#5

4.4K 465 14
                                    

Gadis itu mematung di tempatnya berdiri. Ia menelan salivanya dengan susah payah. Lelaki itu mengenali dirinya. Sial. Apakah ini yang di maksud sebuah pertanda buruk yang sedari tadi ia rasakan? Ia benar-benar berharap untuk saat ini waktu berhenti untuknya. Biarkan ia lari dan menjauh dari sini. Jika saja ia mempunyai sebuah kekuatan seperti itu ia akan memanfaatkannya jauh-jauh hari sebelum ia menapakkan kakinya disini. Menjauhkan dirinya dari tempat terkutuk seperti ini.

Shin Minhyo mendongakkan kepalanya. Memberanikan dirinya untuk menatap lawan bicara yang berada di hadapannya. Gadis itu masih tak menjawab. Ia terdiam dalam seribu bahasa. Ia hanya dapat memandangi wajah lelaki di hadapannya dengan tatapan yang sedikit menunjukan kekaguman. Setidaknya hanya sedikit karena ia tak ingin lelaki itu menyadari tatapan kagumnya. Tampan. Pria ini benar-benar tampan. Bolehkah ia menjadikan lelaki itu suaminya? Gila. Gadis itu mulai berpikiran gila. Tolong siapapun hentikan pikiran gila ini.

"Benar kan?" Sehun bertanya kembali. Ia melangkahkan kakinya mendekati gadis yang berada di hadapannya. Jaraknya kini tak lebih dari setengah meter. Bahkan gadis itu dapat merasakan hembusan nafas lembut Sehun yang menerpa kulit wajahnya. Tolong hentikan debaran jantungnya yang seolah hilang kendali. Ia tak ingin seperti ini. Bukan saatnya untuk seorang Shin Minhyo merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta kembali. Ia sungguh ingin menepis dan membuang jauh-jauh hatinya untuk tidak merasakan bagaimana cinta yang menerbangkannya menembus awan dan dengan seketika menghempaskannya ke dasar jurang yang terdalam. Ia tak ingin merasakan bagaimana rasanya bahagia dengan kesedihan yang selalu berada beriringan tak jauh dari kebahagiaan. Kebahagiaan yang sesaat tergantikan dengan kesedihan mendalam yang seakan tak berujung. Ia tak ingin jatuh cinta. Ia tersiksa begitu merasakan sebuah letupan kecil menggelikan di dalam hatinya. Ia begitu tersiksa ketika ia merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta. Kenangan indah di masa lalunya bagaikan debu yang di tiup angin. Ia hanya dapat merasakan masa indah dengan sesaat dan menghilang saat ia meniupkannya. Kenangan pahit yang berbekas pada memori otaknya. Ia ingin melupakannya. Melupakan lelaki itu. Lelaki yang menjadi adik kelasnya semasa sekolah. Namun,cinta pertama tetap cinta pertama. Bertahun-tahun ia menjalin sebuah pertemanan dan berakhir menjadi kisah cinta romantis. Ketika mengingat hal itu ia akan tersenyum atau bahkan terkikik geli. Hingga ketika sebuah kejadian menimpanya secara tak tertuga. Ia tak dapat menghindari itu semua. Semua itu berjalan tanpa gadis itu ketahui sebabnya. Ia ingin menangis. Tetapi itu percuma. Semua sudah berubah bagaikan sebuah kayu yang di makan usia. Rapuh. Ia begitu rapuh. Menangis bukan jalan satu-satunya untuk menyelesaikan semua permasalahan dalam hidupnya. Ia membenci jalan hidupnya yang seperti ini. Ia ingin merasakan bagaimana bersenang-senang menghabiskan waktu bersama teman-teman sebayanya. Berbelanja bersama, menonton bersama,bercanda gurau bersama. Ia sangat ingin melakukan itu semua di masa sekolahnya. Ia tak ingin semua temannya mengucilkannya, memusuhinya, menghujaninya dengan perkataan kasar ataupun membullynya karena melakukan seks di luar nikah. Ia tak tahu bagaimana sebuah nyawa hidup dalam dirinya. Nyawa lain selain dirinya. Ia tak ingat bagaimana ini terjadi. Semuanya seakan hilang dalam memori otaknya. Ia tak tahu siapa yang melakukan hal sekeji ini padanya. Apakah ia mempunyai dosa yang besar sehingga ia mendapatkan ujian dari Tuhan seberat ini? Jika mati adalah pilihan terbaik ia akan mencobanya. Tetapi ia tak ingin hidupnya berakhir dengan cara yang seperti ini. Ia ingin membersihkan namanya bahwa ia tidak melakukan hal yang tidak ia lakukan. Semua orang menganggapnya rendah tanpa tahu apa yang terjadi sebenarnya.

Shin Minhyo. Gadis itu tengah melamun dalam diam. Sibuk dengan pikirannya sendiri yang seakan membuatnya menjadi gila. Memori pahitnya datang lagi tanpa tahu situasi. Sehun masih menatapnya. Tingginya yang melebihi gadis itu membuatnya tak dapat dengan jelas menikmati wajah Minhyo dengan leluasa. Gadis itu terus menundukan kepalanya dalam-dalam. Sehun tak tahu apa yang gadis itu pikirkan sekarang. Yang Sehun tahu gadis itu tengah menatap ujung sepatu heels nya dengan pandangan kosong. Matanya bahkan tak berkedip. Ia terlalu di sibukkan dengan dunianya sendiri hingga ia tersadar ketika dering ponsel berbunyi nyaring di dalam tas tangannya. Itu ponselnya. Ia hafal betul bagaimana dering ponselnya. Menandakan sebuah panggilan masuk yang menunggu penerima untuk menjawabnya dengan segera. Minhyo merogoh tas tangannya mencari benda persegi panjang berwarna putih yang tengah menyala.

Bad Mommy?! [ON HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang