sanggup menghadapi kenyataan di mana anaknya kini sudah meninggalkannya, tak berselang lama setelah kepergian suaminya.

Hari itu, gerimis turun sejak pagi hingga sore. Dan Chara ingat ketika akhirnya rintik hujan itu berhenti, ia melihat pelangi di kejauhan.

"Apa yang kau lamunkan?" Tanya sebuah suara di samping Chara, membuyarkan lamunannya tentang kejadian dua minggu lalu.

Chara menoleh, dan menggeleng ke arah Lucian yang saat ini tengah memeluknya dari samping. "Hanya masih mengingat beberapa hal." Jawabnya sambil mencoba tersenyum.

Lucian tahu jika istrinya itu masih dirundung kesedihan, karena itu sebisanya lelaki itu berusaha untuk tidak membiarkan Chara sendirian dalam waktu yang lama. Karena saat ini, mereka berdua sedang saling sangat membutuhkan.

"Jangan bersedih lagi." Ujar lelaki itu. "Karena jika kau seperti ini, akulah yang paling merasa bersalah. Karena dia, mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan aku."

Chara berbalik, mengusap wajah Lucian dengan pelan. "Aku sedih karena menyesali kita yang harus berpisah dengan Aradi melalui cara seperti itu. Bukan karena dia lebih memilih mengorbankan dirinya untuk menyelamatkanmu. Aku bahkan rela berlutut di kakinya untuk mengucapkan terima kasih karena telah menyelamatkan dirimu jika saja saat ini dia tidak ... dia tidak ... " Chara tak mampu melanjutkan ucapannya.

"Sthhh ... " Lucian mengusap setetes air mata Chara yang lolos dari pelupuknya. "Aku paham apa yang ingin kau katakan. Maaf karena telah membuatmu harus mengingatnya lagi." Lucian meraih Chara ke dalam pelukannya, kemudian mencium keningnya.

"Aku mencintaimu." Bisik Chara yang membuat Lucian semakin mengeratkan pelukannya. "Aku bersyukur kau selamat saat itu." Ujarnya sambil tersenyum bahagia.

My Mina ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang