HARRY YANG AKU KENAL

722 181 29
                                    


------------------------------------------------

Angin pagi berhembus membelai rambut hitam pekatku. Ini masih pukul 04.00 pagi, tapi aku sudah berkeliaran di seputaran kota M. Semalam aku tak bisa tidur. Otakku terlalu banyak menampung hal-hal yang perlu dipikirkan. Jadi, aku perlu menjernihkannya sejenak. Dan lari pagi sambil menghirup udara segar di tengah sepinya suasana perkotaan di saat subuh adalah pilihan terbaik.

Alunan lagu perfect dari One Direction mengiringi langkahku. Aku butuh penghibur untuk bantu mencerna setiap kata-kata yang Harry ucapkan semalam. Jujur, aku sangat bingung. Dia membuat hubungan kami menjadi semakin tak jelas. Aku sendiri tak punya pilihan selain mengikuti cara mainnya, karena aku sadar, aku tak mampu untuk mundur dan mengakhiri hubungan tak jelas ini.

Sebelum matahari nampak, aku harus bergegas kembali ke kost dan bersiap-siap ke tempat praktek. Aku bersukur karena kami diperbolehkan untuk tak menggunakan seragam putih selama praktek di Puskesmas. Kami hanya diwajibkan untuk memakai pakaian yang rapi, sama seperti yang kami lakukan dikampus sehari-hari.

Kegiatan hari ini tak jauh berbeda dengan kemarin, data-mendata. Hanya saja hari ini aku ingin mampir dan mengobrol sedikit dengan Nenek Joice, nenek yang ku jumpai sedang sendirian dan kesepian di rumahnya kemarin. Tapi baru saja mau menuju ke rumah nenek, langkahku dihentikan oleh suara klakson yang muncul dari arah belakangku. Aku terpaksa menoleh karena seseorang di belakang sana masih belum berhenti membunyikan klaksonnya.

Dan ternyata... orang itu adalah Harry. Cukup membuatku kaget. Apalagi ketika mataku tertuju pada motor besar berwarna putih yang dia kendarai.

"Motor dinas?" Tanyaku, spontan tanpa berpikir panjang.

Harry tersenyum. "Yang namanya cewek memang cepat banget ya matanya kalau menyangkut uang dan kendaraan."

"B-bukan gitu. Cuma motor kamu ini memang mencolok banget. Lagian aku kan udah terbiasa lihat kamu sama motor yang biasa kamu pake."

"Motor yang sebelumnya udah kembali sama empunya." Tersenyum, dia lalu menepuk-nepuk kepala motornya. "Ini yang bakal jadi temanku sekarang."

"Emang motor yang sebelumnya punya siapa? Aku kira itu motor kamu?"

"Bukan. Bukan. Itu motornya papa. Di beli dari uangnya papa. Aku cuma minjam aja."

Menyilangkan tangan didepan dada dengan satu tangan memegang map, aku melirik ke arahnya, namun segera ku alihkan saat tau dia sedang menatapku. "Terus... kamu ngapain di sini?"

"Ketemu kamu."

"Ketemu aku? Siang-siang bolong kayak gini? Emang kamu enggak masuk kerja?" Sedikit salah tingkah, tapi sebisa mungkin ku sembunyikan.

"Masuk kok. Cuma lagi malas aja bengong di sana."

"Jadi, kamu lagi bolos kerja nih ceritanya?"

Harry menggidikkan bahu. Matanya masih tertuju padaku. Entah apa yang dia lihat, tapi semakin lama tatapannya semakin membuatku tak nyaman.

"Dari mana kamu tahu kalau aku ada di sini, Har?" Tanyaku, coba menghilangkan salah tingkah dengan membangun kembali percakapan.

"Aku akan selalu tahu kamu ada di mana, jadi kamu jangan coba-coba sembunyi, apalagi kabur."

Tatapan Harry berubah tajam dan dingin. Tatapan yang membuat salah tingkah ini semakin menjadi-jadi, sampai-sampai aku tak mampu meliriknya lagi.

"Ayo naik!" Lanjutnya.

"Tapi kita mau kemana?"

"Makan siang." Dia menegakkan tubuh, sedetik kemudian suara mesin motornya terdengar. "Ayo cepetan, sebelum asam lambungku naik."

My Weird BoyfriendМесто, где живут истории. Откройте их для себя