TIGA

6.6K 829 130
                                    

Satu tahun dalam kesenyapan.

Selama itu yang mampu kulakukan hanyalah memandangimu dari balik kaca jendela kelasku. Melintas bersama teman-temanmu dengan obrolan yang riuh, entah apa, aku tak dapat menangkapnya. Aku melayangkan senyum kepadamu, tapi kau tak memandang ke arahku.

Dan obrolan di antara kita tak pernah lagi berarti bagimu. Tiada pula langkah kaki dan tangan terayun bersebelahan, tak pernah lagi terjadi. Meski demikian, namamu tak akan pernah kuhapus dalam setiap doa-doa malamku.

Aku tak tahu apa sebabnya kau jauhi diriku secara tiba-tiba. Menghentikan obrolan seputar buku. Menghentikan pesan-pesan yang kerap kau kirim kepadaku demi memberiku semangat dan menghiburku di kala terpuruk di dalam ruang kosong nan gelap. Kini, kau membelengguku lagi di dalam ruangan itu, sejak kau jauhi aku tanpa alasan. Asumsi bermain lepas dalam kepalaku, mengatakan bahwa kau sengaja menjauhiku demi seseorang yang berada cukup jauh dari jangkauanmu. Seseorang yang biarpun telah melepas jangkar yang kau jatuhkan di dermaganya, tapi tetap kau rindu.

Aku sempat bertemu denganmu, tapi kau sibuk bersama teman-temanmu, berhaha-hihi, bercerita ngalor-ngidul, sedangkan aku hanya dapat berdiri mengamati. Mengulum senyum sekilas. Batinku berkata seharusnya seperti itulah yang terjadi.

Tetapi aku memberontak. Tidak. Hai batin, kau benar, sedikit. Seharusnya aku tak bertemu dan bertegur sapa dengannya, itulah yang benar! Sehingga tak perlu sedalam ini rasa kecewaku karena tak lagi berkomunikasi dengannya selama satu tahun!

Dan di balik kaca jendela kelas, kulihat kau di lapangan, sedang melakukan persiapan untuk pertandingan futsal dalam memperingati hari jadi sekolah. Dari kejauhan saja radarku mampu menangkapmu. Jemariku menekan kaca jendela, merabanya, menemukanmu di balik telunjukku meski jarak keterpisahan antara kelas dengan lapangan cukuplah jauh—justru dengan jauh itulah aku dapat menggapaimu. Meski dalam hati aku berharap dapat menyentuhmu dari jarak dekat.

Ah, apa bedanya dekat atau jauh. Yang penting kau tertangkap jari-jemariku yang menempel di kaca.

Senyum bermain-main di bibirku. Aku mengamati dirimu di lapangan. Seharusnya aku bisa menontonmu bertanding. Sayangnya, guru Biologiku yang galak dan tak suka mengorbankan waktu mengajarnya untuk sebuah acara sekolah yang dianggapnya tidak berarti itu terus mencerocos.

"Bu!" Aku memberanikan diri mengkat tangan.

"Ya?"

"Izin ke toilet."

Dan dipersilakan aku keluar dari kelas. Melewati kelas demi kelas, tatapanku tetap tertuju kepadamu. Aku mencari tempat yang pas. Kupilih di bawah sebatang pohon rindang di sebelah siswa-siswi yang mengelu-elukan namamu sebagai penjaga gawang yang sangat diandalkan kelasmu. Meskipun tak mampu membisikkan semangat di telingamu, setidaknya aku masih mampu mencatut namamu dalam hati. Berdoa dalam kebisuan. Aku tepekur mengamati permainan dan usahamu.

"Goal!!!"

Dan teriakan murid-murid yang menjadi lawan bertanding kelasmu membuat senyum di bibirku pudar. Peluit wasit pertanda waktu istirahat menjerit-jerit di udara. Kau tampak lesu dan kesal lantaran gagal mempertahankan teritorialmu. Aku ingin menghibur mengatakan bahwa manusia setidaknya merasakan kegagalan, seminim apa pun, sebagai penyeimbang dari dunia yang tidak adil. Kau pernah berkata demikian, bukan?

Tetapi kata-kata itu terkunci di mulutku. Aku tak mampu melontarkannya kepadamu. Wajahmu yang menampilkan rasa kesal membuatku jadi tak tenang. Ingin kutepuk pundakmu. Atau mengusap kepalamu. Atau menggenggam telapak tanganmu. Dan kulakukan semua itu dalam imajinasiku.

Imajinasi yang kemudian dirobohkan oleh seorang kawan perempuanmu. Dia tampak begitu senang melakukan imajinasi-imajinasi dalam kepalaku yang seharusnya kulakukan dengan tanganku sendiri. Kau pun tak begitu memusingkannya. Meskipun aku tahu bukan perempuan itu yang berhasil mencuri hatimu. Seandainya aku memiliki keberanian seperti kawan perempuanmu itu, pasti saat ini imajinasiku sudah menjadi nyata.

Eureka #RemembertheFlavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang