Chapter 16

10.1K 852 84
                                    

*There's a pic of Harry on multimedia btw :)

***

Tetes demi tetes cairan berwarna merah kehitaman mengalir dari tubuh Harry setelah peluru yang ditembakkan oleh Louis menembus dadanya. Namun, Harry beruntung kali ini. Peluru yang yang Louis tembakan bukan lah peluru campuran perak dan titanium yang sudah diberkati air suci. Otomatis peluru perak tersebut tidak dapat menembus jantungnya, justru kini keluar perlahan dari dada Harry dan jatuh ke lantai dengan sendirinya.

Tentunya Harry merasa geram. Bukan karena ia takut mati tetapi ia geram karena Louis berani untuk mencoba membunuhnya. Bagaimana mungkin Louis berani menarik pelatuk Bloody Rose-nya di hadapan Harry? Sungguh lancang.

Tapi memang begitu lah kenyataannya. Louis mengumpulkan keberaniannya dan membiarkan adrenalinnya mengambil kendali untuk menarik pelatuk di tangannya.

Akan tetapi yang ada di benak Harry saat ini adalah Louis butuh untuk di didik agar takut terhadapnya.

“Mengesankan.” Ujar Harry sarkastik.

Perlahan namun pasti tangan kanan Harry yang mencengkram leher Louis langsung berubah mengerikan. Kuku-kuku jarinya memanjang dan meruncing, tulang-tulang jarinya begitu jelas terlihat seperti cakar burung Elang. Tangan Harry sudah seperti tangan monster sekarang. Sedikit lagi saja ia mengencangkan cengramannya, bisa-bisa leher Louis putus dalam sekejap.

Akan tetapi Louis tidak melawan sedikit pun. Ia memandangi wajah Harry sebelum melirik ke lubang di dadanya yang kini kembali menyatu seolah tidak ada bekas luka sedikit pun.

“Kau masih ingin mencoba peruntunganku?”

“Mengapa kau tidak segera membunuhku?” gumam Louis.

Harry tergelak ironis dan menarik kembali lengan kanannya yang sudah kembali normal. “Aku menghargai perasaan Alice terhadapmu. Tapi jika kau menyakitinya, aku tidak akan segan-segan membunuhmu.”

“HARRY?!” seru Zayn yang tiba-tiba membuka pintu kamarnya dengan kencang—sampai-sampai retakan dinding yang ada di balik tubuh Louis terjatuh menjadi kepingan-kepingan tak berbentuk.

Pun terlihat seluruh anggota Night Class berdiri di belakang Zayn dengan ekspresi yang begitu cemas.

“Apa yang terjadi? Kau tidak apa-apa??” tanyanya lagi.

“Kalian tidak perlu cemas. Aku hanya sedang bermain-main dengannya.” Tutur Harry datar seraya kembali menoleh ke arah Louis. “Bukan begitu, Tomlinson?”

Pandangan dingin Louis masih terarah pada Harry. Ia juga menaruh kembali Bloody Rose-nya ke dalam kantung almamater hitamnya yang sedari tadi telah menarik perhatian keenam anggota Night Class. “Ya.” Tuturnya hampir bergumam.

Well, kau boleh pergi, Louis. Senang bisa berbincang-bincang denganmu.” Harry mengulas senyum tipisnya sebelum berjalan menuju kursi besarnya.

Tidak perlu membuang waktu lebih lama, Louis langsung berjalan meninggalkan kamar Harry dan menghiraukan tatapan-tatapan dingin dari Amber, Carmen, Liam, serta Niall.

The Night Class - (Harry Styles / Louis Tomlinson Fanfiction)Where stories live. Discover now