part 3

61.8K 2.3K 6
                                    

Saat melihat sebuah taxi berhenti didepannya, Amora segera masuk dan memberitahu tujuannya. Selama perjalanan Amora sibuk dengan ponsel butut ditangannya.

"Kita sudah sampai non," ujar si supir taxi.

Amora melihat sekelilingnya. "Bapak tau tukang bubur Cirebon disekitar sini nggak pak?"

Supir taxi itu terlihat berpikir kemudian tersenyum. "Ada non, didepan sana. Mau dianterin atau non jalan sendiri?"

"Anterin aja pak, abis itu kita balik ke kantor yang tadi ya."

melihat supir taxi itu mengangguk Amora terdiam menatap jalan Sudirman didepannya.

"Ternyata pak Brian mau ya makan makanan kaki lima gini. Aku pikir, dia cuma mau makan di restoran mewah." Ujar Amora mendekati tukang bubur yang sedang mangkal di depan sebuah bank swasta.

"Bang, buburnya 1 ya. Terus, nggak pakai kacang sama daun seledri."

Tukang bubur itu meng-iyakan.

"Eh-eh iya, lupa bang. Bumbu kuning, kecap sama sambelnya dipisah ya."

Setelah membayar bubur itu Amora kembali ke taxi dan kembali ke kantornya. Ditengah jalan, kemacetan sudah merajalela. Ponsel Amora berdering memperlihatkan sebuah nama yang membuat Amora menghela nafas. Brian Mcknight.

Ya, ternyata atasannya langsung menyimpan nomor ponsel yang ditulisnya dalam surat lamarannya kemarin.

"Selamat pagi, pak."

"Dimana kamu? Ini hampir satu jam Amora," ucap Brian dengan nada tajam.

Amora menarik napas.
"Maaf pak, tapi jalanan disini macet. Saya akan sampai dalam 20 menit."

Tanpa menjawab apapun lagi Brian mematikan teleponnya. Amora membanting punggungnya disenderan jok taxi  dan melihat kemacetan yang berada dikanan dan kirinya.

"Namanya juga orang kerja ya non, pasti sering diomelin gitu sama atasan." Ucap si supir taxi yang Amora ketahui bernama Joko dari name tag yang dipasang di dasboard taxi itu. Amora menganggukan kepalanya dan memejamkan matanya. Lelah.

Setelah membayar taxi itu, Amora dengan terburu-buru naik ke lantai tempat nya dan Brian bekerja. Agak aneh sebenarnya, karna hanya mereka berdua yang berada dilantai itu.

Amora mengetuk pintu kayu jati  kualitas terbaik didepannya sampai terdengar teriakan dari dalam.

"masuk!" Amora masuk dengan menenteng plastik bubur yang tadi dibelinya.

"Ini pak, buburnya. Maaf saya terlalu lama, karna jalan arah balik dari Sudirman macet." ujar Amora menunduk dan meletakan plastik itu dimeja Brian.

Brian mengambil plastik itu, membukanya dan menyatukan semua bumbu dan kecap dengan buburnya. Sejenak ia melihat Amora yang masih berdiri dihadapannya.

"Duduk" ujarnya dengan nada datar.

Amora tersentak. "Maaf pak?"

Brian berhenti dari kegiatannya dan menatap Amora, "saya bilang duduk."

Amora mematuhi Brian dan duduk dihadapan pria itu.

"Kamu suka pedas?" Tanya Brian memegang plastik kecil berisi sambal yang sudah halus. Amora mengangguk, Brian memasukan setengah dari sambal itu kedalam bubur, menaruh sendok dipinggirnya kemudian mendorong bubur itu kearah Amora.

"Eh?" Amora terkejut melihat mika bubur itu mendekat kearahnya.

Brian melipat kedua tangannya diatas meja dan merapatkan tubuhnya. "Makan."

My Lovely Dictator CEO {SUDAH DITERBITKAN}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang