Chapter 7, Homecoming Party

2.8K 397 52
                                    

"Ratusan kali aku melihat, ratusan kali pula aku merasa iri hingga aku melupakan. Tapi nyatanya hal-hal indah datang saat kita tidak pernah mengharapkannya. Seperti aku yang tak pernah bermimpi untuk menemukanmu dan kini Tuhan memberikanmu untukku."

Terkejut. Kata itu mungkin cukup nyata untuk menggambarkan perasaanku tentang date ku dengan Ali malam ini. Tadinya aku berpikir bahwa Ali memintaku berpakai rapi untuk sekedar makan malam atau sejenisnya, tapi Ali lagi-lagi membuatku kehabisan kata-kata. Ali mengajakku ke sebuah mini konser musikal yang keren. Dan yang lebih membuatku terpana adalah fakta bahwa Ali bukan hanya mengajakku menonton konser mini musikal itu, tapi Ali juga ikut mengisi acara dengan membawakan sebuah lagu indah dengan piano yang katanya di persembahkan untukku. Tentu saja aku tersentuh, wanita mana yang tidak? Mataku berkaca-kaca saat Ali dengan tanpa cacat menyelesaikan penampilannya di konserto itu. Betapa beruntungnya aku bisa mengenal pria hebat ini. My Ali.

Ali mengantarku sampai di depan pagar rumah karena malam sudah cukup larut. Aku tidak lupa berterima kasih pada Ali karena telah membawaku ke tempat yang menyenangkan pada date kali ini. Aku merasakan ada yang lain di mata Ali saat jemarinya menyapukan anak rambut ke belakang telingaku. Aku tidak tau apa tapi saat kedua bola matanya turun untuk menatap bibirku, bagai terhipnotis aku melakukan hal yang sama. Jantungku berdetak sangat kencang, aku khawatir Ali akan bisa mendengarnya. Wajah Ali semakin mendekat dan mendekat hingga aku bisa merasakan nafasnya di wajahku yang membuatku ingin menutup kedua mataku. Tapi mantra yang menjerat aku dan Ali terputus saat Cia keluar dan membuat aku dan Ali menjauh dari satu sama lain. Dan setelah Ali pamit pulang, aku duduk di lantai teras rumah sembari mencoba menormalkan kembali detak jantungku yang seperti ingin lepas dari tempatnya. Jika Cia tidak mengganggu momenku dan Ali tadi, apakah Ali akan menciumku? Dan andaian itu yang terus berada di pikiranku hingga terlelap.

****

"Party?" Tanyaku pada Zero yang tengah merawat tanaman-tanamannya yang ada di halaman rumahnya. Zero menganggukan kepalanya sembari menoleh ke arahku yang ada di balkoni kamar yang tak jauh dari tempat Zero berdiri.

"Iya. Kayak homecoming party gitu. Gue ngundang beberapa orang yang gue kena di sekitar sini." Jawab Zero. Aku tidak merespon perkataan Zero sembari melanjutkan menyirami tanaman-tanaman favoritku yang di berikan Ali.

Ali, keberadaan Ali lagi di hidupku juga menjadi salah satu faktor kenapa aku ragu dengan undangan Zero. Ali dan Zero memang bukan "musuh" tapi mereka juga bukan "teman". Itu membuat aku tidak nyaman karena aku berada di tengah-tengah mereka. Aku tidak tau apakah Zero akan mengundang Ali atau tidak. Jika tidak, apakah aku bisa dengan tanpa beban menghadiri acara Zero tanpa tau apa yang akan ada dalam pikiran Ali nantinya? Jika Zero mengundang Ali, apakah Ali akan bersedia datang ke acara yang di adakan oleh Zero?

"Acaranya kapan?" Tanyaku pada akhirnya setelah selesai memberi kasih sayang pada tanaman-tanamanku itu. Zero melepaskan kedua sarung tangan yang di gunakannya untuk berkebun.

"Hari sabtu. Lo dateng ya?" Pinta Zero. Lagi-lagi aku tidak memberikan jawaban pada pertanyaan Zero. Hari sabtu adalah hari yang aku rencanakan untuk melakukan dateku selanjutnya dengan Ali. Aku sudah memikirkan tempatnya dari jauh hari dan menyusu rencananya dengan matang. Aku tidak mau karena party kecil Zero, aku harus membatalkan date pentingku bersama Ali karena saat ini tidak ada yang lebih penting dari menghabiskan waktuku bersama Ali.

"Gue belom bisa pastiin, Ze." Jawabku ragu. Mungkin melihat keraguanku yang tersirat dari dahiku yang mengernyit, aku mendengar Zero menghela nafas panjang.

"Please, Pril. Satu-satunya orang yang cukup deket sama gue itu cuma elo. Dan gue gak bisa bikin party ini sendirian. Gue perlu elo." Ujar Zero memelas. Zero ada benarnya, Zero tidak mengenal baik orang lain di sini untuk dapat meminta pertolongan orang lain selain aku. Tapi tetap saja..

15 Last Dates With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang