Tepat saat itu juga, Juyeon tersadar kenapa banyak gadis yang memperebutkan lelaki ini.

"Oh, sepertinya kau begitu terpesona olehku sampai memandangiku tak berkedip seperti itu, ya?"

"Hah?"

"Lihat? Kau bahkan mendengar apa yang ku katakan," katanya. "Wah..." lelaki itu kemudian menggeleng-gelengkan kepala seraya mengangkat rambutnya ke atas. "Pesonaku ini memang tidak ada yang bisa menandingi, ya..."

Juyeon memandangi Mingyu dengan tatapan jijiknya, sebelum menggidikkan badannya. "Bagaimana jika para perempuan di luar sana tahu bahwa Kim Mingyu adalah orang yang terlalu percaya diri seperti ini? Aku tidak yakin mereka masih akan mengejar-ngejarmu seperti sekarang."

Mingyu mendengus tawa. "Sebelum itu, apa kau yakin mereka akan mempercayai perkataanmu?"

Juyeon mendecak. "Arayo, arraseo. Aku memang tidak sepopuler Jung Chaeyeon, Lee Luda atau bahkan Ryu Sujeong. Jadi anggap saja tidak ada yang percaya pada ucapanku," Juyeon menyerah seraya menyuapkan nasi kemulutnya. Ia harus sadar akan realita, tentu saja.

Mingyu terkekeh. Lalu menggerakkan tangannya ke kepala Juyeon sebelum mengacak-ngacak rambut itu gemas.

"Ya-yak! Kim Mingyu! Hentikan itu! Jangan membuat selera makanku jadi hilang--"

"Kau memang tipe hewan peliharaan idamanku," katanya setelah puas mengacak-ngacak rambut Juyeon.

Membuat tangan Juyeon yang hendak menyuapkan nasi ke mulutnya berhenti. Matanya memandangi Mingyu yang kini juga sedang memandangi Juyeon dengan dagu yang ditopang.

Entahlah, tapi pujian Mingyu barusan membuat wajahnya terasa sedikit memanas hingga membuat selera makannya perlahan menghilang.

"Aigoo, sepertinya kau kembali terpesona pada ketampananku ini--"

"Aku selesai," Juyeon bangkit dari duduknya dan Mingyu refleks mendongakkan kepalanya mengikuti gerakan Juyeon.

"Kau mau kemana? Makananmu belum habis, Yeon-ah. Hei!"

Juyeon tersenyum paksa. "Ucapanmu barusan membuat selera makanku hilang," katanya. "Terimakasih makanannya. Itu sangat lezat. Sampai jumpa dan kuharap jangan menunjukkan wajahmu lagi didepanku untuk malam ini."

"Jadi siapa yang akan menghabiskan semua makanan ini? Yak!"

Juyeon menghela nafasnya. Menutupi telinga dengan kedua tangan sambil berjalan menuju kamarnya.

Tak ingin Mingyu menyadari rona kemerahan wajahnya yang sebenarnya sudah tak tahan untuk keluar sedari tadi.

***

"Yeon-ah~"

Juyeon melirik jam diponselnya ketika suara derit pintu kamarnya terdengar bersamaan dengan suara berat menyebalkan yang sudah tak asing ditelinganya.

Pukul setengah sebelas malam dan Juyeon tentu saja tahu yang masuk ke kamar adalah Mingyu.

Oh, seharusnya tadi ia mengunci kamar itu agar lelaki sok tampan ini tak seenaknya masuk ke kamarnya--

My Masternim ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang