Part 40 : Monster [END]

Start from the beginning
                                    

Ryu bangkit kemudian menatap Bam dengan nanar. Untuk beberapa detik Bam terpaku pada tatapan itu. "Lalu apa? Sekuat apapun perasaanku padanya tidak berarti apa-apa jika kebahagiaan Freya bukanlah bersamaku. Kebahagiaan Freya adalah segalanya untukku, aku tidak butuh apa-apa lagi selama ia bahagia."

Bam ikut bangkit dari kursinya. Ia menatap Ryu dengan tatapan iba.

"Baiklah. Jika itu keputusanmu. Kuharap kau tidak menyesal nantinya. Semoga berhasil membuat gadis itu menjauhimu," Bam terdiam sejenak. "Aku sungguh-sungguh berdoa untukmu jika kebahagiaan Freya benar-benar bukan bersamamu. Jika tidak, semoga gadis itu tidak hancur karenanya."

Bam meninggalkan ruang tersebut, menyisakan Ryu bersama segala perasaan yang dirasakannya.

Entah kenapa perasaannya tidak enak untuk masalah yang satu ini. Bam merasakan kegelisahan yang tidak biasa. Ia menghembuskan napas panjang seraya mengambil langkah menuju kamarnya.

---**---

Raka tidak main-main dengan ucapannya. Ketika ia berkata Freya tidak perlu pergi ke kelas lagi untuk belajar itu benar adanya. Untuk sisa semester terakhir Freya belajar di tempat lain, sendirian.

Freya benar-benar berterima kasih kepada Raka karenanya. Ia tidak perlu menyakiti Ryu ataupun Miki lebih jauh lagi karena kehadirannya. Memang tempat itu diperuntukkan untuk Freya belajar saja, jika Freya ingin makan ataupun ke tempat umum lainnya maka ia harus pergi ke tempat biasa. Tidak masalah, jika Freya bisa memilih waktu yang tepat ia tidak perlu bertemu murid lainnya.

Tapi tidak untuk hari ini. Keberuntungan sedang tidak berpihak padanya. Di sinilah ia, berada disalah satu pojok lorong menuju toilet. Di sudutkan oleh ketiga gadis yang dulunya adalah 'teman'nya.

"Kelihatannya kabar itu benar, kau dicampakkan eh?" Gadis itu tertawa sinis bersama kedua temannya.

Freya membuang napas sejenak, mengacuhkan ketiga gadis yang dulu adalah teman sekelasnya. Freya tahu mereka adalah orang-orang yang tidak suka dengan dirinya. Kalau bisa ia ingin cepat-cepat mengakhiri perkara ini.

Salah satu gadis mendorong Freya hingga membentur dinding.

"Lihat kelakuan gadis tidak tahu diri ini. Arogan sekali, tidak sadar dirinya siapa," desisnya.

Freya menatap gadis itu dengan tajam. Punggungnya terasa berdenyut-denyut karena membentur dinding tadi.

"Kau!! Apaan tatapan itu!!" wajah gadis itu merah padam. Tampaknya amarahnya sudah mencapai puncak. Ia memberikan sinyal kepada kedua temannya untuk memegangi Freya, sementara salah satu tangannya siap beraksi.

Terlambat untuk mengelak, batin Freya. Freya memalingkan wajah untuk mengurangi rasa sakit yang akan ia terima. Namun tamparan yang ia tunggu tak kunjung tiba. Ia membuka matanya dan mendapati gadis di depannya sedang gemetaran. Freya berani bersumpah gadis itu ketakutan.

Memanfaatkan celah yang ada Freya segera melepaskan diri dari cengkeraman kedua gadis tadi dan melihat sumber ketakutan gadis yang hendak menamparnya.

"Ryu..." kata Freya hampir berbisik. Lutut Freya melemas begitu melihat Ryu padahal saat ketiga gadis itu terang-terangan mengancamnya ia tidak gentar sedikitpun.

Ryu tetap berwajah datar, namun tatapannya begitu menusuk. Freya tidak berani menebak kepada siapa tatapan itu ditujukan.

"Bukankah aku sudah pernah bilang jangan menganggu segala hal yang berurusan denganku? Kukira saat itu aku sudah mengatakannya dengan sangat jelas." Ryu maju perlahan mendekati mereka. Matanya mengawasi dengan cermat, seperti elang yang terbang di angkasa untuk mencari buruan.

Eye of Heart [COMPLETED]Where stories live. Discover now