Chapter 1 : Awal Perang yang Sesungguhnya

Start from the beginning
                                    

"Alexa! Alexa Ross bangun!!" teriakan seorang wanita tua yang menggelegar berhasil membuat burung-burung di atap rumah terbang karena terkejut. Wanita yang sudah pantas untuk di panggil nenek itu melangkah menaiki anak tangga menuju kamar cucunya. Ia membuka pintu dengan sedikit kasar dan menatap garang pada gungukan diatas kasur yang tertutupi selimut.

"Anak ini benar-benar! ALE..xa?" sang nenek terheran ketika mendapati guling yang ada di balik selimut tersebut. Lalu terdengar suara pintu rumah mereka yang terbuka kasar diikuti teriakan melengking dari sang cucu.

"NENEK!!!" dengan langkah terburu, sang nenek menghampiri Alexa dan menatap terkejut Alexa yang sedang tersenyum lebar sambil menunjukan seekor kelinci pada neneknya.

"Aku berhasil menangkap kelinci!" Gadis itu masih tersenyum sangat lebar dengan kelinci yang sudah terkena panah dalam genggamannya. Rambut keriting tak terurusnya ia biarkan tergerai acak-acakan membuat sang nenek kesal melihat hal itu.

"Apa yang kau lakukan pagi-pagi begini eoh? Lihatlah rambutmu sudah seperti jerami saja. Kemari! Biar nenek rapikan." Alexa mendengus sebal ketika neneknya sudah berniat menyisir rambutnya atau mendandani Alexa agar terlihat cantik. Namun ia tidak bisa menolak dan hanya menuruti perintah sang nenek untuk duduk di depan cermin.

"Aw aw! Nenek pelan-pelan!" Alexa menjerit kesakitan ketika neneknya menyisir rambut sedikit keriting itu.

"Kau ini... apa yang kau lakukan pada rambutmu hah? Dulu rambutmu lurus dan cantik sekali tapi sekarang? Auhh.. mengerikan!" Alexa mengerucutkan bibirnya kesal.

"Terserah nenek saja," ucapnya menyerah. Sang nenek terkekeh melihat cucunya cemberut. Setelah cukup lama berkutat dengan rambut yang katanya mengerikan itu, akhirnya langkah terakhir yaitu mengikat rambut Alexa menjadi ekor kuda selesai juga. Kedua cucu nenek itu menghela nafas lega, seolah beberapa menit yang lalu mereka terjebak diantara situasi menakutkan.

"Lain kali uruslah rambutmu. Siapa tahu ketika kau pergi ke kota kau mendapatkan lelaki tampan," goda neneknya semakin membuat Alexa kesal.

"Nenek berhentilah mengatakan 'mungkin saja ada lelaki tampan yang menyukaimu' atau sejenisnya. Sudah aku bilang, aku akan menjadi kaya dulu dan membahagiakan nenek!" Nenek tersenyum mendengar perkataan cucunya.

"Baiklah baiklah. Tapi jika ada lelaki tampan yang jatuh cinta padamu, kau jangan menolaknya ya!" Alexa menghembuskan nafas lelah dan memilih untuk tidak menanggapi perkataan neneknya yang satu itu.

Sudah kesekian kalinya Alexa mengatakan bahwa ia hanya ingin membahagiakan neneknya dulu dan mendapatkan hidup yang lebih layak lagi. Hidup berdua dengan neneknya membuat ia hanya tertuju pada kebahagiaan sang nenek. Ia tidak pernah memikirkan untuk jatuh cinta pada seorang lelaki karena menurutnya juga itu adalah sesuatu yang membuang-buang waktu berharganya.

Alexa memang bukan dari keluarga bangsawan atau pun sederajatnya. Ia hanya rakyat biasa bahkan sangat biasa untuk dikatakan bagian dari rakyat lain. Hidup di hutan dan hanya sesekali mengunjungi kota membuat ia harus bisa bertahan hidup di tempat yang bisa di bilang berbahaya itu. Kita tidak tahu apa yang akan muncul diantara rimbunan daun dan ranting. Karena itu, Alexa berlatih keras untuk bisa memanah. Dan itu semua membentuk ia menjadi gadis yang berani dan tidak pernah menyombongkan diri.

"LEXA CEPAT TURUN! MAKANAN SUDAH SIAP!" Alexa tersadar dari lamunanya. Ia tidak sadar sudah berjam-jam duduk sambil menatap keluar jendela. Dengan semangat, ia melangkah menuruni tangga. Suara deritan kayu menjadi lagu tersendiri di rumah kecil itu.

Sesaat kemudian, mata Alexa berbinar mendapati daging kelinci yang tampak lezat diatas meja makan. Ia segera mengambil kursi satu-satunya yang kosong.

One King One Kingdom [Hiatus]Where stories live. Discover now