PROLOG

76 7 7
                                    


Lagi-lagi ia harus berhadapan dengan pria tampan berkacamata yang berdiri di depannya. Gadis dengan rambut kecokelatan ini tidak pernah bisa menang jika berdebat dengan pria di depannya. Kalau boleh jujur, ia lebih memilih kehilangan pekerjaan dibandingkan bekerja dengan pria yang tidak dapat ditebak sepertinya. Pria ini terlalu rumit. Ia tahu bahwa ia tidak akan bisa menebak pikiran pria itu.

Wajahnya terus memancarkan emosi sementara pria berkacamata itu terus tertawa licik sambil memberikan beberapa penjelasan yang tidak masuk akal. Kenapa selalu ia yang disalahkan. Walaupun ia sudah mengenal pria ini selama 14 tahun, sekali ‘pun mereka tidak pernah akur. Kecuali jika harus berhadapan dengan kepala sekolah atau atasan mereka.

Terlebih lagi, gadis bodoh itu selalu saja menyukai pria berkacamata yang tidak pernah meliriknya. Ah, benar juga. Pria itu bahkan tidak melihatnya sebagai seorang wanita. Pria itu bahkan tidak mengakuinya sebagai teman. Sakit... Namun apa yang harus ia lakukan? Ia sungguh berharap pria berkacamata inilah yang akan menjadi takdirnya. Padahal jika ia mau untuk membuka matanya lebih luas. Banyak orang yang lebih baik dan berjuang untuknya. Namun apa daya, Cinta memang buta. Apalagi jika kebutaan itu sudah dipelihara selama 14 tahun. Menyedihkan.

Gadis yang sangat biasa ini tidak pernah menang jika berdebat dengan pria di depannya yang sering ia sebut dengan Megane-kunㅡsebutan untuk pria berkacamata di depannya.

Sebenarnya bukan tidak pernah menang, hanya saja ia tidak ingin menang. Lagi-lagi menyedihkan, bukan? Hanya karena cinta semua prinsipnya jadi berantakan. Lagipula apa susahnya sih untuk mengutarakan, tidak 'kah 14 tahun terlalu lama?

---

Destiny: My Love AdventureOn viuen les histories. Descobreix ara