tiga.

498 106 32
                                    

Jully's P.O.V

Aku turun dari motor Alex lalu berlari masuk ke sekolah karena mungkin sekarang bel sudah berbunyi.

"Istirahat jangan lupa." ucap sebuah suara yang sontak membuatku berhenti.

Aku menengok pelan dan mendapati sosok yang kemarin terakhir aku liat di sekolah, Kakel. Atau siapapun namanya.

"Kakel, kan?" tanyaku pelan.

Lelaki itu tertawa, "Michael. Gue juga belum ngasih tau nama gue sih kemaren."

Aku hanya mengangguk, "udah bel?".

Ia hanya menggedikkan bahu, "gak tau. Udah kayaknya."

Aku hanya mengangguk, "gue ke kelas dulu ya."

Michael hanya mengangguk. Aku berbalik lalu berjalan menuju kelasku ketika sebuah suara yang sangat indah memanggil Michael.

Aku menengok ke arah suara dan mendapati Luke, Luke f-ckn Hemmings yang berdiri indah di sana sambil berbincang dengan Michael. Sangat indah.

Aku segera menepis pikiran liarku lalu kembali berjalan ke kelas.

-----

"Kemaren jadi ke perpus? Sorry banget gue gak bisa nemenin, gue ada les." Ujar Nia.

"Ngeles aja lo anjir," ucapku sambil menempeleng pelan kepalanya, "gue tau lo udah keluar dari les gara-gara lo ga betah. Anjir ya sok pintar banget emang lo."

Nia hanya tertawa awkward lalu berbicara sesuatu yang menarik perhatianku.

"Gue punya id line nya Luke dong."

"ANJIR, DEMI APA?! BAGI DONG! JANGAN PELIT LO JADI ANAK! BAGI SINI, IH!!!" Teriakku histeris sambil menarik kerah seragamnya.

"Jajanin siomay tapi ya?" Tawar Nia lalu aku melepaskan kerah seragamnya dengan kesal.

Bukan pelit atau menyia-nyiakan kesempatan, tapi porsi makan Nia sangat tidak wajar. Ia bisa menambah lima kali atau lebih.

Bisa abis anjir uang jajan gue seminggu.

"Ah ya udah, hilang kesempatan lo deket lagi sama Luke." Ujar Nia.

Aku mendengus lalu mengingat sesuatu dan langsung tersenyum lagi.

"Gue kenal orang yang pasti punya id line Luke!" Teriakku bahagia.

"Siapa?!" Tanya Nia penasaran.

"Si Ukulele!" Teriakku senang.

"Ukulele teh saha, Jul?" Tanya Nia bingung.

"Ukulele itu tuh yang jaga perpus bareng gue! Pokoknya gue harus minta dia!" Teriakku lagi.

------

Bel istirahat sudah berbunyi dan aku segera berlari ke kantin, membeli siomay lalu menuju perpustakaan.

Aku membuka pelan pintu perpustakaan dan terlihat Bu Wina yang sedang menghidupkan AC.

Bu Wina melihat ke arahku, "Jully ya? Masuk, Jul. Itu si Bekel udah dateng dari tadi."

Aku hanya mengangguk lalu membuka sepatu dan masuk ke perpustakaan. Aku berjalan ke tempat tugasku dan Ukulele sekarang.

Ukulele sudah duduk manis di sana sambil meminum es tehnya.

"Oit." Panggilku lalu duduk di bangku sampingnya.

Ukulele menengok, "eh, Jullianne."

Aku hanya tersenyum kecil lalu melihat buku yang berisi data peminjaman.

Dan aku melihat nama Luke Robert Hemmings disana. Ia meminjam buku Dear Nathan karya Erisca Febriani.

Wah Luke ternyata anak wattpad ya hm.

Aku menutup buku itu lalu seorang anak menghampiri kami lalu menyerahkan buku ensiklopedia ke meja kami.

Aku mengambil kembali buku peminjaman, "namanya siapa?".

"Aubrey." Ucap gadis itu namun suaranya seperti laki-laki.

Aku menengok dan menatap gadis itu bingung. Sementara ekspresi wajahnya seperti tidak terjadi apa-apa.

Ini ladyboy kali ya.

"Namanya Aubrey." Ucap suara yang sama namun aku lihat bibir gadis itu tidak bergerak.

"Namanya Aubrey, anjir!" Teriak sebuah suara di sampingku dan aku baru sadar kalau si Ukulele yang dari tadi berteriak.

Aku menatap Ukulele sambil tertawa awkward, "hehe, gue kira cewek ini yang tadi ngomong. Makanya gue bingung kok suaranya cowok tapi fisiknya cewek."

Ukulele hanya memutar mata lalu aku mencari nama Aubrey disana dan mencentang ketika menemukannya.

"Oke, udah ya, kalo mau minjem lagi jangan lupa di data dulu disini." Ucapku ramah.

Gadis itu hanya melirik ku acuh lalu pergi begitu saja.

"Dih anjir, judes banget jadi cewek. Gak ada yang mau tau rasa." Gumamku kesal.

"Dia gak judes kok, dia baik." Celetuk Ukulele lalu meminum es tehnya.

Aku menatapnya bingung, "kaya gitu lo bilang baik? Konslet kali otak lo."

Ukulele menggigiti sedotan es tehnya, "gue temen sebangkunya. Dia emang ansos gitu. Cuma orang tertentu yang bisa ngertiin dia. Termasuk gue."

Aku mengangguk-angguk lalu menatapnya jahil, "jangan-jangan lo suka sama dia ya?!".

Ukulele menggedikkan bahu, "menurut lo aja gimana."

"AH IYA! LO SUKA SAMA DIA! YA KAN?!" Teriakku senang.

"Di perpus gak boleh berisik, lolot." Ucapnya sambil meniup sedotan es tehnya ke arahku.

Aku mengambil sedotan itu lalu melipat-lipat dan membuangnya, "sendirinya aja ribut."

"Di perpus gak boleh nyampah, lolot." Ucapnya lagi sambil mengikat bungkus es tehnya lalu ia berdiri dan mengambil sedotan nya tadi.

Dan saat itu aku melihat badge namanya, Michael Gordon Clifford.

Ohh, namanya Maikel.

•••••

Wp gue lg rada error jd ga bisa nulis author note banyak banyak huu vomments as always yaa kawan

Library [M.C]Where stories live. Discover now