Hanya Veera. Sampai kapanpun.

❤❤❤

Setelah merapikan materi ujiannya, Asyraf keluar dari perpustakaan. Matanya melirik jam di tangan kirinya yang menunjukkan pukul delapan malam. Pantas saja perutnya sudah terasa sangat lapar.

Sejak pukul tiga sore berada di dalam perpustkaan untuk mempelajari bahan dan materi untuk ujiannya besok, Asyraf sama sekali belum mengisi perutnya. Dia baru makan satu kali sebelum mengikuti kelas siang tadi, itupun tidak dihabiskannya karena terlambat.

Maka sekarang cowok berkemeja flannel merah yang kancingnya dibiarkan terbuka membungkus kaos putihnya itu memutuskan untuk berjalan keluar kampus untuk mencari makan sebelum kembali ke asrama.

Di perjalanan, Asyraf menangkap sosok Mitha yang berjalan sendirian tak jauh di depannya. Dengan pakaian tidur ditutupi jaket berwarna merah muda, Mitha berjalan dengan kedua tangan yang disembunyikan di saku jaket. Asyraf pun kemudian berjalan lebih cepat berniat untuk menyusul Mitha.

"Mau ke mana?" tanyanya dengan nada datar tepat ketika langkahnya sudah sejajar dengan Mitha.

Sontak Mitha menghentikan langkahnya dan memegangi dadanya yang berdebar kaget. Juga merutuki Asyraf yang sudah membuatnya kaget. "Sukses! Sukses bikin gue jantungan!" serunya kesal.

Namun Asyraf tak merespon apapun. Tidak merasa bersalah sama sekali. Dia pun kembali melanjutkan langkahnya diikuti Mitha.

"Habis dari mana, kok masih bawa tas begitu?" tanya Mitha setelah berjalan bersebelahan dengan Asyraf.

"Perpustakaan."

"Belajar buat ujian, ya? Aah... akhirnya sekarang gue udah nggak perlu lagi ngerasain ujian!" Mitha mengangkat kedua tangannya ke atas, tanda kebebasan karena sidangnya minggu lalu telah dinyatakan lulus oleh penguji.

"Bukannya mau ambil master?"

Mitha menggeleng-geleng. Membuat rambutnya yang dikuncir kuda bergerak ke kanan-kiri. "Mau pulang aja, istirahat. Mau kerja, nyari uang dulu."

"Katanya mau jadi dosen."

Kali ini Mitha tak mau menjawab. Dia sudah tidak mau membahas hal itu lagi. Karena sebenarnya menjadi dosen bukanlah keinginan murninya. Itu adalah kemauan orangtuanya.

"Eh, lo mau ke mana?" tanya Mitha mengalihkan pembicaraan.

"Cari makan."

"Sama. Gue juga mau cari makan di deket stasiun MRT Botanics Garden."

"Kenapa jauh banget?"

Mitha memamerkan deretan giginya. "Pengin aja. Nanti naik dari stasiun Kent Ridge. Mau ikut?"

Asyraf menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Mitha. "Pakai sandal, pakai baju tidur begini?" Matanya memperhatikan Mitha dari bawah sampai atas.

"Nggak apa-apa, lah. Nggak ada yang kenal ini," jawabnya terkekeh. "Mau ikut, nggak?"

Setelah diam dan berpikir cukup lama, akhirnya Asyraf mengangguk. Tidak ada salahnya mencoba makanan yang belum pernah dirasakannya. Dan mereka pun berjalan beriringan menuju stasiun MRT Kent Ridge.

Menurut Asyraf, berjalan bersama Mitha tidak seperti berjalan bersama Veera. Jika Veera selalu berceloteh mengenai hal apapun kepadanya selama bersama Asyraf, Mitha sama sekali tidak. Mitha bukan tipe gadis yang sering berbicara. Mitha lebih banyak diam atau berbicara hal umum saja.

Dan itu membuat Asyraf merasa lega. Karena dia juga bukan orang yang banyak bicara kepada oranglain. Kecuali pada Veera.

Asyraf menghentikan langkahnya tiba-tiba begitu mendengar ponselnya berbunyi. Dan senyumnya seketika mengembang ketika melihat nama yang tertera di layar ponselnya adalah nama Veera. Dengan segera ia menerima panggilan itu tanpa berpindah tempat. "Halo, good morning, New York!" sapa Asyraf kepada Veera.

Almost BrokenWhere stories live. Discover now