3. A Memorie's

4.1K 398 6
                                    

" wah siapa ini? Calon presdir Kim~ "

Sapaan dengan nada candaan itu mengalun dari bibir luhan. Ia berdiri dan meninggalkan piringnya untuk mendekati jongin. Pemuda dengan rambut hitam legamnya itu tersenyum, lalu merentangkan tangannya kearah luhan.

" lihat rusa kecil ini, sudah jadi dokter rupanya, "

Kedua orang berbeda umur itu langsung berpelukan layaknya sahabat lama. Karena luhan dan jongin pernah dalam satu klub saat sekolah, membuat mereka berdua menjadi dekat. Luhan memang senior jongin serta tzuyu, namun pertemanan tidak memandang status bukan?

" dan.. ini pasti Mingyu, Kim Mingyu "

Pria dengan postur tubuh lebih tinggi dari jongin itu tersenyum sopan kearah luhan. Ia mendekat dan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

" Annyeonghaseyo, Kim Mingyu imnida. Aku sudah mendengar tentang anda dari jongin hyung Luhan-ssi, Kuharap kau bisa bekerja sama denganku sebagai dokter pribadi, "

Luhan membalas jabatan tangan itu dengan senyum maklum. Jongin pasti belum memberi tahu mingyu siapa yang akan jadi dokter pribadinya, sehingga wajar jika mingyu mengira dirinya adalah dokter pribadinya.

" apa kami mengganggu? Kelihatannya, kau sedang pergi makan dengan kekasihmu dokter Lu "

Mata mingyu tertuju pada punggung tegang milik tzuyu. Luhan mengalihkan pandangannya, lalu menatap juga punggung itu.

" anio, dia bukan kekasihku, mana sudi aku menjadikan dia kekasih ku Mingyu-ssi, itu mustahil "

Ucapan dengan nada ceria itu berhasil membuat tzuyu mengeluarkan aura hitamnya. Ia bahkan bersumpah agar luhan menikah saja dengan rusa di kebun binatang.

" lebih baik kita duduk saja, tidak enak jika berdiri disini "

Luhan melangkah mendahului jongin dan mingyu ke meja nya tadi. Ia duduk di depan tzuyu, menyisakan 2 kursi, satu di samping nya, dan satunya lagi tepat di samping tzuyu.

Kedua Kim bersaudara itu melangkah beriringan ke meja luhan, dan tentu saja jongin memilih untuk duduk di samping luhan agar lebih mudah berbicara pada temannya itu.

Mingyu menempati kursi di sisi tzuyu tanpa beban, meski ia sedikit tidak enak karena masih mengira bahwa tzuyu adalah kekasih luhan.

" eum.. Dokter Lu- "

" panggil Gege atau Hyung saja, Mingyu-ya "

Intruksi Luhan pada mingyu. Ia sedikit tidak nyaman dengan sebutan itu jika tidak sedang bekerja.

" ah iya, maksudku, Hyung. Aku ingin bertanya, kapan jadwal ku untuk kontrol ke rumah sakit? Aku harus memastikannya dulu "

Luhan mendorong pelan piringnya yang masih tersisa setengah. Ia memandang mingyu dengan senyuman, dan menunjuk tzuyu menggunakan dagu runcingnya itu.

" tanya dia, aku bukan dokter pribadi mu, tapi wanita di samping mu lah dokternya "

Mingyu menoleh untuk melihat tzuyu. Wanita tiongkok itu ikut menoleh dan mencoba tersenyum senatural mungkin pada mingyu.

" Annyeonghaseyo Mingyu-ssi, aku Chou Tzuyu, dokter pribadi mu untuk beberapa bulan kedepan, mohon bantuannya ne "

Mingyu menatap tzuyu dengan pandangan datar, berbeda sekali ketika bertemu dengan luhan beberapa menit yang lalu.

Mata setajam elang itu segera melihat sang kakak, seperti tengah meminta penjelasan.

" apa? Kemarin hyung sudah bilang tunggu dulu di ruang tamu baru berangkat berlatih basket, tapi kau malah pergi begitu saja "

Tanpa diminta, jongin segera membuat pembelaan. Ia mengerti bahwa mingyu tidak ingin mempunyai dokter pribadi seorang perempuan. Ia sudah mewanti-wanti untuk memilihkannya seorang dokter laki-laki, entah apa alasannya.

" hyung tidak mendengarku? Aku tidak ingin dokter perempuan, aku ingin dokter laki-laki "

Jongin menghelah napas jengah. Ia tahu betul bahwa permintaan mingyu adalah mutlak, dan harus di turuti.

" tapi hanya tersisa tzuyu yang bisa merawat mu mingyu-ya, jangan kekanakan seperti ini "

Mingyu melirik sebentar tzuyu yang terlihat agak canggung itu. Lalu melihat luhan yang diam menyaksikan perdebatan kakak beradik di hadapannya.

" bisakah anda saja yang menjadi dokternya? Aku tidak ingin salah memilih dokter "

Luhan menggeleng beberapa kali, lalu menatap mingyu tepat di matanya.

" Tzuyu termasuk dokter hebat di rumah sakit kami. Ia sudah melakukan beberapa kali operasi dan kontrol untuk pasien secara berkala dengan bagus, tidak ada salahnya untuk mencoba kan? "

Luhan berkata dengan santai. Ia yakin bisa meyakini mingyu yang mungkin sifat keras kepalanya melebihi sang kakak.

Tapi, bukan Kim Mingyu namanya jika ia bisa luluh begitu saja. Ia menatap dingin kearah tzuyu yang masih terlihat canggung.

" aku tidak ingin dokter perempuan ini untuk jadi dokterku, lagipula, mana ada yang tahu kalau ia akan membuat kesalahan? "

Tzuyu menoleh kearah mingyu, menatapnya dengan pandangan bingung.

" gyu, yakin lah pada Luhan, tzuyu itu pasti bisa menjadi dokter pribadi mu "

Mingyu mengangkat sebelah alisnya, memperhatikan tzuyu dari atas sampai bawah, membuat wanita itu sedikit merasa risih.

" kenapa ia terlihat seperti amatiran? "

Tzuyu membulatkan matanya. Bisakah ia membawa bocah di hadapannya ini untuk melihat piagam di ruangan miliknya agar ia tahu bahwa dirinya ini dokter berbakat?

" aku tetap tidak ingin menjadi pasiennya "

" mingyu, hyung mohon coba dulu, "

" tidak, aku tidak mau "

" mingyu-ya, eomma dan appa sudah setuju jika tzuyu jadi dokter pribadimu, hargai lah mereka "

" tidak, sekali tidak tetap tidak "

" mingyu, ini demi kesehatan mu "

" tidak.. "

" tapi hyung yakin, kalau tzuyu pasti- "

" AKU TIDAK MAU TERBUNUH KARENA MEMILIH DOKTER YANG SALAH!! "

Suasana di dalam warung makan itu seketika menjadi sepi. Semua pasang mata menatap mingyu yang tengah mengatur napasnya karena berteriak keras. Jongin dan Luhan juga menatap tak percaya pada Mingyu, sedangkan Tzuyu hanya menundukan kepalanya, enggan menatap mingyu yang duduk di sampingnya itu.

" kalau memang tidak mau, silahkan cari dokter yang lain "

Suara bergetar milik tzuyu mengalihkan pandangan ketiga pria di meja itu. Mereka menatap tzuyu dengan pandangan yang tidak bisa di jelaskan.

Tzuyu meraih tas selempangnya, lalu berdiri. Ia menatap mingyu dengan pandangan terdinginnya, namun masih terlihat bahwa onix itu memerah menahan tangis.

" pergi cari dokter lain jika tidak ingin ku rawat, aku juga tidak membutuhkan pasien sepertimu, aku tidak akan miskin karena kehilangan seorang pasien tidak tahu malu sepertimu, aku permisi "

Tanpa babibu lagi, tzuyu segera keluar. Ia meninggalkan sejumlah uang untuk membayar ramen yang tadi ia makan. Luhan menatap punggung tzuyu dengan cemas. Dan dengan segera ia menyusul tzuyu yang berlari entah kemana.

Tersisa lah Jongin dan Mingyu. Keadaan warung itu sudah kembali normal, semuanya sudah sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

" keterlaluan kau Kim Mingyu "

" ... "

" jangan berani menemui ku sampai kau mendapat maaf dari tzuyu, "

Jongin berdiri dari kursinya, lalu keluar untuk menyusul Luhan yang mencari Tzuyu. Meninggalkan Mingyu tanpa mempedulikannya sekalipun.

The Promise [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang