9-Aku, Kamu, dan Kisah Lama

1.1K 105 10
                                    

"Move on itu salah satu alur dalam cerita. Keberhasilan atau kegagalannya, bukan berasal dari lakonnya, tapi dari penulisnya. Kalau misal sudah berjuang tetapi gagal, ya jangan mengeluh, karena kisahmu ditulis oleh Yang Maha Kuasa."

***

"Bangsat!"

Oh indah sekali, harus dinyatakan bahwa part ini diawali oleh sumpah serapah yang diucapkan oleh Bian.

"Kenapa dari awal gue nggak sadar?" Bian memukuli kepalanya sendiri, kini senyuman yang biasa ditunjukkannya pudar, tidak berhasil untuk menyembunyikan punuk kesedihan yang telah dipendamnya begitu lama.

***

"Lo mau es teh panas atau teh tawar pake gula?" tanya Ari, idiot.

"Bodo," respon Arka, tangannya meneloyor kepala Ari.

"Yaelah, santai, bos!"

Tak lama kemudian Fadel datang membawa nampan yang berisi beberapa makanan. Terus lo ngapain nanya mau pesen apa bego! Maki Raka pada Ari dalam hati, tak sadar kalau dirinya juga bego

"Lho, kan gue pesen ayam KFC?" tanya Raka polos.

"BEGO INI MCD!" Fadel menepuk dahinya, dengan memasang tampang sok kecewa kepada Raka.

"Del, resleting lo kebuka, celana lo warna kuning ya?"

Kadang memang Arka merasa dirinya paling normal sendiri dan Arka selalu mensyukuri hal itu.

Akhirnya setelah 'sedikit' basa-basi, disertai tragedi Fadel ngambek nggak mau makan dan akhirnya terpaksa Ari merayunya dengan membelikannya es krim(Lalu disusul oleh Arka yang curiga Ari nggak balik-balik, ternyata uang didompetnya tinggal dua ribu), akhirnya mereka berempat makan dengan tenang.

Ya, nggak tenang-tenang amat juga sih.

Setelah selesai dengan urusan makan-makan, akhirnya mereka memutuskan untuk meninggalkan restoran itu.

"Eh, itu si Lisa 'kan?" tanya Fadel tiba-tiba, di respon oleh ekspresi Ari yang langsung menjadi 'tidak enak untuk dipandang'.

"Eh, iya! Sendirian, samperin, yuk!" ajak Raka, tanpa persetujuan, Raka langsung meluncur menghampiri Lisa.

Ari, jelas-jelas langsung menciut, Ari bahkan nekat keluar dari restoran secara sembunyi-sembunyi.

Fadel dengan bodohnya langsung mengikuti Raka tanpa mengetahui raibnya salah satu temannya. Namun, jangan pernah samakan Fadel dengan Arka, Arka jelas-jelas peka.

"Gausah ngehindar. Lo nggak jantan, potong aja itu alat reproduksi," kehadiran Arka secara tiba-tiba jelas mengagetkan Ari.

"Astagfirullah, Arka, dijaga omongannya nak,"

"Ya pasti dia putusin lo secara sepihak itu ada alasannya. Ya mungkin kaya masalah sama mantannya yang dulu, atau apalah, gue juga nggak tau," kata Arka, tidak mempedulikan celetukan Ari yang sebelumnya

Ari mendengus kesal, kurang setuju dengan pernyataan Arka.

"Lo nggak bisa nilai orang dari luarnya aja, kek,"

Bener juga, batin Ari, eh, nggak! tapi dia udah ngepermainin gue!

"Gue masuk dulu ya, kek, ntar dua anak itu kalo kelamaan ditinggal bisa ngebuat satu orang stroke," Arka menepuk pundak Ari pelan. Ari mengangguk.

"Tokek," Fadel tiba-tiba menepuk pundak Ari di tempat Arka barusan menepuknya.

"Lho, del? Lo bukannya sama Raka nemuin Lisa?" Fadel menggeleng.

"Lo tau 'kan,"

"Gue gimana." Ari mengangguk. Ia langsung paham apa yang dimaksud Fadel.

***

Ting Tong

"Lia, bukain, gih!" suruh Raven. Raven merasa sudah sangat rajin pagi ini, maka dari itu ia memutuskan untuk menjadi malas lagi.

Lia mendengus, tapi tetap mengiyakan.

"Lia!"

"Hai, Keysha!" Lia mempersilahkan tamunya masuk. Hari ini, sebenarnya Keysha datang untuk membahas PR.

Tapi, bukannya cewek-cewek kalau kerja kelompok malah melakukan hal yang lain?

Menggosip, misalnya?

Oh, tidak, mereka berdua 'kan anak teladan dari kelas unggulan, kalau belajar ya belajar.

"EH LO TAU NGGAK SIH KALO BUNGA SUKA NGUPIL DI KELAS?!"

"GUE TAU! GUE PERNAH LIHAT MALAH!"

Yah, setidaknya hanya satu korban yang mereka jadikan sebagai objek "menggibah"

"AFKAR, LO TAU? SUKA MAKAN BAKSO PAKE MAYONES!"

"SERIUSAN? SI INDIRA MALAH SUKA MAKAN JERUK PAKE KECAP!"

Tiga korban.

Sudah dipastikan ketiga korban tersebut sekarang mendadak ingin buang air besar.

"Serius sekarang," Keysha nenghela napas, apakah terlalu banyak tertawa dampaknya tidak baik.

"Eh, lo tau mantannya Ari nggak?"

Lia melongo, KATANYA SERIUS?? KOK MALAH LANJUT?!

Tapi Lia tetap mengangguk.

Hati kecilnya lebih ingin menggosip.

"Kasian banget Ari, gue punya mantan juga nggak gue begituin," Keysha tersenyum kecut.

"Mantan lo siapa?"

"Fadel."

Lia menatap Keysha sejenak. Lia benar-benar tidak tau apa-apa soal hal ini, Fadel dan Keysha juga terlihat biasa-biasa saja.

"Kaget? Iya emang, gue dan Fadel sebenernya juga nggak serius pacaran, nggak niat pula. Punya hubungan baik sama mantan, itu hal yang dewasa 'kan?"

Tau dari mana pikiran gue?

"Iya gue tau. Gue juga tau lo ada 'sedikit' rasa sama Fadel," Keysha tersenyum, Lia hanya menanggapinya dengan ekspresi datar, mungkin kedepannya ia harus lebih terbiasa dengan sikap Keysha yang agak menyeramkan.

"Apa salahnya sih baikan sama mantan? Kalo lo malah sama sekali nggak pernah nyapa mantan lo setelah lo putus, artinya lo egois, dan ada tanda-tanda lo masih belum move on."

Lia hanya mangut-mangut, tangannya meraih snack yang dari tadi menemani mereka dalam acara belajar bersama.

"Sha, gue mau nanya,"

"Fadel emang terkenal banget ya?" tanya Lia.

"Iya, di golongan cewek-cewek sih terkenal banget nget nget." Lia mengangguk singkat, hendak bertanya lagi.

"Tapi dia 'kan cupu, takut sama cicak lagi." Keysha tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya.

"Ya masa Fadel nggak bisa jaim sama orang yang nggak deket sama dia. Lagi pula, cewek-cewek cabe diluar sana kan mandang Fadel sebelah mata. Yang penting dia ganteng, dia jago main basket, yaudah digebet."

Ehm, maksudnya acara menggosip.

"Oh ya, cerita Ari sama Lisa itu--"

***

Fadelia [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang