XXI - Akhir Perjuangan ( Stella )

Start from the beginning
                                    

Sudah jelas waktu itu dia pergi meninggalkanku. Melayangkan kata-kata cerai padaku. Jadi tidak mungkin dia yang menolongku dan membawaku kemari. Lalu siapa 'suami' yang dibicarakan dokter ini?

Belum selesai dengan pertanyaan di dalam pikiranku, tiba-tiba pintu ruangan ini kembali terbuka diiringi seseorang yang masuk ke dalam ruangan.

"Ahh.. Itu suami anda datang, Nyonya." Raut wajahku terlihat datar ketika memandang sosok pria lain di sana. Dibalik punggung Pria itu, ia mengenakan pakaian yang sangat asing. Entah pakaian apa yang sedang ia kenakan sekarang, tapi sepertinya itu adalah seragam tentara. Dari coraknya, aku sangat yakin bahwa itu bukan seragam tentara Jepang, melainkan seragam dari negara lain. Kedua mataku membelalak ketika pria itu berbalik secara perlahan dan memperlihatkan wajahnya padaku.

Potongan rambutnya pendek rapi bewarna hitam. Kedua matanya sipit, dipadu dengan hidung yang mancung dan bibir yang cukup tipis. Tubuhnya menjulang tinggi dan tegap. Kulitnya bewarna kecoklatan. Tapi entah kenapa melihat pria ini dengan wajah tampan dan berbalut seragam yang gagah seperti itu, membuatnya terlihat sempurna.

Pria berseragam itu tersenyum kearahku. Walaupun tak seramah dokter ini, tapi setidaknya ia terlihat cukup baik. Dia berjalan semakin mendekat ke ranjangku dan kini berada tepat di samping kananku.

"Syukurlah kamu sudah sadar, sayang," ujarnya tiba-tiba sembari mengelus puncak kepalaku. Aku terkejut ketika diperlakukan seperti itu. Sebelum aku protes, dokter kembali mengucapkan sesuatu.

"Lain kali perhatikan istri anda, Tuan." Nasehat dokter itu. Pria berseragam ini hanya tersenyum ramah kepadanya. "Baiklah, saya akan keluar. Jika anda butuh bantuan silahkan panggil saja perawat," lanjutnya kembali, lalu dokter itu berlalu meninggalkan kami berdua disini. Setelah kepergian dokter muda itu. Suasana menjadi sunyi dan canggung. Pria berseragam itu mendadak melepaskan tangannya dari kepalaku. Tubuhnya sedikit menjauh dariku.

"Maaf aku menyentuhmu." Aku hanya mengangguk seperti orang bodoh yang mendengar suara beratnya, lalu suasana kembali menjadi sunyi. Ternyata jika melihat pria ini dari jarak dekat, ada sebuah goresan kecil yang membekas di arah dekat hidungnya. Jadi pria ini yang telah menyelamatkanku?

"Bagaimana keadaanmu? apa baik-baik saja?" tanyanya memecah suasana aneh ini.

"Oh.. emm.. baik," jawabku gugup. Dia menghela napas lalu melanjutkan kembali ucapannya. "Aku yang membawamu ke rumah sakit ini. Aku tidak sengaja melihatmu yang pingsan di pinggir jalan dengan darah yang banyak, lalu kuputuskan untuk membawamu kemari."

"Maaf juga sebelumnya karena aku telah lancang mengaku sebagai suamimu. Tapi tidak ada cara lain selain menjadi suamimu, kamu butuh perawatan langsung untuk kandunganmu," jelasnya yang semakin membuatku terdiam. "Aku tidak tahu nama aslimu, jadi aku memalsukan namamu menjadi Kelly. Apa itu tidak masalah bagimu? Sepertinya kamu bukan orang asli Jepang."

Dia mengganti namaku?

"Tidak apa-apa. Aku mengerti jika berada diposisimu. Terima kasih banyak telah menolongku, terutama pada malaikat kecilku ini." Aku tersenyum hangat kearahnya. Ternyata masih ada orang baik di dunia ini. Pria itu terdiam beberapa detik, lalu tersenyum kaku kearahku.

"Jadi, dimana suamimu? Kenapa kamu bisa pingsan di tepi jalan?" tanyanya yang membuatku tersedak dan terbatuk, padahal aku sedang tidak makan apa-apa. Pertanyaan macam apa itu. Apakah aku harus menjawabnya? tapi jawaban seperti apa?

Melihatku yang begitu gugup dan bingung. Ia menyuruhku untuk lebih tenang dan tak perlu memaksakan diri untuk bercerita. Akhirnya rasa canggung diantara kami berdua kini mulai menghilang, bahkan kami sekarang berbincang-bincang layaknya seorang teman yang akrab.

Marriage Season (Dirty!!)Where stories live. Discover now