part 2

136 2 1
                                    

Tiba-tiba saja Vallen ingin segera pulang, lalu ingin segera mengirimkan email protes kepada Andika.

***

Sudah tiga hari Vallen menunggu email balasan dari Andika tapi belum diterimanya juga. Membuatnya benar-benar cemas. Apa yang telah terjadi pada Andika? Apakah pesawatnya kecelakaan? Tapi ia telah mencari di semua berita baik online, cetak, atau televisi, ia tak mendengar ada kecelakaan pesawat dalam tiga hari ini. Penantian ini sungguh membuat pikiran Vallen kalut. Pagi ini ia berdandan rapi seperti biasanya. Siap berangkat kerja tepat pukul tujuh pagi. Melahap sarapan yang disiapkan ibunya bersama adik perempuan dan ibunya. Setelah selesai ia berpamitan lalu melangkah keluar rumah.

Tak ada yang tahu, sesungguhnya hari ini ia tidak pergi ketempat biasa bekerja. Sudah dua minggu ini ia Sudah tidak lagi bekerja di tempat biasa, sebuah galeri pakaian kecil di daerah Karawang. Toko kecil itu menjelang bangkrut. Kini hanya menjual pakaian produksi pabrik. Artinya, keahlian sebagai perancang mode pakaian tidak dibutuhkan lagi di tempat itu. Ibu dan adiknya tak boleh tahu ia Sudah tak bekerja lagi. Mereka pasti akan khawatir. Sejak ayahnya meninggal, Vallen bertugas menjadi tulang punggung keluarga. Butuh banyak biaya untuk membayar uang sewa kamar flat dan biaya sekolah adiknya.

Vallen menghela nafas pasrah. Hidupnya benar-benar sempurna. Sempurna kacaunya. Kehilangan kekasih sekaligus kehilangan pekerjaan. Ah, benarkah ia sudah kehilangan kekasih? Lenyapnya Andika tanpa kabar memang telah mengantarkan firasat buruk dalam hati Vallen. Ia berjalan perlahan. Sengaja ia memilih berjalan kaki untuk sekedar menghabiskan waktu. Rute perjalanannya sejak hampir dua minggu ia masih tetap sama. Ia berpura-pura pergi ke arah Karawang tempat bekerjanya dulu. Di Karawang ia melihat-lihat lagi pertokoan disitu. Melewati tempat kerjanya sebuah galeri kecil yang kini berubah nama menjadi Chic Store. Kemudian ia berjalan menyusuri pedesaan di pinggir sungai. Sungai sepanjang delapan kilometer yang mengalir di tengah-tengah kota Karawang. Walau ada di tengah kota metropolitan, tapi air sungai itu masih terjaga kejernihannya. Sepanjang pinggiran sungai itu dipasangi dinding berhias keramik lukis dengan gambar-gambar khas Indonesia.

Di bagian ujung sungai terdapat Central Plaza, lapangan luas yang sering dijadikan tempat berbagai acara, seperti konser musik atau pameran. Di salah satu sisi lapangan, terdapat kubah ramping berwarna biru dan merah yang sepintas mirip pohon beringin. Desain arsitektur ini diberi nama The Spring, rancangan arsitek Maya Albert.

Aliran sungai ini bermula dari sebuah kolam dengan air mancur yang tiap jamnya menampilkan permainan air. Dari kolam itu kemudian air sungai terus mengalir membentuk air terjun kecil yang berlanjut sebagai aliran sungai Karawang.

Karawang direstorasi ulang tahun 2003 sebagai bagian dari proyek penghijauan kota. Dilintasi oleh dua puluh jembatan dan batu undakan, Karawang menjadi tempat ideal untuk bersantai. Seperti yang dilakukan Vallen saat ini. Ia duduk di salah satu batu undakan. Menghirup udara segar pagi hari dalam-dalam. Lalu menghembuskannya perlahan. Bunga warna-warni musim panas tampak bermekaran menambah semarak suasana di tempat ini. Vallen tersenyum menatap pemandangan indah ini. Suasana damai ini cukup menenangkan pikirannya yang sedikit kalut saat ia melangkah keluar rumah tadi.

Setelah puas beristirahat, Vallen melanjutkan perjalanannya sembari sesekali menikmati dekorasi-dekorasi unik yang terdapat di dinding sisi kanan kiri sungai. Dinding itu disebut juga The Wall of Culture, yang menampilkan foto-foto Karawang dari masa ke masa. Kemudian Vallen sengaja berhenti di depan tembok harapan (Wall of Hope). Tembok ini menampilkan sekitar dua puluh ribu potongan porselen keramik yang setiap potongannya memuat gambar dan pesan-pesan dari warga Indonesia di seluruh penjuru dunia (yang tinggal di Indonesia, atau di luar Indonesia).

Hi. Gimana part 2? Sory ya kalo ada typo nya, namanya juga manusia:v. Lanjut ke part 3

Fallen In LoveWhere stories live. Discover now