29

106K 7.5K 1.2K
                                    

Sejauh apapun aku pergi, perasaanku padamu tetap tertinggal di sini.

.
.
.

Begitu sampai di depan rumahnya, Veera memegang kedua bahu Asyraf sebagai penopangnya untuk turun dari motor. Masih tak ada respon apapun dari Asyraf.

Sepanjang jalan tadi pun mereka berdua tak ada yang membuka suara. Yang satu sibuk berkonsentrasi dengan jalan dan memikirkan keputusannya. Yang satu lagi sibuk menikmati tubuh yang dipeluknya (mungkin) untuk terakhir kali.

Setelah turun dari motor, Veera melepas jaket milik Asyraf selagi kekasihnya itu membuka helm. Diserahkannya jaket itu sambil tersenyum tulus. "Makasih, ya."

Sambil mengangguk Asyraf menerima jaketnya lalu memakaikan di tubuhnya. Di sampingnya dan motornya, Veera hanya diam memperhatikan.

Pemandangan di depannya ini, ketika Asyraf duduk di atas motor, helm di atas tangki, dengan rambut berantakan bekas memakai helm, dan gerakan keren saat memakai jaket, Veera seakan tengah merekamnya dalam memori otak. Agar suatu saat nanti dia bisa kembali meningatnya jika Asyraf sudah tak berada di sampingnya lagi. Jika suatu saat nanti tiba-tiba dia merindukan Asyraf.

Asyraf berdeham ketika sudah selesai memakai jaket. Menatap Veera yang malah tanpa ada rasa malu tertangkap basah sedang memandanginya.

Veera malah tersenyum. Walaupun siapapun yang melihatnya tentu langsung tahu bahwa ada gurat kesedihan di kedua matanya yang pura-pura ikut tersenyum itu.

Begitu pun Asyraf, dia pun tahu.

Tapi pura-pura tidak tahu.

Saat senyuman di wajah Veera memudar, tangannya terulur ke arah Asyraf. Mencoba menyentuh tangan kiri Asyraf yang bertumpu di atas helm. Gejolak di hatinya sudah tidak bisa ditahan lagi. Kata hatinya menuntunya untuk berani melakukan ini. Di saat keadaan di antara mereka berdua sedang tidak baik.

Dengan lembut Veera menyentuh tangan dingin itu. Tak ada penolakan juga penerimaan yang diberikan Asyraf. Membuat Veera semakin berani menggenggam tangan itu dengan kedua tangannya.

Kedua mata mereka masih bertatapan. Seolah saling melempar kesedihan. Beribu emosi terpancar di kedua pasang mata itu.

"Raf..."

Hingga akhirnya Veera yang lebih dulu mengeluarkan suaranya. Amat pelan. Memanggil Asyraf dengan lirih, dan juga pedih.

Tak ada sahutan ataupun ekspresi dari Asyraf. Dan Veera pun kembali mengutarakan isi kepalanya. Sambil terus mengusap tangan dingin itu dengan ibu jarinya.

"Maafin aku, Raf," ucapnya. Dengan mata yang menyorotkan penyesalan, juga permohonan.

Masih tak ada tanggapan dari Asyraf. Cowok itu tetap diam menatap Veera.

"Aku bingung harus gimana lagi," ucap Veera lagi. Lebih lirih dari sebelumnya. Kedua matanya pun mulai berkaca-kaca.

"Maafin aku. Aku minta maaf."

Saking tak kuatnya menahan sesak, Veera sampai harus menutup kedua matanya yang semakin lama semakin membasah. Di depannya, Asyraf masih saja bergeming. Namun di saat Veera menutup matanya, Asyraf terlihat mengembuskan napasnya panjang.

Cukup lama Veera menutup mata dan Asyraf tak bersuara, Asyraf mulai menggerakkan tangannya yang digenggam Veera. Veera membuka kedua matanya dan kembali menatap Asyraf sedih. Karena cowok itu perlahan-lahan tengah mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Veera.

Veera tak mampu memaksa. Kedua tangannya jatuh lemas ke samping tubuhnya ketika genggaman itu kini telah kosong.

Kepalanya terunduk. Matanya kembali terpejam. Lagi-lagi menahan sesak.

Almost BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang