4. Thanks

110 15 5
                                    

Tidak terasa semua murid SMA Kesuma telah menjalani setengah perjalanan dari semester dua ini. Dan hari ini merupakan hari terakhir semua murid SMA Kesuma melaksanakan UTS/Ujian Tengah Semester.

Sama halnya dengan Chaca karena hari ini merupakan hari terakhir, hampir semua murid tak sabar ingin cepat menyelesaikan ujian mereka. Mungkin karena penat yang sudah melanda mereka karena harus belajar setiap malam agar nilainya memuaskan.

Tetapi berbeda dengan Davin dan teman-temannya, mereka justru biasa saja menghadapi ujian. Tidak ada belajar, tidak ada persiapan dan justru mereka tidak mencontek pula. Aneh memang murid seperti mereka tidak mencontek saat ulangan, tetapi mereka memang mempunyai prinsip tidak akan mencontek kalau tidak ada yang memberi contekan. Jadi, ya begitulah mereka jadinya tidak ada yang memberi contekan sehingga mereka hanya bermodalkan berfikir menggunakan logika atau parahnya mereka menembak semua jawaban yang ada.

Dan sudah tiga bulan ini Chaca dan Davin semakin dekat, ya walaupun terkadang Chaca masih saja ketus dan cuek saat menanggapi Davin. Dan sejauh ini pula mereka hanya berteman walaupun banyak dari murid SMA Kusuma yang menggosipkan mereka berpacaran. Walaupun Chaca merupakan murid biasa saja tetapi ia merupakan wakil ketua OSIS yang tentu saja dikenal murid-murid sehingga bisa saja menjadi bahan gossip. Dan jangan pula lupakan Davin yang sering membuat onar dan juga tampan sehingga apapun yang bersangkutan dengannya selalu menjadi bahan perbincangan.

Dan hari ini saat Chaca selesai mengerjakan ujiannya ia dipanggil oleh Pembina OSIS karena Reza yang notabenenya ketua OSIS sedang mengikuti lomba yang diadakan di kota tersebut sehingga ia yang harus menggantikan tugasnya.

Kebetulan saat kembali dari kantor ia melewati kelas Davin. Tetapi saat melewati kelas Davin ia hanya heran karena pasalnya kelas cowok itu sedang heboh-hebohnya entah karena apa.

Saat Chaca terlalu asik memperhatikan kondisi kelas Davin, tiba tiba saja Davin keluar sambil membawa selembar kertas yang merupakan hasil ulangan yang baru saja dibagikan.

"Eh...Chaca nyariin gue ya?" tanya Davin iseng sambil menyamakan langkahnya dengan Chaca dan jalan beriringan menuju gerbang.

"Enggak kebetulan aja dari ruang guru. Anak kelas lo kenapa? Kok heboh banget tadi?"

"Biasalah baru dibagi hasil ulangan."

"Trus lo dapet berapa?" tanya Chaca penasaran.

"Gue? Dapet 45," ujar Davin nyantai.

Dalam hati Chaca sudah menyangka Davin akan dapat nilai segitu. Karena yang ia tahu yang namanya Davin paling malas jika disuruh belajar .

"Kok lo biasa aja dapet segitu?"

"Gue biasa aja kenapa? Karena kesuksesan seseorang itu gak tergantung sama nilai yang lo dapetin, buat apa nilai lo bagus kalo hasil nyontek. Ini bukan masalah lo bakal remedial atau enggak tapi percaya deh saat lo ngerjain itu dengan usaha sendiri seenggaknya lo udah belajar cara nyelesaiin masalah lo sendiri tanpa merepotkan orang lain," jawab Davin kalem.

"Gue hampir gak percaya lo bakal jawab kayak gitu Vin."

"Emang lo kira gue bakal jawab apa?"

"Ya...gitu deh." Jawab Chaca ambigu.

Setelah jawaban Chaca barusan tak ada lagi sahutan dari Davin. Dan tanpa disadari mereka hampir sampai di depan gerbang. Setelah hening beberapa saat akhirnya Davin kembali bersuara memecah keheningan.

"Gue anterin pulang yuk."

"Kan rumah gue sama lo gak searah. Gue naik angkot aja deh," tolak Chaca

"Kalo lo tetep mau naik angkot gue bakal mastiin lo pulang dengan selamat."

"Caranya?"

"Liat aja nanti," ucap Davin misterius sambil berlalu dari hadapan Chaca.

Tanpa memikirkan perkataan Davin, Chaca langsung melangkah memasuki angkutan umum yang kebetulan lewat di hadapannya.

Saat di dalam angkutan umum Chaca memperhatikan keadaan luar melalui jendela yang ia buka dan memperhatikan orang-orang yang silih berganti turun dan naik memasuki angkutan umum itu.

Sampai sesaat ia menyadari ada yang mencurigakan bagi Chaca, cowok yang memakai motor ninja hitam yang sedari tadi ada disamping angkutan umum yang ditumpanginya dan tas yang mirip dengan milik Davin. Dan ia hanya mendesah pelan saat mengetahui itu memang Davin.

"Hai..." Davin menyapa sambil membuka kaca helmnya.

"Cara memastikan yang memalukan," gumam Chaca sambil mengusap wajahnya.

"Kiri bang!" seru Chaca yang tentunya membuat Davin menoleh padanya dan ikut memberhentikan motornya tepat di tempat Chaca turun.

"Ck...Davin kenapa cara lo selalu aneh sih?" tanya Chaca sebal kepada Davin saat telah turun dari angkutan umum yang ia naiki tadi.

"Karena lo," jawab Davin masih dengan senyum yang menurut Chaca menyebalkan.

"Kurang kerjaan," gumam Chaca pelan yang masih didengar Davin.

Sedangkan Davin yang mendengarnya hanya terkekeh geli mengingat kelakuannya yang memang aneh.

"Trus lo gak mau say 'thanks' kah buat gue Cha? Kan gue udah mastiin lo pulang dengan selamat sehat sentosa."

"Ssh...Lo emang bener-bener aneh Vin," sahut Chaca dan berlalu memasuki gerbang rumahnya.

***

Setelah memasuki rumahnya Chaca hanya tersenyum mengingat kelakuan Davin yang aneh tapi membuat hatinya sedikit bersimpati. Chaca langsung menuju kamarnya dan membuka aplikasi pesan di handphone nya.

From: Chaca
To: Davin

Thanks.

Send.

Itulah pesan yang dikirim Chaca kepada Davin singkat, padat dan jelas tapi mungkin berarti bagi Davin.

Sedangkan Davin yang belum beranjak dari depan rumah Chaca hanya tersenyum bahagia melihat pesan yang baru saja masuk ke handphone nya.

"Thanks Cha," teriak Davin kemudian lalu berlalu pergi dengan senyum yang masih merekah dibibirnya.

***

Setelah pulang dari rumah Chaca, Davin tidak langsung pulang melainkan pergi ke salah satu toko sepatu yang ada di kota tersebut. Bukan, kedatangan Davin bukan hendak membeli sepatu melainkan hendak membantu Pamannya yang merupakan pemilik toko tersebut.

"Assalamualaikum paman," sapa Davin kepada pamannya sembari tersenyum lebar.

"Waalaikumsalam, tumben muka kamu ceria Vin?" balas Pamannya yang heran akan tingkah Davin.

"Davin lagi seneng aja, jadi sekarang Davin mau bantuin paman disini boleh?"

"Ngeliat tingkah kamu paman jadi khawatir," ucap pamannya lagi sambil terkekeh geli kemudian berlalu pergi.

"Tenang aja paman," sahut davin.

Setelah meminta izin kepada pamannya Davin yang memang sering kesini langsung menuju ruangan yang memang ada di toko ini untuk mengganti pakaiannya.

"Vin tolong layanin pembeli di depan, paman mau pulang dulu bentar."

"Iya."

Setelah berganti pakaian ia langsung menuju ke tempat dimana pembeli yang dimaksud pamannya tadi berada.

"Mau beli yang mana mba?" ucap Davin menghampiri seorang cewek yang sedang berdiri sambil memilih berbagai macam sepatu yang ada di hadapannya.

"Eh...iya?" Balas gadis itu menoleh melihat suara yang menegurnya barusan dan membuat gadis itu tersentak karena sadar yang ada di hadapannya Davin.

"Yang itu 250.000 ribu," ucap Davin sambil menunjuk sepatu yang sedang dipegang oleh gadis itu.

"Eh...o-oke."

Ucap gadis itu sedikit terbata karena gugup.

Tbc.
***
Thanks for reading.
Please vote & comment😊

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Quest LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang