Chapter 32

7.8K 766 83
                                    

Well, enjoy! Pic of Alice on multimedia ;) RAAAAWWRRR

 

 

***

“Aku mencintaimu. Hiduplah bersamaku.”

Lenguhan lembut langsung terlontar dari dalam mulut Alice. Matanya sama sekali tidak mengerjap ketika Louis memintanya untuk tinggal. Bagaimana bisa secara tiba-tiba Louis memintanya untuk hidup bersama? Apakah Louis sudah tidak waras? Atau memang ia telah menyadari perasaannya pada Alice yang sampai sekarang belum berubah?

“Ka- kau...—“ Alice mengerjap satu kali.

“Kau tidak perlu menjawabnya sekarang.” disentuhnya dagu Alice agar mendongak. “Aku tahu ini tidak akan mudah. Tapi kini aku sadar bahwa hingga sekarang perasaanku terhadapmu sama sekali belum berubah, Alice. Bagiku kau tetap Alice yang dulu. Kau adalah Alice-ku.”

Alice-ku?

Raganya seolah melayang mendengar Louis berkata bahwa ia adalah miliknya. Ia ingin tersenyum tapi dirasanya terlalu cepat. Alice bingung apakah Louis benar-benar menginginkannya atau tidak.

Tapi bukankah kata-katanya barusan menandakan bahwa Louis memang menginginkannya?

“Kau... bersungguh-sungguh?” Alice menatapnya lekat-lekat.

Gadis itu berharap bahwa Louis tidak bercanda. Ia berharap bahwa Louis telah melupakan kejadian di masa lalu dan benar-benar siap untuk hidup bersamanya.

“Ya. Aku bersungguh-sungguh.”

Kali ini tidak ada alasan lagi bagi Alice untuk menahan senyuman di wajahnya. Kedua sudut bibirnya bergerak ke atas diiringi gelak tawa bahagia. Disentuhnya wajah Louis yang tampan dengan tangan kirinya. Matanya seolah berkaca-kaca akibat rasa haru yang ditimbulkan setelah mendengar perkataan Louis.

“Louis... Aku juga—“ Alice terdiam dan menutup mulutnya rapat-rapat. Sesuatu telah menarik perhatiannya hingga ia tidak dapat berkata-kata.

Senyuman Alice bahkan menghilang dan tergantikan oleh raut wajah kepanikan setelah matanya menatap sebuah batu permata kecil yang menghiasi cincin emas putihnya di jari manis. Kontan, Alice langsung menarik tangannya dari wajah Louis dan melangkah satu kali ke belakang.

Tidak. Alice tidak boleh melangkah lebih jauh. Ia harus sadar akan posisi dirinya sekarang. Ia sudah memiliki Harry. Ia telah berjanji bahwa dirinya akan setia pada kakaknya itu.

“Alice?” gumam Louis, memperhatikan gadis di hadapannya yang terpaku seperti patung.

“Maaf, aku tidak bisa.” Ia berbalik hendak meninggalkan kekasih hatinya yang satu itu.

“Tidak, Alice...”

Louis mencengkram lengannya.

“Kubilang kau tidak perlu memberiku jawabannya sekarang. Kau boleh datang kapan saja jika kau memang bersedia. Alice, ketahuilah bahwa perasaanku padamu belum berubah. Aku tahu kau juga mencintainya. Tapi bukan berarti kau hanya diperbolehkan untuk memilihnya, Alice.” tuturnya. “Masih ada aku. Aku dapat memperlakukanmu jauh lebih baik.”

The Night Class - (Harry Styles / Louis Tomlinson Fanfiction)Where stories live. Discover now