Special Part - 24

Start from the beginning
                                    

Aku mengangguk lalu mulai menceritakan apa yang selama ini kusembunyikan darinya. Adi yang diam-diam menemuiku, memintaku untuk meninggalkan Al, Ariel yang tersiksa karena perlakuan buruk Adi padanya, Adi yang terang-terangan bilang masih sangat mencintaiku. Semuanya aku ceritakan padanya.

>>>>>

Rasa malas benar- benar menyerangku saat ini. Oh...tidak hanya hari ini tapi selama masa kehamilanku berlangsung. Aku jadi malas mandi , sungguh.

Tapi bukan berarti aku tak mau mandi sama sekali, biasanya aku akan mandi pagi-pagi tapi kini kebiasaan itu tak lagi terjadi. Ini benar-benar karena effect hamil, ada banyak perubahan yang aku alami selama hamil.

Salah satunya adalah tentang bau badan Al. Aku sampai menyuruhnya mengganti parfume berkali-kali, itu karena aku tidak suka dengan baunya. Dan karena suamiku itu memang salah satu suami yang sabar, ia hanya diam sambil terus menuruti apa mauku.

Betapa baiknya Al , termasuk soal semalam. Ia diam sambil terus mendengarkan segala ceritaku. Aku sempat memperhatikan raut wajahnya yang berubah mengeras, menahan emosi. Tapi sampai aku selesai bercerita ia masih tetap diam lalu menyuruhku tidur dalam pelukannya.

Aku suka Al yang penyabar seperti tadi malam. Tapi sepertinya ia masih bertahan mendiamkanku, marah dalam diam itu menyebalkan.

"Melamun apa...eh ?" tanya kak Yuangka yang sejak pagi sudah datang ke apartemenku, apartement Al sih sebenarnya.

"Al berangkat pagi-pagi banget ya kak?" tanyaku yang kini ikut duduk di sofa, tepat di samping kak Yuangka yang sedang menyuapi Anggara, putra kecilnya, sambil menonton animasi Kungfu Panda favorite ponakanku ini.

"Mana kakak tau, kamu kan satu rumah sama tuh laki omes..." balas kak Angka dengan galaknya. Wah...sepertinya ada aura tidak baik di sini.

"Kakak lagi ada masalah sama kak Max?" tanyaku dengan hati-hati.

"Dia nyebelin banget deh dek , ada kerjaan di luar kota baru ngomong tadi pagi, ishh..
ngeselin!" sungut kak Angka.

" Bun...kata Ayah gak boleh cemberut!" ucap Anggara dengan lucunya, ya ampun...aku jadi gemas sendiri dengan ponakan tampanku ini. Kuciumi pipinya yang mudah kujangkau. Pipinya gembul sekali.

"Mendingan kak Angka daripada aku, Al sama sekali gak pamit sama aku" tuturku mencebikkan bibirku.

"Gak bakal lama lagi dia juga telepon kamu dek, kalian kan emang suka begitu, sedikit-sedikit diem-dieman" ucap kak Angka sambil memberi segelas air putih untuk Anggara.

"Aunty...itu dede bayinya gak keluar-keluar sih?" celetuk Anggara yang membuat kak Angka dan aku tersenyum lebar.

"Belum waktunya sayang,,,sebentar lagi juga keluar kok" ucap kak Angka memberi pengertian pada Anggara.

"Kalo Bunda sih kapan kasih Ang ade baru, punya Ayah sama Bunda sendiri?" tanya Anggara dengan wajah polosnya.

Aku mengelus kepala Anggara dengan lembut. "Kan udah ada ade barunya, nih...yang ada di perut Aunty" ujarku.

Dengan gerakan lucunya Anggara menggeleng. "Eh...koq gak mau,Ang gak mau lihat dede bayi punya Aunty?" tanyaku sambil memcubit pipinya pelan.

"Bukan...Ang mau lihat dede bayinya koq Aunty, Ang gak sabar pengen ajak main bareng" balas Anggara.

"Tapi tetep aja, Bunda juga harus kasih Ang dede bayi sendiri!" imbuh Anggara membuat Kak Angka geleng-geleng kepala.

"Kamu siapa yang ngajarin ngomong begitu sayang?" tanya Kak Angka beralih memangku putra kecilnya.

TRUE SOULMATE (√)Where stories live. Discover now