BAB 12 - Antara Logika, Mungkin Gila, Atau Cinta?

Comincia dall'inizio
                                    

Darah Alvaro seketika mendidih. "Namanya juga mati lampu, Sofie! Ya pasti gelap lah! Sekarang kamu jangan bawel dan jangan bergerak dari tempat kamu berdiri kalau mau di tolongin sama kamu!" Ucap Alvaro yang kesabarannya semakin menipis menghadapi Sofie.

Setelah itu Sofie memang diam. Tapi kemudian terdengar suara isakan dan itu semakin membuat Alvaro jengkel.

"Kamu kenapa nangis sih?!" Ucap Alvaro yang tepat pada saat itu berhasil membuka pintu kamar mandi.

Namun keadaan yang gelap tak memungkinkannya untuk melihat Sofie. Saat ia bingung bagaimana menemukan Sofie, tiba-tiba dirinya merasa di tabrak seseorang.

"Varoooo..." Rupanya Sofie dapat mendengar suara pintu di buka dan langsung memeluk Alvaro.

"Aku takut..." Rengeknya dan memeluk Alvaro kencang-kencang.

Alvaro yang kaget terdiam sesaat sebelum membalas pelukan Sofie.

"Tenang, tenang. Aku di sini." Ucapnya sambil mengelus punggung Sofie. Kemarahannya langsung menguap entah kemana.

Namun detik itu Alvaro langsung menelan ludahnya begitu merasakan punggung Sofie.

Ini kulit bukan baju.
Dan licin.
Ya Tuhan...
Jangan bilang kalau Sofie nggak pakai...

Tepat pada saat itu lampu menyala. Alvaro terpana. Sofie kaget.

Sofie kaget karena baru tersadar bahwa dirinya telanjang bulat, sedangkan Alvaro terpana melihat pemandangan di depannya. Sebuah tubuh basah begitu menggiurkan tanpa sehelai benang pun terpampang nyata di hadapannya. Sepasang payudara indah dengan lekuk tubuh sempurna di tambah sesuatu yang menggiurkan diantara paha Sofie. Alvaro keras.

"AAAAAAAA!!!" Sofie langsung berteriak begitu tahu bahwa Alvaro tengah memandangi tubuh telanjangnya.

Ia langsung mendorong tubuh Alvaro ke samping dan lari mengambil handuk. Alvaro yang tak siap langsung terhuyung ke belakang dengan kaki menabrak pinggiran bathtub. Karena hilang keseimbangan, akhirnya tubuh Alvaro jatuh ke dalamnya.

"OH, GOD!!! SOFIE!!!" Alvaro berteriak murka karena sekarang tubuhnya jadi basah kuyup.

"Kenapa kamu dorong aku sih?!" Tanya Alvaro emosi.

Sofie yang sudah kembali dengan handuk melilit di tubuhnya menatap Alvaro kesal.

"Siapa suruh kamu ngeliatin tubuh aku?!"

"Ya mana aku tahu kalau kamu telanjang!" Jawab Alvaro emosi.

"Harusnya kamu tutup mata!"

"Gimana aku mau tutup mata kalau di pikiran aku cuma ada payudara kamu!" Balas Alvaro.

Dan jawaban Alvaro kembali membuat Sofie menaikan jari tengahnya tinggi-tinggi sebelum meninggalkan lelaki itu.

***

Ada yang berbeda dengan Alvaro pagi ini. Lelaki itu terlihat pendiam. Tidak seperti biasanya yang selalu rusuh dan menyebalkan mengomentari ini itu atau sekedar berdebat dengan Sofie.

"Sarapan." Sofie menaruh piring berisi sandwich yang terbuat dari roti gandum dengan telur setengah matang di tambah bacon dan keju di dalamnya ke hadapan Alvaro dengan nada jutek seperti biasa.

Namun Sofie terheran-heran karena Alvaro tak memulai pertengkaran melainkan mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Kening Sofie pun semakin berkerut ketika Alvaro mulai makan dalam diam.

"Tumben nggak ngajak ribut pagi ini." Sofie mulai membuka pembicaraan karena rasanya sangat janggal sekali ketika ruang makan begitu hening.

Lagi-lagi Sofie di buat heran karena Alvaro hanya tertawa dan terlihat begitu di paksakan.

Marriage In WarDove le storie prendono vita. Scoprilo ora