1

16.7K 1K 19
                                    

Dunia ini saling bertolak belakang.

Jika kau kecewa, akan ada saatnya untuk berhenti.

Jika kau menangis, akan ada saatnya untuk tersenyum.

Jika kau merindukan seseorang, akan ada saatnya untuk bertemu.

-----------------------------------------------------------

Kyungsoo bukan gadis berusia dua puluh tahun yang akan merengek jika sang kekasih mengabaikannya, bagi Kyungsoo terjebak di dalam kecanggungan sudah bukan hal baru yang harus Kyungsoo hadapi saat bertemu dengan Kim Jongin.

"Apa saya boleh pulang terlebih dahulu?" Kyungsoo bergumam sambil memainkan kuku tangannya. Tapi gumaman Kyungsoo sepertinya menyadarkan Jongin dari semua kesibukannya selama satu setengah jam dihadapan laptop.

Kim Jongin mendengus sambil menarik dasi yang melilit di leher jenjangnya. "Kau bilang akan menungguku sampai selesai?"

Dan satu kalimat dari Jongin itu bisa membuat Kyungsoo menganggukkan kepalanya.

Jongin berkutat kembali kepada layar laptop, tapi semua itu tidak bertahan lama. Karena suara perut Kyungsoo yang cukup terdengar mengganggu konsentrasi Jongin.

"Apa kau sudah makan?"

"A-ah itu, saya belum makan malam" jawab Kyungsoo yanyanhg semakin menundukkan kepalanya.

"Jadi kau pikir untuk apa kita berada di sebuah restoran saat ini"

"Saya sudah memasak dirumah dan sedari tadi saat kita sampai restoran anda juga tidak pesan satu makanan pun, kecuali kopi"

Jongin langsung mengemasi laptop dan berdiri dari tempat duduknya selama satu setengah jam berlangsung. "Jadi kenapa kau tetap duduk, ayo pulang"

Kyungsoo berdiri saat melihat Jongin sudah melangkah meninggalkan dirinya. Sambil meremas tas, Kyungsoo berjalan mengikuti Jongin.

Sekali lagi Kyungsoo harus menghembuskan napas beratnya saat melihat Jongin memeluk tubuh seorang wanita didepannya. Meskipun dirinya sering melihat ini, tapi tetap saja belum terbiasa.

"Saya pulang dulu" pamit Kyungsoo.

Kyungsoo sudah terbiasa diabaikan dan dibuang. Kyungsoo ingat betul saat usianya menginjak tujuh tahun, saat itu di pagi hari yang mendung dirinya ditinggalkan seorang diri oleh ibunya disebuah mini market yang jauh dari rumahnya.

Kyungsoo menangis saat menyadari bahwa dirinya telah ditinggalkan oleh ibunya. Sudah lebih dari lima jam Kyungsoo berdiri didepan pintu mini market.

"Kyungsoo tunggu disini. Ibu akan kembali" itu kata-kata terakhir ibu Kyungsoo sebelum ibunya itu menyebrangi jalan dan meninggalkannya seorang diri.

"Jadi seperti apa wajah ibu saat ini" gumam Kyungsoo sambil menyeka air matanya.

-----------------------------------------------------------

"Ya Kim Jongin!" tegur tuan Kim saat melihat Jongin hendak menaiki tangga menuju kamarnya.

Jongin menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap ayahnya.

"Apa kau sudah memutuskan tanggal pernikahanmu?" tanya tuan Kim.

"Maaf ayah, tadi kami tidak sempat membicarakan tanggal pernikahan"

"Aku tau, kau hanya berusaha mengulur pernikahanmu"

"Jika ayah tau, kenapa tidak dibatalkan saja perjodohan konyol ini"

"Apa yang kau sebut perjodohan konyol ini bisa menyelamatkanmu hingga kau hidup seperti sekarang!" bentak tuan Kim.

"Setidaknya jika ayah mau, ayah bisa memberi keluarga Do dengan uangmu yang tidak akan habis ini. Bukan dengan mengorbankan kehidupan anakmu"

Jongin meninggalkan ayahnya yang masih berada diruang tengah. Perdebatan seperti ini juga sering terjadi hingga Jongin sudah menganggap perdebatan ini sebagai hal biasa.

Jongin menutup pintunya dengan keras hingga menimbulkan suara dentuman. Jongin bergegas untuk melepas setelan kantornya. Hingga Jongin membuka kemeja berwarna abu-abu itu dan menemukan bekas jahitan di dadanya.

Bekas jahitan itu adalah mimpi buruk yang seolah menghantui hidupnya selama ini. Bekas jahitan ini juga yang membuat Jongin mengingkari takdirnya.

-----------------------------------------------------------

Kyungsoo terbangun denga napas yang terengah dan keringat yang terlihat samar didahinya.

"Mimpi ini lagi" gumam Kyungsoo.

Entah apa yang mengganggu pikiran Kyungsoo yang bisa berdampak kepada mimpi yang dialaminya selama empat hari ini.

Mimpi yang selalu sama, dimana dirinya sedang berada disebuah mobil bersama seseorang yang wajahnya tidak bisa dia lihat yang tengah mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi itu.

Lalu Kyungsoo menyadari bahwa mulutnya tersumpal kain dan kedua tangannya diikat kebelang dan semuanya terasa cepat seperti kilatan lampu kamera. Mobil yang Kyungsoo tumpangi meloncat dari tebing dan akhirnya masuk kedalam air.

Kyungsoo mengambil gelas minum yang berada disamping tempat tidur. Disebelah kirinya ada Eunbi-teman kamar Kyungsoo di panti asuhan-gadis berusia lima belas tahun ini terlihat nyenyak bahkan Eunbi tidak terganggu dengan jeritan Kyungsoo.

Setelah meneguk air minumnya Kyungsoo bersiap kembali untuk tidur, tapi ponsel yang berada disebelah gelas bergetar.

Sebuah pesan masuk dari Kim Jongin-wah bahkan Kyungsoo tidak menyangka bahwa Jongin akan mengirim pesan terlebih dahulu pada Kyungsoo-berisi bahwa besok Jongin akan mengajak dirinya pergi bersama-sama keluarga Kim.

"Baiklah" gumam Kyungsoo.

Dear, Kim JonginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang