#1: PDKT

3.3K 303 27
                                    


Jawaban untuk pertanyaan:

--------------------------------------------------------------------------------------------------

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

--------------------------------------------------------------------------------------------------


Setelah ngobrol dikit pas foto bareng untuk angket terjutek, Jo sama Rei akhirnya tuker-tukeran PIN BB—awal-awalnya karena Jo ga sengaja bahas soal buku yang lagi dia baca. Terus, entah kebetulan apa emang permainan takdir semenarik itu, ternyata Rei juga suka baca buku-buku karangan penulis bukukesukaan dia itu.

"Demi apa lo baca bukunya Tere Liye juga? Ah sumpah-sumpah gue pengen minjem deh."

"Boleh sih, besok deh gue bawain."

"Ya udah oke oke, gue minta PIN BBM deh. Ada ga?"

"Ada kok, 28DB5FR. Nanti ingetin gue aja ya, takut lupa."

"Sip, makasih ya Jo. Udah lama pingin baca Rembulan Tenggelam di Wajahmu, ga nyangka lo suka baca juga."

"Ga terlalu sering sih, tapi kalo karya Liye tugas pun gue telantarin Rei," bales Jo sambil ketawa kecil.

Nah, udah deh dari situ mereka ngerasa obrolan mereka bisa bertahan lama. Soalnya, buat Jo, ga penting kalau chat tapi isinya cuma "lo lagi ngapain?" atau "lagi di mana?", "udah makan?", "makan gih"—basi. Dia pengennya punya temen chat yang bisa diajak ngobrol soal hobi, soal interest mereka (kayak musik, film, buku, dan sebagainya). Dan sepertinya, dia menemukan hal itu di diri Rei.

Semenjak Jo sama Rei deket, cewek ini jadi suka cerita macem-macem ke Jo, dia pun juga gitu. Ternyata Rei ini anaknya bawel kalau udah kenal, beda banget sama tampang judesnya. Kata dia sih, emang mukanya dari lahir mau diapain? Terus dia juga bilang kalau dia juga ga mau sok-sokan manis cuma buat dapet temen, jadi sebisa mungkin tampang aslinya selalu dia keluarin—dia pengen liat siapa yang beneran niat mau jadi temennya. Sumpah, pas Jo tau ini, dia langsung mikir: Ini cewek kok kayak gue banget!

Sampai akhirnya pengumuman Undangan, Jo ternyata diterima di Arsitektur UI. Sedangkan Rei mesti berjuang dulu lewat ujian tulis (sekarang namanya SBM) karena dia ketolak di Hukum UI. Di situ tuh klimaks kedekatan mereka. Rei yang emang harus belajar buat persiapan tes di tempat les, jadi sering pulang malem.

Waktu itu ceritanya hari Jumat—jadwal les Rei—dan cewek itu emang ambil waktu yang sampe jam 9. Udah gitu dia konsultasi tambahan ke kakak lesnya, soalnya dia masih kepo gitu sama jawaban dari latihan yang sebelumnya dikasihin. Sebenernya dia tuh ada jemputan yang emang difasilitasi sama Abi-nya dia, namanya Pak Dodi. Tapi waktu itu Pak Dodi lagi sakit, dan dia pun bingung pulang naik apa.

Ajaibnya, Jo yang biasanya ga pernah nanyain "lo di mana?" ke dia tiba-tiba aja malem itu nge-chat nanyain dia di mana sekarang. Kayak gini deh percakapannya:

Jo: Di mana lo?

Rei: GO nih

Rei: Tumben amat nanyain, kenaps?

Jo: Kok belum pulang deh? Biasanya udah di jalan

Rei: Bingung pulang naik apa

Rei: Pak Dodi sakit

Rei: Mau naik taksi takut

Rei: Dan gue lupa bawa bekel tadi, laper....

Jo: Diem aja ya di situ

Jo: Kebetulan banget nih lg di daerah tempat les lo

Jo: Naik motor gapapa ya? Lagi ga bawa mobil soalnya

Rei: Ga, ga usah ah, ngerepotin

Rei: Gue minta jemput Kak Jess aja

(read)

Waktu itu beneran chat-nya si Rei di-read doang sama Jo. Karena dia langsung meluncur ke tempat les cewek itu, dan itu ga makan waktu lama—Cuma sekitar sepuluh menit dan dia sampe. Rei udah misuh-misuh ga jelas, beneran ga mau ngerepotin temennya itu.

Tiba-tiba aja, HP dia geter; ada chat masuk dari Jo.

Jo: Keluar buru

Jo: Kita makan

Bener aja, pas Rei keluar, di parkiran depan udah ada Jo yang masih duduk di atas motornya sambil ngeluarin ngelepas flannel dan make hoodie-nya. Begitu mata Jo ngeliat Rei, dia langsung dadah-dadah gitu dan nyuruh Rei buat nyamperin dia.

"Karena udah malem, pake ya Rei. Ntar kalo lo sakit Kak Jess bisa bunuh gue," kata Jo sambil cengengesan dan ngasih flannel-nya.

Dengan perasaan ga enak ke Jo, Rei make flannel ijo kotak-kotak itu dan naik ke jok belakang. Ga lupa dia juga masang helm yang Jo kasih bareng flannel-nya dengan baik dan benar.

"Kok lo masih keluyuran jam segini? Di daerah Depok lagi," kata Rei.

"Abis nganter Senna, dia ada urusan gitu gue ga ngerti," bales Jo. "Makan mie ayam aja mau ga lo? Gue punya langganan deket sini."

Akhirnya mereka berdua makan di tempat langganan Jo, namanya Bakso Satrio. Tempatnya di belakang UI, cuma sekarang udah ga ada. Padahal mie ayamnya enak banget, baksonya juga macem-macem namanya. Ada bakso rudal, ada bakso urat, ada bakso telor—ah pokoknya bisa menggugah selera.

Untuk pertama kalinya, Rei makan sama cowok setelah setahun putus sama mantannya. Dan anehnya, dia mau—biasanya dia selalu nolak walaupun diajak makan sekalipun. Gatau deh, Rei ngerasa enak aja kalo sama Jo. Obrolan mereka nyambung, dua-duanya sama-sama suka makan, Jo anaknya sopan abis, udah gitu cowok ini selalu ngedengerin omongan dia—mau penting kek, mau ga penting kek—itu sih yang bikin dia nyaman kalau lagi sama Jo.

--------------------------------------------------------------------------------------------------

Satu permintaan terpenuhi, semoga memuaskan. Hehe :)

Buat yang pengen tahu sinopsis Rembulan Tenggelam di Wajahmu, bisa cek: http://tanya-biografi.blogspot.co.id/2013/01/biografi-tere-liye.html#.V2bCntJ95H1

Jumpa lagi!

Regards,

lokal_kji's admins.

Khairi Punya CeritaWhere stories live. Discover now