part 4

58.2K 2.4K 5
                                    

Brian termenung dikantornya. Teman-teman kuliahnya di Amerika mengadakan reuni dan wajib mereka mengatakan wajib membawa pasangan, sebenarnya ia bisa saja tidak datang, tapi ia tahu pasti Dave tidak akan membiarkannya tidak ikut.

Tok tok!

Brian tersentak dari lamunannya karna ketukan pintu. "masuk!" Teriaknya.

Amora sedikit memunculkan kepalanya dan itu membuat Brian menatapnya bingung. "Aku menyuruhmu masuk, bukannya berdiri dengan hanya kepala yang terlihat."

Amora menunduk malu dan melangkah masuk, Brian terus menatapnya. Menunggu apa yang akan dikatakan oleh Amora.

"Ehm, pak. Ini sudah jam setengah 6, saya pamit pulang." ucapnya menunduk.

Brian memutar bola matanya, "saya pikir hal penting yang mau kamu bicarakan."

Amora tersenyum tidak enak hati. "Baiklah. Saya permisi pak, selamat sore." Amora membungkukan tubuhnya dan berjalan keluar ruangan.

Tiba-tiba sebuah ide gila melintas dipikiran Brian, "tunggu!" teriak pria itu spontan.

Amora yang hampir menghilang dibalik pintu membalikan badannya dengan wajah bingung. Brian terdiam dengan wajah datar, biarpun kelihatannya tenang. Tapi pikiran Brian sedang berkecamu sekarang ini.

"Ada apa, pak?" Tanya Amora di sela keheningan itu.

"Besok lusa, kamu ikut saya ke Washington 5 hari." jawab Brian tanpa menatap Amora.

Amora tersentak. Keputusan ini tiba-tiba sekali. "Tapi pak, setahu saya. Bapak tidak ada jadwal ke Washington besok lusa?" Ucapnya dengan kebingungan.

Brian memijat pelipisnya, sekretaris barunya ini memang pintar. Tapi tidak bisakah ia memilih waktu yang tepat untuk menyela dan bertanya?

"Saya ada reuni disana. Dan harus membawa pasangan." Jawabnya seraya menunduk.

Amora mengerutkan keningnya, "bukankah bapak bisa mengajak kekasih bapak?"

Brian menatapnya tajam. "Saya nggak punya pacar. Karna itu, saya mengajak kamu. Kalau saya punya pacar, ya nggak akan ngajak kamu." Ucapnya sarkatis. Amora tersenyum, merutuki kebodohannya,

"Tapi saya gak bisa meninggalkan ayah dan adik saya selama itu, pak." Amora menunduk memikirkan ayahnya.

Brian kembali menghela nafas. "Itu akan saya atur. Kamu tenang saja dan saya tidak terima penolakan." jawab Brian.

Amora terlihat bimbang tapi ia mengangguk dan pamit mohon diri dari ruangan itu,

Amora memikirkan kata-kata bossnya tadi, ia menghela nafas dan duduk dibangku halte dekat Mcknight corp.

"Yah sudahlah, jalani saja." Lirihnya sembari naik kedalam bus yang akan membawanya pulang.

                  ************

Antony tersenyum ketika melihat anak gadisnya pulang. Amora memeluk ayahnya singkat dan berjongkok didepan kursi roda ayahnya.

"Pah, Amora mau ijin." Antony menggenggam tangan putrinya itu.

"mau ijin apa nak?"

"Mora ada kerjaan di Washington, tapi Mora nggak mau ninggalin papa dan Steven berdua disini selama 5 hari." ucapnya.

Antony tersenyum lembut, khas seorang ayah. "Ya gapapa toh, papa ini belum selemah itu sampai harus terus bergantung sama kamu Mor."

"Kamu pergi aja, tapi harus inget pesen papa. Jaga diri kamu ya sayang," lanjutnya.

My Lovely Dictator CEO {SUDAH DITERBITKAN}Where stories live. Discover now