Yuki Kirei

47 3 1
                                    

"HAHH..!!"

Keringat dingin membasahi wajahku. Napasku tidak beraturan. Mimpi itu datang lagi..

Lagi. Setiap malam. Ketika aku mulai merindukannya. Ketika aku mencari sosok senyumnya. Hahh... Ni-

"Yuki"

Suara ayah mengagetkanku. Ia duduk di kursi satin yang menghadap jendela sambil memegang cangkir. Mata Raven nya tepat menatap mataku. Mata merah gelap yang sama, seperti yang dimiliki Niichan.

"Sejak kapan Ayah ada disini?". Ucapku mengalihkan pandangan dari matanya. Sebenarnya aku sudah tahu jawabannya. Ayah selalu ada dikamarku pada malam-malam aku bermimpi buruk. Ayah tidak pernah melepaskan perhatiannya dariku. Tidak, sejak malam itu. Malam ketika ayah menemukanku, dan menggendongku dalam pelukannya. Aku tahu persis, apa yang terjadi sebenarnya dalam keluargaku. Karena ayah menceritakannya. Ayah adalah pewaris dari yakuza yang menguasai sebagian besar wilayah Jepang. Klan ayah, Kirei bukan hanya menguasai dunia 'bawah' namun juga ekonomi, industri, dan politik. Tapi ayah tidak menginginkan semua itu. Ia tidak ingin mengotori tangannya persis seperti yang dilakukan oleh ayahnya, kakekkku. Jadi ayah mengasingkan diri keluar negeri.

Di London ayah bertemu ibu. Ibu adalah seorang mahasiswi di universitas yang sama dengan ayah. Ayah menyukai ibu sejak ia pertama kali bertemu ibu di perpustakaan. Ia jatuh cinta pada ibu yang membaca buku saat itu. Ketika ayah mulai menjalin hubungan dengan ibu, ayah menemui kesamaan diantara mereka.

Bahwa mereka adalah pewaris mafia yang sama-sama tidak menginginkan kenyataan itu.

Ibu pewaris sah gangster sebuah daerah di Amerika. Tapi ibu membenci cara hidup ayahnya yang bermain-main dengan uang, wanita, dan nyawa orang lain seenaknya. Ibu adalah seorang yang perfeksionis dan cerdas. Jadi cara pandang hidup ibu sangat bertolak belakang dari ayahnya.

Ibu juga sudah memiliki tunangan. Tapi ia tidak mengakui keputusan sepihak yang dilakukan ayahnya itu. Karena kesamaan ini, ayah dan ibu menjadi semakin dekat, dan hubungan mereka semakin terjalin dalam. Suatu saat, ibu dipaksa untuk kembali pada keluarganya, dan menikah dengan tunangannya. Ia bisa saja membrontak dan lari bersama ayah. Namun saat itu ia memiliki aku dan Niichan dalam kandungannya. Jadi ia memutuskan untuk menuruti paksaan ayahnya, dan meninggalkan ayah tanpa memberitahu kenyataan bahwa ibu sedang mengandung. Ayah menceritakan hal ini ketika aku masih kecil. Ayah bilang, ia tidak mau ada rahasia antara aku dan ayah, jadi ia mengajarkanku dengan menceritakan kisahnya. Dan sekarang, jika aku memikirkannya kembali, aku rasa.. aku mengerti apa yang dipikirkan ibu saat itu. Mengapa ia mengikuti perintah ayahnya dan tidak memberitahu ayah bahwa ia mengandung anak mereka. Itu karena ibu mencintai ayah. Hal yang membuatnya, juga mencintai bayi kembar dalam kandungannya. Karena itu ia ingin menjaganya. Jika ia saat itu memilih untuk lari bersama ayah, itu akan memberi resiko pada janinnya. Karena itu ia menikahi tunangannya. Hal ini akan memberikannya tempat yang tenang tanpa meresikokan kandungannya.

Namun ternyata itu tidak berjalan semudah yang diharapkan ibu. Tunangan ibu, yang telah menjadi suaminya, mengetahui kenyataan bahwa dua anak kembar yang dilahirkan ibu bukan anak kandungnya. Ia menjadi murka. Ibu melarikan diri ke Jepang, mencari ayah. Ketika ibu akhirnya bertemu ayah, disaat itulah ibu didiagnosa terkena kanker paru-paru. Ibu memberitahu segalanya pada ayah. Mengapa ia meninggalkan ayah. Semuanya. Tapi tidak tentang keberadaanku dengan Niichan. Ibu hanya berpesan pada ayah,

"Kau akan menemukan mereka.. pada saatnya. Semoga itu tidak terlambat. Sebagai penebusanmu yang bahkan tidak menyadari kehadiran mereka didunia ini"

Ibu kecewa pada ayah. Ayah terlalu pengecut untuk mencari ibu, dan kembali memperebutkan ibu. Tapi, keadaan ini membuat ayah menerima statusnya sebagai seorang yakuza. Ayah mewarisi segala hal dari ayahnya. Bermain dalam dunia politik, dan dunia 'bawah'. Tapi ayah melakukan semua itu dengan caranya sendiri. Cara yang menurutnya, tidak harus mengotori tangannya.

Ayah mencari keberadaanku dan Niichan. Namun saat ia mengetahui keberadaan kami, itu adalah malam ketika suami ibu yang dijodohkan oleh ayahnya datang kerumah dan berniat membunuh kami. Ayah juga sudah mendengar tentang kematian ibu. Namun..

Ayah terlambat.

Ayah terlambat malam itu. Ayah sangat menyesalkan hal ini. Yang aku tahu, ketika ayah datang, keberadaan Niichan sudah tidak ada. Yang ayah temukan hanyalah aku. Itupun aku nyaris mati. Jadi, bisa dikatakan alasan inilah juga yang membuat ayah begitu bersikap protektif padaku.

Aku tidak menyalahkannya. Lagipula aku tidak terganggu dengan sikap 'protektif' ayah. Walau ayah bersikap begitu protektif, tapi ayah tidak pernah memintaku untuk berjalan dengan beberapa bodyguard setiap saat. Ayah memberiku kebebasan. Well, aku tidak mau tau bagaimana cara ayah mengawasiku. Dan, ayah memberiku apapun yang kumau. Ayah juga tidak pernah menunjukkan kasih sayang yang terlihat dibuat-buat.

Ayah.. hadir seperti adanya dirinya. Ayah begitu terbuka denganku. Jadi, menurutku ayahku bukan hanya seorang 'ayah'. Ia adalah sosok yang bahkan lebih baik dari 'sahabat'ku.

"Ayah mendengarmu mengigau tadi malam."

Kan ?
Lihat begaimana aku sangat baik mengenal ayahku.

"Ya.. ya. Terimakasih, dan sekarang ayah keluar karena aku perlu siap-siap berangkat sekolah"

Tanpa mengatakan apapun, ayah berdiri dari kursinya. Mendatangiku, lalu mencium keningku, dan melangkah menuju pintu keluar.

"Ah Yuki. Ayah ingin kau pulang cepat hari ini."

Lalu ayah menutup pintu.

ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang