13- Buku Kegiatan Ramadhan

9.5K 988 58
                                    

Dear @miakyukyu.
Terima kasih komentar panjangnya. Komenmu di part ini dipinjem Caca, ya :))

Buat teman-teman, selamat membaca.
Kritik & sarannya ditunggu.
Kalau kalian ada ide seputar Ramadhan boleh lho di share :)

Sankyu
Alyaaa

♥♥♥

"Mei, tadi Kak Maca punya teman balu," cerita Masha kepada Bila dengan tangan sibuk mewarnai.

"Oh, ya? Siapa namanya, Kak?"

"Dinda."

"Siapa Dinda, Ca?" tanya Bila kepada Caca untuk mencari tahu lebih lanjut.

Caca yang sedang menikmati es buahnya langsung ingat kejadian tadi sore.

"Dinda? Dia murid ngaji, anaknya seumuran sama Masha. Udah dua kali aku ngajar iqro satu halaman pertama nggak naik-naik. Tadi nerapin cara Kak Bila ke dia, eh langsung berhasil."

"Kak Maca tadi yang ajalin, Mei!" ujar Masha setelah Caca diam. Selanjutnya, dia kembali sibuk mewarnai.

"Beneran?" tanya Bila penasaran.

"Iya, Kak! Masa tadi gaya Masha udah kayak orang gede aja. Dia bilang begini sama Dinda pas aku suruh belajar 'ayo, aku ajalin belajal!'. Ya ampun, pengen ngakak aja, bicara belum bener sok-sokan kayak orang gede. Eh, tapi hebatnya Dinda langsung bisa baca abis itu. Ini yang keren metodenya Kak Bila atau Masha-nya yang cocok jadi guru, ya?"

Bila tersenyum bangga mendengar cerita Caca. Hal yang sama memang pernah dilakukan beberapa kali oleh Masha setiap kali dia mengajaknya ke Panti milik Om Rengga. Masha lebih senang bermain di sana daripada di rumah. Alasannya sederhana, dia tidak punya teman seumuran. Ada pun lebih besar dan berjenis kelamin laki-laki. Setiap kali bermain, pasti tidak jauh-jauh dengan sepak bola dan bajunya akan berubah warna. Atau kalau tidak, akan berakhir dia yang menangis karena teman-temannya berlari cepat dan dia tertinggal di belakang.

"Masha suka begitu kalau diajak ke panti. Di sana banyak anak kecil."

"Pantes! Dia kayaknya udah cocok jadi kakak tuh, Kak."

Bila tersenyum geli. "Coba kamu tanya sama dia mau apa nggak punya adek?"

"Kak Masha," panggil Caca kemudian.

"Ya?" jawab Masha sambil mendongak. Matanya kini menatap Caca yang ada di samping kirinya.

"Kak Masha pengen punya adik, nggak?"

Masha menggeleng.

"Kenapa? Kan nanti jadi ada temannya, Kak. Kak Masha bisa ajarin adiknya kayak tadi ngajarin Dinda."

Masha tetap menggeleng.

"Ndak. Kata Kak Boni, punya adek ndak enak. Nanti apa-apa adek, apa-apa adek. Kakaknya mesti ngalah. Kak Boni pas punya adek ndak pelnah diajak-ajak pelgi lagi. Kalau ibunya pelgi yang diajakin adeknya. Pas mau tidul juga adeknya yang ditemenin. Pas mau main malah disuluh nunggu dedek. Telus kalau kata Kak Deni, kalau adek tuh nakalnya kayak Maca yang di tipi itu, Kak. Maca kan suka gangguin beluang tidul, kakinya dikitik-kitik. Telus pas ngecat lumah malah jadi jelek. Pelnah juga Maca abisin makanan beluang," jelas Masha panjang.

Boni dan Deni adalah tetangga bermain Masha. Boni yang baru saja mempunyai adik bayi memang sering merasa dinomorduakan. Maklum saja, sebelumnya dia selalu menjadi yang pertama dan sekarang harus sering mengalah. Jika berpergian dalam jarak dekat, ibu dan ayahnya hanya membawa si kecil. Boni yang sudah kelas satu dan gembil terlalu sempit jika diajak berkendara naik motor bersama. Hal itu justru membahayakan, itulah sebabnya dia sering dititipkan ke tempat neneknya. Deni adalah anak tunggal yang kebetulan seumuran dengan Boni. Kesalahan kenapa dia tidak menginginkan adik adalah karena perkataan ibunya. Ibu Deni sering berkata kepadanya 'kalau nakal nanti ibu kasih kamu adik kayak Masha, lho!'.

Diary Ramadhan CacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang